"Silau" itulah hal pertama yang aku rasakan saat pertama kali aku membuka kedua mataku.
Bisa ku rasakan kedua mataku terasa sembab dan bengkak karena terlalu banyak menangis sejak tadi.
"New kamu sudah bangun nak?" Samar samar bisa ku dengar suara seorang wanita paruh baya yang kuyakini dia adalah ibuku sedang menanyakan keadaanku.
Ku mencoba beberapa kali mengedip ngedipkan kedua mataku guna beradaptasi dengan sekitar. Hal pertama yang ku lihat adalah atap gelap yang sangat familiar bagiku, yah bisa ku pastikan jika aku tengah berada di kamarku.
"M…mae…" panggilku terbata- bata.
"Keringgg…." Itulah yang pertama kali tenggorokanku rasakan saat pertama kali membuka mulut untuk mulai berbicara.
"Iya nak, ada apa?" Ucap mae sambil mengelus rambutku dengan nyaman.
"Ini, minum dulu New" ucap mae kemudian sambil membantuku untuk bangkit dari tidurku dan kemudian mengambil segelas air putih yang terletak di meja samping ranjangku.
"Glekk… glekkk…glekkk" rasa haus yang sangat menyengat ini membuatku menelan segelas air putih itu dengan sangat cepat.
"Pelan pelan nak" tegur mae ku yang khawatir melihat tingkahku ini. Setelah selesai minum mae pun mengambil kembali gelas bekas ku dan menaruhnya lagi di atas meja.
"Mae aku kok disini?" Tanyaku heran, pasalnya tadi aku tengah berada di pendopo desa untuk melepas kepergian kekasih hatiku.
"New tadi kamu pingsan nak, untung di pendopo sana banyak warga desa yang sedang berkumpul untuk melepas para pemuda desa pergi ke camp militer itu"
"Aku? Pingsan?" Aku berusaha mengingat bagaimana bisa aku pingsan dan benar saja tak butuh waktu lama, aku berhasil mengingatnya ! Aku ingat tubuhku melemas dan kepalaku terasa semakin berat saat melihat dia pergi semakin jauh dari pandanganku. Aku bahkan masih bisa mengingat pandangan kedua mataku yang mulai kabur karena terhalang air mata dan kemudian gelap lah yang datang menghampiriku hingga berujung aku sudah tidak menyadarkan diri lagi.
"Iya New, beruntung para warga segera bergegas membawamu kesini. Mae sangat kaget melihatmu pingsan seperti tadi, padahal kamu waktu berangkat tadi terlihat sangat bersemangat" ucap mae ku mulai berceloteh panjang.
"Mae,...." Bukannya menimpali ucapan mae ku, aku malah mencoba membahas topik lain dengannya.
"Iya nak, ada apa?"
"Mae, New merasa bersalah."
"Bersalah kenapa?"
"P'Tay mae P'Tay hikss.." tak terasa aku mulai menangis lagi saat memanggil nama dia, nama seseorang yang seharusnya tidak pergi berkorban untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAWAN.AN [New pov]
FanficDisclaimer : cerita ini mengangkat era masa perang dan berisi sejarah yang tidak nyata karena cerita ini real dari imajinasi author. Jangan mengaitkan cerita ini dengan sejarah yang ada, karena cerita ini hanyalah fiktif belaka. Latar cerita ini men...