[KHOBAR]

242 30 0
                                    

"Ketika aku meminta kebahagiaan, Allah mendatangkan dirimu kepadaku."
-Mustasna Nida Isyaroh-

Mustasna menelusuri pembatas jembatan dengan pandangan kosong. Kaki jenjangnya terus berjalan tanpa harus memikirkan harus ke mana dirinya, karena memang sudah tak ada lagi yang ingin menampungnya.

Saudara? Perempuan itu bahkan sudah sangat asing dengan hal itu. Entah apa alasannya, keluarga mau pun saudaranya terlihat sangat begitu membencinya.

Teman? Teman, ya? Ayo katakan kepada dirinya bagaimana berkawan dengan baik! Karena dari dulu, ketika Mustasna berbaur selalu ada saja kesalahan fatal yang dirinya perbuat hingga perempuan itu justru terus-terang dijauhkan bahkan dijatuhkan.

Mustasna mengeluarkan air matanya dengan bebas. Rambut bergelombangnya menari dengan lihai mengikuti irama angin yang menyapa.

Perempuan dengan pahatan wajah begitu indah itu memegang pembatas dengan tangan gemetar hebat. Buliran air matanya terjun bebas membawanya turun bersamaan dengan kendaraan yang berlalu-lalang.

"Allah.... Beri aja satu kebahagiaan di hidupku. Itu cukup, sangat cukup."

Dirinya terkekeh miris. Bahkan ketika dirinya selama ini tak memenuhi perintahnya, bisa-bisanya malah meminta seenaknya kepada Sang Pencipta seperti itu.

Mustasna merasa bahwa dirinya memang tak pantas mendapatkan bahagia. Bagaimana pun juga perempuan itu telah begitu durhaka kepada-Nya.

Padahal nyatanya, Allah lebih menyukai sebuah doa yang tulus dari hamba yang berlumur dosa tapi ingin bertaubat dibandingkan sebuah doa yang begitu neko-neko dari hamba yang merasa dirinya suci.

"Sungguh, Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. An-Najm: 32).

"Lebih baik lo mati, kan?"

"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiei. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu," (QS. An-Nisa: 29).

Perempuan itu menatap sekitarnya dengan pandangan takut. Terkadang cewek itu bingung, untuk apa dirinya diciptakan jika terus-menerus mendapatkan perilaku buruk dari orang lain?

Apa yang dijanjikan Dirinya hingga Mustasna menyetujui ingin hadir di dunia ini?

Perlahan perempuan itu menaikinya ke pegangan pembatas lalu duduk di atasnya. Orang-orang yang melihat itu menegur Mustasna tapi tak dihiraukan.

Detik demi detik posisi perempuan itu makin maju membuat yang di bawahnya pun ikut menatap cemas dirinya.

"Neng, kalo ada masalah selesain baik-baik."

Perempuan itu terdiam. Tahu apa orang lain tentang dirinya?

Mustasna selalu memandang bahwa ini bukan masalah melainkan nasib yang Tuhan berikan kepadanya.

Dan perempuan itu sangat membenci segala hal yang telah Dirinya atur untuk kehidupannya. Menurutnya, sangat tidak adil.

"Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu." (QS. Al-Baqarah: 216).

Khobar MuqoddamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang