13

8.1K 793 11
                                    

─────

"Sebenernya gue lagi ngapain sih" gumam Nikey sambil menyapukan kuas bercat minyak ke kanvas.

"Udah tau ga bisa ngelukis malah maksa. Ih jelek banget" komentarnya terhadap lukisan yang dibuat oleh dirinya sendiri.

Karena perkataan Naufal, Nikey jadi pergi ke ruang seni rupa setelah sekolah selesai.

Melihat ada satu kanvas kosong dan set cat minyak, dirinya berinisiatif untuk melukis. Nikey sudah bertanya pada Naufal di telepon, dan katanya boleh digunakan.

Akan tetapi, pada dasarnya Nikey tidak bisa melukis bahkan menggambar. Ia hanya menyapukan kuas dengan asal.

"Salah."

"AAAAA PAIT PAIT PAIT" teriak Nikey yang terkejut karena tiba-tiba ada yang berbicara. Karena saat Nikey masuk, ruang seni rupa kosong tidak ada orang.

"Woi woi jangan teriak, nanti gue dikira ngapa-ngapain lu" ucap pria yang mengagetkan Nikey.

Nikey menolehkan kepalanya, "sialan ternyata manusia."

"Buju buset kenapa ini orang muncul mulu. Eh tapi gue kesini gara-gara dia sih."

Bisa ditebak kan siapa orangnya dari pernyataan Nikey?

Atlan berdiri di belakang Nikey. Sedang memperhatikan lukisan yang Nikey buat.

"Lo kebanyakan pake minyak."

"Warnanya ga nyambung."

"Ini gambar apa? Bencana alam?"

"Stop, gue tau gue ga bisa ngelukis" batin Nikey tertohok karena komentar dari Atlan yang bertubi-tubi.

"Sini" ucap Atlan yang membuat Nikey bingung.

"Apanya?"

"Kuas."

"Ah kuas" lalu Nikey memberikan kuas yang dipengangnya pada Atlan.

"Geser."

Nikey memindahkan kursinya untuk tempat Atlan menaruh kursi di sampingnya.

Atlan melukis di kanvas yang tadi Nikey pakai. Tangannya sangat lihai bergerak kesana-kemari, seolah-olah sedang menari diatas kanvas.

Nikey dibuat kagum oleh lukisan Atlan serta wajahnya yang santai namun serius saat melukis.

"Ganteng" pujinya tanpa sengaja. Nikey langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Kenapa?" toleh Atlan ke samping kirinya.

"Lukisannya, bagus" Nikey menunjuk lukisan miliknya, atau lebih tepatnya miliknya yang direvisi oleh Atlan.

Tangan Atlan berhenti bergerak, tanda lukisan sudah selesai.

"Ga nyangka lukisan yang burik tadi jadi bagus banget" Nikey berdecak kagum melihat hasilnya. Tidak salah ia memilih Atlan menjadi pemeran pria favoritnya.

"Lu" Atlan menggantungkan ucapannya.

"Ya?"

"Lu tetangga yang kemarin kan?" tanyanya.

"Oh hahaha lo inget?" balas Nikey yang sedikit tidak percaya jika Atlan mengingat dirinya.

Atlan menganggukkan kepalanya, "jadi, nama lu?"

"Nikey, Nikey Lestama."

"Oke. Walaupun kayaknya lu udah kenal gue, tapi gue Atlanta Helga" ucap Atlan memperkenalkan dirinya.

Nikey melihat jam tangannya, "ah ternyata udah jam segini."

"Mau nonton basket?"

"Iya, gue udah janjian sama temen buat nemenin dia."

"Ya udah ayo kesana bareng" ajak Atlan.

Mereka berdua pun membereskan alat dan beranjak menuju lapangan dimana pertandingan basket berlangsung.

Saat diperjalanan, Nikey melihat Sakala yang sepertinya juga akan ke lapangan.

"Saka!" panggil Nikey sedikit berteriak karena jarak Sakala agak jauh darinya.

Sakala menengok, "gua cari-cari kemana juga" ujar Sakala saat Nikey berlari ke arahnya.

"Siapa tuh?" tanya Sakala, "yang waktu itu ribut di kantin ya?" tanyanya sambil berbisik pada Nikey.

Nikey mengangguk. "By the way, Karen mana?"

"Ga tau, udah lepas dia."

Drrt Drrt.

Suara nada dering ponsel mengalihkan perhatian Nikey dan Sakala yang sedang berbincang.

"Hp gue" ujar Atlan sambil mengangkat ponselnya.

"Gue ada urusan, duluan ya."

"Iya, makasih buat yang tadi" balas Nikey pada Atlan yang sedang menjawab panggilan telepon.

Lalu Atlan berpisah dengan Nikey dan Sakala.

─────

to be continued  ➧

❲END❳ 𝗧𝗥𝗔𝗣𝗣𝗘𝗗 𝗜𝗡 𝗔 𝗛𝗔𝗥𝗘𝗠 𝗡𝗢𝗩𝗘𝗟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang