7 | 제노의 엄마

78 6 0
                                    

"Kau yakin mau menemuinya, Haechan-ah?" tanya Renjun. Kedua tangannya bertengger di ransel milik Haechan, berniat ingin mengikutinya di belakang kemana pun Haechan pergi. Tidak juga, sih. Renjun juga harus pulang setelah ini dan mengikuti kursus.

"Hm, iya. Setidaknya aku harus menemuinya agar dia tidak menunggu."

"Tapi--" Belum sempat Renjun menyelesaikan kalimatnya, wajahnya terlebih dahulu menghantam punggung Haechan. Ia memberengut ingin protes, akan tetapi ....

"Hei, lihat itu!"

Renjun mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Haechan. Terdiam sejenak, beberapa saat kemudian ia terbelalak. 2 manusia yang begitu ia kenali lubang hidungnya, Chenle dan Jisung.

"Woah, bagaimana mungkin?" Matanya berbinar melihat pemandangan itu, di mana Jisung yang dikenal dingin dan gengsian sedang menggendong Chenle yang terlihat seperti habis menangis di punggungnya. Sejak kapan mereka sedekat itu?

"Jisung akan kubunuh jika bayiku menangis karenanya."

"Bisakah kita meminta penjelasan nanti?" tanya Haechan. Renjun mengangguk. "Itu harus."

"Haechan-ah, kau di sini ternyata." Suara seseorang mengalihkan pandangan mereka. Seorang pemuda berjalan ke arah mereka, cukup keren di mata Haechan--walaupun Mark hyung-nya lebih keren. Itu Hwang Hyunjin.

Renjun memandang Hyunjin sinis. Di benaknya, manusia jelmaan buaya ini patut menjadi incaran guru konseling karena rambut gondrongnya. Namun, karena orang tuanya donatur besar di sekolah mereka, Hyunjin dibebaskan dari semua itu. Lagaknya yang seperti pangeran pun membuat Renjun muak, padahal ia tidak lebih dari seonggok sampah.

"Bisakah bersikap biasa saja, Hyunjin-ssi?" tanya Renjun spontan. Sorot matanya berapi-api seakan-akan ingin menguliti Hyunjin saat itu juga. Agaknya anak ini punya dendam kesumat.

Hyunjin tersenyum, terlihat menyebalkan di mata Renjun. Pemuda itu melirik Haechan dan tersenyum satiris. "Kau terganggu, Huang Renjun-ssi? Apa aku melakukan kesalahan? Kalau begitu aku akan pergi."

"Ti-tidak, jangan pergi. Hyunjin Sunbae mau bicara apa?" Haechan memegang tangan Renjun dan berbisik memelas. "Renjun-ah ...."

"Aku harus pergi, sampai jumpa besok," pamit Renjun. Sebelum benar-benar pergi, ia berbisik ke telinga Haechan. "Hati-hatilah dengannya, Jung Haechan. Dia itu buaya."

Ah, bukan berbisik sebenarnya. Renjun sengaja menaikkan volume suaranya agar Hyunjin mendengar ucapannya. Memberikan gestur berbisik hanyalah kedok Renjun untuk menyindir Hyunjin secara terang-terangan. Hyunjin tertawa sinis, itu tak luput dari pendengarannya.

"Maafkan Renjun, Sunbae. Dia--"

"Tidak apa, santai saja."

Haechan mengangguk. Masih tersisa beberapa menit sebelum sopirnya menjemput, mungkin tidak apa berbincang-bincang dengan seniornya sebentar.

"Uhm ... kau membaca notesnya? Jaemin sudah memberinya, kan?"

"Iya, Jaemin sudah memberikannya kepadaku. Terima kasih banyak untuk itu, Sunbae."

"Sama-sama." Hyunjin menepuk-nepuk kepala Haechan tanpa pikir panjang. Anak ini lucu, pikirnya. "Aku menyukaimu."

Haechan yang menerima pernyataan tiba-tiba itu hanya terdiam kaku, bingung mau membalas apa. Untunglah manusia di depannya ini amat peka. Hyunjin berujar, "Kau tidak perlu membalasnya sekarang. Kau baru mengenalku, jadi ayo kenal lebih dekat!"

Tanpa disadari kedua manusia itu, seorang pemuda menatap mereka dalam diamnya dari kejauhan. Lee Jeno yang menyadari arah tatapan yang lebih tua hanya bisa menghela napas pelan. Hyunjin ada di sana dan ini tidak berarti baik.

Just About You | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang