8.2 | Love?

64 3 0
                                    

Haechan dan Hyunjin, orang-orang yang melihatnya pasti mengira bahwa mereka berdua merupakan pasangan yang serasi. Genggaman tangan yang bertaut satu sama lain mengundang lirikan disertai senyuman gemas. Laki-laki manis itu tampak bersemu malu dengan perlakuan Hyunjin di hadapan orang-orang.

Sepanjang jalan, sebanyak apa pun langkah mereka, Hyunjin akan selalu mengikuti Haechan. Genggaman tangan kini bertransformasi menjadi rangkulan erat agar Haechan tidak lepas dari pandangan. Sebut saja inisiatif untuk menjaga yang lebih muda dari bentrokan bahu oleh ramainya pengunjung.

Lotte Word, saksi bisu dari kisah jutaan orang yang menginjakkan kaki di sana. Tempat beragam cerita yang menjadi saksi di mana ia dan ayahnya sering pergi ke sini untuk lari dari amukan Seungyeon saat mereka menjahili wanita itu. Kapan terakhir kalinya, ya? Sudah lama sekali. Haechan rindu masa itu. Saat Hyunjin membawanya ke sini, Haechan tidak mampu menahan bahagianya.

"Sudah puas?"

Haechan tersenyum lebar dan mengangguk. Ia meneteskan minyak kayu putih di atas sapu tangan yang terlipat dan menyodorkannya pada Hyunjin. "Hirup ini, Hyung!"

"Terima kasih."

Sebut saja nekat. Tekad Hyunjin untuk membuat Haechan tertawa lepas hari ini benar-benar tercapai walaupun perutnya menjadi sasaran utama. Mual dan pusing ia alami selepas menaiki wahana Atlantis roller coaster. Hebatnya, Hyunjin bisa melewati itu semua tanpa berteriak walaupun keringat dingin bertebaran di wajahnya.

"Setelah ini, kau mau pergi ke mana?" tanya Hyunjin. Langkahnya yang sedikit oleng membuat Haechan dengan sigap memapahnya.

"Pulang saja, Hyung. Wajahmu pucat."

"Oke, kita pergi ke aquarium."

"Ha?" Haechan mengerjap. Apakah pendengaran Hyunjin bermasalah? Atau malah dirinya yang bermasalah?

"Waktunya masih cukup lama sampai jam 9. Aku ingin memanfaatkan waktuku dengan baik hari ini, bersamamu." Hyunjin tersenyum lebar hingga deretan giginya yang rapi terlihat jelas. "Aku tahu kau masih belum mau pulang. Kau ingin melihat lumba-lumba, kan?"

Ah, benar. Itu tujuan utama Haechan saat sampai di sini. Akan tetapi, melihat keadaan Hyunjin saat ini membuatnya merasa bersalah. Hyunjin menaiki roller coaster itu untuk menemani dirinya.

"Yakin tidak apa-apa?"

Hyunjin melepaskan diri dari Haechan yang memapahnya, merentangkan tangan dan berlagak seolah-olah dia memang baik-baik saja. "Lihat, aku tidak apa."

Namun, dengan wajah sepucat itu, siapa yang akan percaya?

.

.

.

Pasifnya kata-kata yang tidak dapat disuarakan mendukung keadaan Hyunjin saat ini. Sedari tadi dia hanya diam dan mengikuti setiap langkah Haechan, tidak banyak bicara seperti biasanya. Matanya lebih memilih untuk fokus memperhatikan yang lebih muda, terus tersenyum dalam diamnya saat Haechan membicarakan hal random dengan ikan-ikan kecil di balik kaca aquarium.

"Di aquarium sebesar ini tidak ada beruang, ya? Bagaimana dengan harimau? Cheetah? Itu mirip Mark hyung," ucap Haechan. Jemari lentiknya mengelus permukaan kaca aquarium disertai senyumnya yang merekah.

Sudah beberapa kali Hyunjin mendengar nama Mark keluar dari mulut Haechan hari ini. Hyunjin pikir, mereka tidak sedekat itu. Seantero sekolah sudah mengetahui bagaimana bencinya Mark pada Haechan. Sikap Mark yang berubah total menjadi murid nakal memvalidasi bahwa Haechan adalah korban perundungan biasa. Tidak ada yang mengetahui status mereka sebenarnya.

"Hyunjin Hyung, lumba-lumba!" tunjuk Haechan girang. Atensinya hanya berpusat pada sepasang mamalia air yang berenang bersama pelatih mereka, menampilkan atraksi yang membuat pengunjung berdecak kagum karenanya.

Hyunjin menggeleng. Tangannya terangkat untuk mengelus rambut yang lebih muda. "Itu paus beluga, Haechan-ah." balasnya.

"Bukan, ya?"

Tertawa gemas saat Haechan menunduk malu dengan wajah rupawannya yang tertimpa sinar biru hasil bias aquarium. Bahu sempit itu Hyunjin rangkul hingga secercah hangat terbit, menampik dinginnya musim di mana dedaunan mulai berjatuhan meninggalkan ranting.

"Cantik," gumam Hyunjin. Tatapan hangatnya berubah datar seketika saat suatu pemikiran terlintas. Hancur sudah mimpi indah di benaknya.

"Haechan-ah ..." Hyunjin menarik lengan lelaki manis itu untuk segera berpindah. Toilet di sana menjadi sasaran langkahnya, jauh dari penglihatan pengunjung lain.

Huang Renjun ada di sini, bersama seorang pemuda jangkung yang tertunduk lesu di sebelahnya. Pengacau, Hyunjin tidak tahu akan bertahan seberapa lama lagi jika Renjun melihat mereka.

"Kenapa, Hyung? Kau baik-baik saja?" Haechan bertanya heran. Gelagat Hyunjin cukup aneh, bibirnya pun semakin pucat.

Haechan tersentak saat tubuhnya didorong keras hingga terhentak ke dinding. Kepala dan punggungnya sakit. Haechan menunduk menatap tangannya dan menyadari bahwa tubuhnya gemetar tak karuan. Pemuda di depannya menatap Haechan dengan begitu tajam. Tatapan berbeda yang membuatnya ketakutan, matanya tak lagi sama.

"Aku mencintaimu, Lee Haechan."

Dan sesuatu yang merubah hidupnya terjadi malam itu. Sesuatu yang bahkan tidak pernah Haechan bayangkan sebelumnya, semesta membiarkan hal itu terjadi.

𝙹𝚞𝚜𝚝 𝙰𝚋𝚘𝚞𝚝 𝚈𝚘𝚞 | 𝙼𝚊𝚛𝚔𝚑𝚢𝚞𝚌𝚔
TBC



Can we interact?

Just About You | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang