Aku menatap malas buku yang aku pegang, menutup mata sebentar menetralkan kepalaku yang panas akibat terlalu memaksakan diri focus membaca buku desain pembelajaran yang benar-benar memusingkan ini. Kenapa harus takut pada masa depan yang belum tentu akan terjadi? Dengan jengkel aku melirik kesebelah kananku yang berisik memusingkan akan menikah dengan siapa kelak lelaki yang sedang mereka bicarakan tanpa henti. Cih. Untuk apa memusingkan kehidupan orang lain yang bahkan tidak pernah memikirkan kehidupan kita sendiri, sibuk merencanakan kehidupan orang lain hanya akan memberikan harapan palsu kepada diri kita sendiri. Hidup tidak semudah itu direncanakan ada kalanya rencana yang kita susun benar-benar akan terjadi ataupun benar-benar akan gagal. Se-simple itu. Sepertinya mereka tidak merasa bersalah berceloteh keras di perpus ini yang seharusnya hening, tetapi berubah menjadi ribut ketika mereka datang dan mulai membahas masalah lelaki dan segala kelebihannya. Apa hanya itu yang mereka pikirkan?Berdiri sambil menghentakkan kursi keras aku keluar dari perpustakaan itu dengan jengkel. Meskipun tempat yang aku duduki memang diperuntukkan untuk berkumpul dan berdiskusi mengenai masalah kuliah tapi bisakah tidak digunakan untuk membahas masalah pribadi? Sekumpulan wanita tadi melotot marah akibat ulahku yang termasuk kurang ajar karena menggebrak kursi dengan sengaja di hadapan mereka.
Memasang headphone dikepala aku memutar music pilihan yang akhir-akhir ini aku suka karena telah menjadi soundtrack salah satu film yang lumayan bagus. Hari ini aku hanya ada 2 matkul yang jamnya berurutan. Tak kupedulikan orang-orang yang berlalu lalang di samping dan depanku. Inilah manusia ada yang bergerombol membentuk geng dan adapula yang apatis, jika mereka tidak memiliki kepentingan satu sama lain maka mereka tidak akan bergerombol atau bertegur sapa.
"Terlalu banyak menggunakan headphone akan membuatmu tuli, tau" Ungkap Dewi yang menarik headphone dari kepalaku.
"ish.. sekali aja, jangan ganggu gua bisa?"
"hahaha" Dewi tergelak berjalan mundur menghindar dari kejaran ku. Dewi merupakan sahabat yang paling betah ada di sampingku. Kami sudah bersama dari Senior High School hingga sekarang. Dia mengambil jurusan yang berbeda denganku tapi masih dalam satu fakultas, aku mengambil jurusan Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia sedangkan dia Pendidikan Geografi.Meskipun aku memiliki tenaga lebih, tapi tidak cukup tinggi tentu tidak mampu merebut headphone yang sengaja diangkat tinggi-tinggi. Hell. Aku memang terlahir pendek. Dan sialnya Dewi merupakan salah satu tipe wanita yang memiliki tinggi diatas rata-rata. Ck. Tanpa menyadari sekitar aku langsung meloncat mengambil headphone ku tanpa memikirkan tanah yang tidak rata, sehingga hampir saja aku terjatuh kalau saja tidak disangga oleh Dewi. Tetapi headphone kesayanganku entah melayang kemana.
"Bisa ngga sih, bertingkah laku selayaknya mahasiswa?"
Senyumku langsung luntur mendengar seruan itu, aku menoleh dan melihat headphone kesayanganku sudah berada ditangan lelaki berwajah tampan dibelakang ku. Ups.
"Sorry.."
Aku tersenyum menghampirinya. Tanganku yang sudah menengadah dihiraukan olehnya. Cowok itu diam dan menatapku menilai. Dia menyeringai dan tersenyum simpul. Gila yah ni cowok.
"Gue ngga nyangka anak FKIP ada yg bening juga"
What? Ngga salah denger gua. Maksudnya apa coba ini orang. Dewi yang merasa ada yang tidak beres langsung menyeret ku pergi dari situ. Dan meninggalkan headphone kesayanganku. Hell.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayusuta Cakra Arkananta
Romance"Egois?" "Harusnya kamu sadar itu sebelum hadir di hadapanku" -Bayusuta Cakra Arkananta-