8

21 0 0
                                    

Hari berganti menjadi malam, kejadian yang menghebohkan yang terjadi tadi siang perlahan sudah mulai mereda, acara dilanjutkan kembali. Niko sudah dipindahkan ke rumah sakit terdekat. Tidak ada yang serius tetapi tetap perlu dilakukan pengecekan takut terjadi apa-pa nantinya.Jantungku sempat berhenti beberapa detik rasanya saking kagetnya. Ternyata memang benar Niko temanku yang tadi masih baik-baik saja membantuku membuat tenda, yang tadi masih menggangguku. Argh. Rasanya sulit dipercaya, aku tidak habis pikir, sebenarnya apa yang dia lakukan sampai terjatuh ke jurang seperti itu. Untuk apa dia pergi kesana? seperti tidak ada pekerjaan lain saja. Sempat terbesit rasa bersalah apalagi setelah aku ingat ekspresi takutnya saat aku menolak mengikuti ajakannya untuk menemui Arkan. Rasanya tidak mungkin masalah ini berhubungan dengan penolakan ku tadi. Iya itu tidak mungkin, dan tidak logis. Tapi paksaan Arkan yang berhasil membawaku kemari juga tidak logis bukan? Argh sudahlah. Memang sedari awal kemunculan Arkan dalam hidupku sudah diwarnai ke tidak logisan.Malam ini acara dilanjutkan dengan beberapa pemberian materi, dan permainan asah otak . Aku kebagian menjadi kelompok terakhir dengan anggota yang tidak bisa dibanggakan. Kebanyakan dari mereka seperti tidak percaya kalau mereka sudah ada disini, kelompokku hanya terdiri dari 4 orang, hanya berupa lebihan dari orang-orang yang tidak diterima di kelompok lain. Entahlah, aku bingung harus bersikap bagaimana, entah ini keberuntungan atau kesialan, aku terpaksa memasang wajah berpura-pura bahagia. Rasanya bingung sendiri melihat susunan kelompokku ini. Melirik kelompok lain aku sedikit merasa iri mereka terlihat bahagia dan seperti tahu dan paham apa yang harus mereka lakukan.Melirik kelompokku ada si Fia yang masih marah-marah karena dipaksa keluar tenda malam-malam, ada juga si Joko dengan kacamata besarnya dia terlihat kebingungan mencari teman sekelompok, karena kasihan jadi aku tarik dia bergabung bersamaku. Dan ada dua anak kembar nyasar, Dani dan Deni yang ogah ogahan ikut acara ini mata mereka bahkan tidak pernah terlepas dari HP yang mereka pegang, tidak berbeda denganku yang juga yang sama tidak percayanya bergabung disini mengikuti acara ini.Bayangan kasur dan cemilan menghantui pikiranku sedari tadi. Harusnya aku masih di kos ditemani dengan secangkir susu coklat panas dan se toples kacang bawang nikmat dikamar. Ahh. Indahnya."Kita harap kalian disini mengikuti acara ini dengan sebaik mungkin.. dan saya disini tidak ingin mendengar keluhan apapun! Kalian dulu yang memilih masuk ke organisasi ini jadi sekarang tinggal kita yang pilih kalian, apakah kalian memang pantas untuk bergabung bersama kita disini! Terimakasih!"Ah terserahlah. Tidak aku hiraukan racauan dari kakak tingkat di depan."HP dikumpulin semua jadi satu"Ucap panitia yang tiba-tiba saja sudah berdiri di samping kami. Tangannya merebut HP milik Si kembar, si kembar mengerang protes tempat kesenangannya di ambil paksa.Kakak laki-laki panitia itu menghampiriku. Menengadahkan tangannya meminta HP ku.Ahh. Dengan tidak rela aku berikan HP ini, tidak jauh berbeda Fia yang bahkan sudah merengek-rengek meminta keringanan."Ah. Sebel! Perasaan di awal ngga ada peraturan gitu deh.. Aca HPku gimana..?""Paling dijual""Acaa..."Sebelum bertambah berisik aku tarik saja Fia mengikuti yang lain, perlahan kami diminta untuk berkumpul ditengah lapangan bersama kelompok kami masing-masing, si kembar sudah mulai aktif, mau mengajak kami berbicara santai.Kami diminta untuk mendengarkan beberapa panitia yang sedang mengisi materi di depan. Ada jajaran dari berbagai tamu undangan baik dari himpunan sebelah, dan beberapa petinggi dari UKM yang ada di kampus. Arkan yang merupakan petinggi kampus juga turut memberikan sedikit ulasan didepan yang sungguh tidak aku duga sama sekali dia ternyata tidak diwajibkan datang padahal hanya berupa tamu undangan tapi dengan bodohnya mau berangkat lintas hutan seperti ini sambil menyeret ku pula. Menyesal rasanya, harusnya aku kabur saja.Beberapa pemateri di depan menjelaskan beberapa hal yang tidak ingin aku ikuti. Mereka membahas berbagai partai dan organisasi yang ada di kampusku. Kalau belum ikut legislatif belum terasa seperti kuliah katanya. Yang langsung ditepis otakku mentah-mentah. Kuliah ya kuliah, organisasi ya organisasi tidak usah dicampuradukkan rasanya. Kalau tidak ingin ya tidak usah di ikuti racauku terus menerus dalam hati. Penyangkalan-penyangkalan terus keluar dari kata hatiku yang tidak ingin sejalan dengan pembicaraan pemateri didepan.Tuhan sedang apa aku disini? Ini lebih mirip acara kampanye dibandingkan dengan malam keakraban.Sungguh aku tidak ingin bergabung masuk di politik kampus ini.Dani Deni bercengkrama seru dengan Fia, Joko sudah tertidur pulas. Posisi kelompok kami yang berada di tengah-tengah tertutup mahasiswa lain memudahkan bagi kami untuk bercengkrama dan tidur. Setidaknya itu lebih menghibur dibandingkan harus terus menerus mendengarkan racauan kampanye di depan."Kelompok 37 yang sedari awal tidak mendengarkan maju ke depan!"Deg.Orang-orang sudah mulai menengok mencari-cari kelompok kami. Jantungku sudah berdentum keras. Sial. Kenapa lagi ini? Masa iya kita yang ditunjuk, padahal yang berisik tidak hanya kelompokku. Fia menunduk takut tangannya mencengkram siku tanganku, Deni kelabakan membangunkan Joko yang sudah ileran."GUE BILANG MAJU KE DEPAN!"Oh crepe!Dani mengangguk memintaku berdiri, dia dengan berani berjalan maju ke depan tidak salah aku tunjuk dia sebagai ketua setidaknya dia sedikit banyak mampu memimpin kami, di belakang Dani di ikuti Deni dan Joko yang masih linglung kebingungan. Aku menarik Fia mengikuti ku kami berjalan pelan mengikuti anak laki-laki. Tangan Fia bahkan sudah gemetar tidak karuan. Melihat sekeliling aku temukan pandangan kasihan langsung di arahkan pada kami, bentakan yang tadi kami terima sedikit banyak mampu meredam suara keras anak-anak yang tadi masih saja berbicara satu sama lain. Tapi dampaknya mereka jadi fokus pada kami yang menjadi tersangka.Melihat ke podium, Arkan duduk di singgasananya bersama petinggi eksekutif mahasiswa yang lain, laki-laki yang tadi membentak kami berdiri tegap di depan sambil memegang tongkat, bandana menghiasi tangannya padahal kalau tidak marah-marah seperti itu dia bisa jadi terlihat berkali kali lipat tampan.Wajahnya sungguh sangat asing bagiku, pantas saja ternyata dia himpunan anak teknik yang menjabat sebagai tim keamanan terlihat dari bad kemeja lapangan yang dia kenakan.Matanya menatap kami tajam, Dani berdiri memimpin kami, menjawab pertanyaan kakak tingkat tersebut."Push up 50x!""Tapi kelompok kita ada anak ceweknya kak.." Seru Joko."100x"Aish. Dasar Joko!"Tapi kak...." Jerit Fia keras."150x"Argh. Fia! Dani memberi sinyal agar kami diam saja."Siapa ketuanya..?""Gue bang" Tanpa gentar sekalipun Dani maju mengaku."Gue tambah jadi 250x karna lo ngga bisa jagain anak buah lo ngerti!""Ngerti bang"Tanpa berpikir panjang aku langsung turun melaksanakan hukuman menyedihkan ini. Diikuti yang lain termasuk Dani yang mendapat hukuman paling banyak. Aku jadi merasa kasihan padanya. Penjelasan materi dilanjutkan dengan kami yang masih menjalani hukuman ini, argh sudah aku duga akan seperti ini, apalagi acara ini tidak aku ikuti dengan sepenuh hati.Melirik ke depan, mataku langsung tertuju pada Arkan yang ternyata menatapku tajam sedari tadi. Tatapan datarnya membuatku takut. Baru kali ini aku melihatnya seperti itu. Bahkan saat aku membantah beberapa perintahnya tidak pernah aku mendapat tatapan seperti itu. Argh. Mama... aku ingin pulang.

Bayusuta Cakra ArkanantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang