6

11 0 0
                                    

-6-Menjadi mahasiswa di semester 3 lumayan membuat ku sibuk, pertama kalinya aku bisa mengambil kelas atas, dengan pengambilan SKS yang penuh aku putuskan untuk menyibukkan diri, mengikuti beberapa kegiatan seminar, dan beberapa kegiatan organisasi kampus. Setidaknya dengan cara seperti itu aku perlahan bisa melupakan Arkan dan segala macam kelakuan bodohnya terhadap ku. Ah. Lega rasanya saat dia tidak mengganggu kehidupan ku setidaknya sudah 2 minggu kami tidak bertemu, terakhir kali aku memaksa Dewa untuk mengantar ku pulang meninggalkan Arkan yang masih mengurus sesuatu dengan seseorang.Tidak habis pikir rasanya, bagaimana mungkin kehadirannya yang singkat begitu mempengaruhi ku. Harusnya aku perbanyak ibadah bukan maksiat yang mengenakkan bikin betah seperti kemarin.Seminar kali ini benar-benar membosankan, tangan dan kakiku sudah tidak bisa dikondisikan lagi untuk duduk diam dan mendengarkan ceramah didepan. Seminar kali ini membahas beberapa hal mengenai hypno teraphy. Diawal memang terdengar menyenangkan namun lama kelamaan mataku mulai mengantuk dan terpejam, jadi aku putuskan untuk pergi saja dari sini.Mata ku berkeliling mengecek keadaan pintu keluar dan mengamati keadaan sekitar, berharap tidak ada yang memperhatikan ku saat aku keluar nanti."Wi, cabut dulu..""eh... ikut dong" ujar Dewi yang langsung mengikutiku dari belakang. Kami mengendap endap seperti maling keluar dari auditorium."Ngantuk gila di dalem, kok bisa si prodi kamu bikin seminar yang cukup bagus untuk menidurkan orang kaya gitu, mana snacknya isinya dikit lagi..."Dasar manusia tukang makan, bukannya memperhatikan pemateri malah memperhatikan snack makanan yang dikasih."Please deh wi, ini tuh seminar gratis, masih aja minta makanan lebih, mending kita nyari ayam geprek aja yok keluar...""Tuh kan kamu aja setuju.. emang nggak bikin kenyang snacknya..."Kutarik paksa Dewi bersiap meninggalkan halaman auditorium sebelum dia membuat keributan disana sini. Orang-orang sudah mulai memandangi kami akibat protesan keras yang dilakukan Dewi sedari tadi.Baru akan menuruni tangga, sebuah tarikan pada siku tanganku menghentikan kami berdua."Hei.."Aku terkesiap mendapat tarikan tidak biasa yang aku dapatkan kali ini. Menoleh aku menemukan Dewa dan Niko yang berdiri berjejer seraya tersenyum b*doh."Niko... Dewa, ada apa?" Aku bertanya bingung mendapati mereka yang tidak biasanya ada di fakultas ku.Dewi yang masih berdiri di sampingku menarik narik siku ku kuat meminta perhatian. Hh mulai lagi dia."Kenalin kali Ca kalo ada cowok bening gini" Dewi berbisik pelan ditelinga kiri ku."Ah ya.. ini temen gua dari gua SMA, Dewi, dan Wi ini Niko sama Dewa anak teknik""Hai.. Dewi.." Dewi mengulurkan tangannya semangat. Niko dan Dewa hanya mengernyit bingung menatapku seperti meninta persetujuan untuk menyambut tangan Dewi."Niko..""Dewa"Bergantian, mereka berkenalan di hadapanku.Dan dengan bodohnya Dewi mulai bereaksi berlebihan, gerak geriknya langsung berubah setelah kedatangan 2 orang ini."Kamu Dewa ya? Aku Dewi, kayanya kita jodoh deh Dewa-Dewi, tinggal pindah ke langit aja..." Ujar Dewi pelan.Hell! Ganjen emang dia.Dewa yang mendapat perlakuan seperti itu mengangguk sekilas, dia memasang muka datar penuh penderitaan dan peringatan berbeda dengan Niko yang matanya sudah memancar penuh gembira."Ikut kita..." Ungkap Niko, tangannya sudah tidak memegang pergelangan ku."Kemana?" Tanyaku."Udah ikut aja, duluan Wa..." Niko menarik ku pergi meninggalkan Dewa dengan Dewi di belakang."Dah... Aca..." Ujar Dewi kegirangan."Ish.. ko.." Berbeda dengan Dewi yang tersenyum kegirangan, Dewa malah terlihat menderita. Yang malah membuatku bingung, padahal kan Dewi cantik, tinggi semampai masa dia tidak mau?"Kita mau kemana Ko..""Udah ikut aja... barang-barang lo udah diambil Nia""Ha? Maksud lo paan?" Niko tak menggubris perkataan ku dia masih saja menarik ku pergi, terang saja semakin membuat ku marah. Dengan keras ku tarik tangan ku dari genggamannya."Lepasin! Gua nggak akan pergi sebelum lo jelasin maksud lo apa"Niko mengusap wajahnya kasar, memutar kedua matanya malas."Elu kan yang harusnya jelasin sesuatu, harusnya sekarang kan lu udah ngikut ke bus acara makrab, bukannya terdampar disini"Ahh... Bahasan itu, padahal susah payah aku menghindar untuk tidak mengikuti acara makrab anggota HMPS malah sekarang aku dijemput paksa."Gua nggak ikut" Ujarku, berbalik siap pergi. Tapi lagi lagi Niko dan ke-keras kepalaannya menarik ku kembali, kali ini dia bukan hanya menarik ku tapi juga menyeret badan ku."Gua nggak ikut ko.. lepasin! Mau balik gua""Arkan udah nunggu di bus, sama Nia, nggak malu apa ditungguin senior" Ujar Niko. Dia hanya melirikku sekilas lalu kembali fokus membawaku ke arah halaman depan kampus.Beberapa mahasiswa bahkan sudah menoleh ke arah kami berkali-kali akibat tingkah bar-bar Niko."Gua udah bilang Kak Selena ya, kalo gua ngga ikut... Lagian ini kan acara anak FKIP ngapain anak teknik ikut ikutan" Seruanku tidak didengar sama sekali. Niko masih saja menyeret ku ke halaman kampus. Menghiraukan protesan ku.Dari kejauhan sudah terlihat 2 bis berjejer dikerubungi beberapa kating yang lumayan aku kenal.Dapat ku lihat Arkan dan Dewa berdiri berjejer di samping bus. What?! Sejak kapan Dewa sudah di sana, bukannya sekarang harusnya dia bersama Dewi di auditorium.Melihat kedatangan ku Dewa menyenggol siku Arkan membuat perhatiannya teralih dari HP yang sedang dimainkannya, memberi tahunya akan kedatanganku."Sayang.. kemarilah"Hell. Sejak kapan aku menjadi sayangnya.Niko berpindah berdiri di samping Dewa, mereka seperti tidak mau lepas satu sama lain."Sayang..." Ujar Arkan sambil menaikkan satu alisnya.Ish. Apa si dia!Melirik ke sekitar, beberapa kating sudah memperhatikan interaksi kami yang tidak biasa ini. Ah. Aku tidak suka menjadi pusat perhatian manusia."Sayang!" Nada suara Arkan bertambah tegas yang mana membuat ku terkesiap kaget. Kenapa jadi dia yang marah?Menghentakkan kaki aku mendekatinya marah, Arkan langsung meraih tanganku menarik ku lembut untuk memasuki bus dibelakang kami.Memasuki bus aku mengernyit heran melihat wajah wajah yang tidak aku kenal disini. Apalagi di dalam bus ini di dominasi anak laki-laki. Sapaan beberapa kali diterima Arkan yang sepertinya dari adik kelasnya. Niko dan Dewa sudah menghilang duduk di kursi belakang bus sambil memangku gitar. Tak ku temukan kaka tingkat ku disini. Keberadaan wanita disini pun bisa di hitung dengan jari. Salah satunya yang berdiri di hadapan aku dan Arkan sekarang, seperti sedang mencoba mencuri perhatiannya."Hai kak... ku bawain makanan ini, mau"Ujar si gadis berjaket merah dengan rambut gelombang yang digerai dihiasi jepit rambut kecil diatasnya. Rasanya aku ingin menolak fakta kalau dia anak teknik. Kecantikan dan keanggunannya lebih terlihat seperti anak ekonomi."Ah thanks.. kalian duduk aja" Arkan mendorong pelan makanan yang disodorkan gadis cantik itu. Padahal kan sayang, bisa aku makan. Aku lapar sekali padahal.Dengan tampang lesu mereka pergi sambil menunduk melihat makanannya di tolak. Kasian."Kenapa ditolak?""Kenapa harus diterima?""Kan kasian dia""Kamu kenal dia?"Sengatan listrik kurasakan saat dengan tidak sengaja lengan Arkan menyentuh leherku. Tangan nakalnya itu sudah merangkul bahu ku."Ngga usah rangkul-rangkul"Arkan tersenyum. Matanya masih fokus melihat keluar jendela bus. Bus sudah mulai berjalan pelan, namun kebingungan di otakku masih belum sirna. Sebenarnya ini acara apa?Keheningan mewarnai perjalanan diantara kami, berbeda dengan kursi belakang yang sudah ramai nyanyian dan suara gitar dari anak-anak teknik gerombolan Dewa dan Niko.Berdehem pelan aku mencoba bertanya pada Arkan."Kita kemana?"Mataku melirik Arkan, dia masih dengan keterdiaman dan pandangan datarnya."Hmm.. Makrab" Hh. Setidaknya dia mau menjawab pertanyaan ku. Selalu seperti ini, dia yang mengajak ku pergi dia juga yang mendiamkan ku."Iya, makrabnya kemana?"Hening kembali. Arkan seperti tidak mau menjawab pertanyaan ku.Dasar manusia gila, sudah menghilang selama 2 minggu tanpa kejelasan, kemudian tiba-tiba datang seperti manusia gua yang bertindak seolah olah dirinya tidak memiliki kesalahan sama sekali."Tidur! Berhenti berpikir"Kecupan hangat terasa di dahi ku, disertai pelukan lengan Arkan yang semakin mengerat. Hangat. Bukannya menjauh aku malah merasa nyaman akibat pelukannya. Sepertinya aku sudah ketularan bodoh.

Bayusuta Cakra ArkanantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang