7

11 0 0
                                    

Setelah mencerna keadaan yang ada disekitar, ternyata ini acara makrab gabungan antara anak teknik dengan keguruan yang sungguh diluar prediksi dan agenda biasanya.Makrab biasanya hanya dilakukan oleh jurusan masing-masing, bukannya lintas jurusan seperti ini. Apalagi dengan kepribadian dua fakultas yang berbeda seperti ini."Ca dipanggil bos" Ujar Niko yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapanku, padahal aku tidak mendengar langkah kaki kedatangannya sama sekali.Menoleh sekilas, aku lanjutkan kembali kegiatanku yang tidak penting-penting amat ini. Aku sedang mengaitkan tali tenda ke besi patok yang nantinya akan menancap di tanah. Ganggu saja tidak tahu apa kalau aku sedang sibuk sibuknya. Rekan setendaku sedang pergi mengambil air."Caaaa.." Niko merengek mengguncang-guncang bahuku. Percuma juga teriakku dalam hati."Caaaa..."Aish. Dasar!"Paan?""Dipanggil bos juga""Heh! Bilangin bos lo kalo gua lagi sibuk ngebuat tempat buat hidup.. lagian gara-gara dia juga kan gua sampai terjebak di acara ini""Yaelah tenda doang gampang mah... udah ikut ayo cepet ntar dia marah gua yang kena""Engga! Pergi sana!""Ca... please..?" Niko mengiba, matanya terlihat sayu dan sedikit takut. Kenapa dengannya? Melihat reaksinya yang dilebih-lebihkan membuatku ingin melempar besi ini ke wajahnya. Sungguh tidak enak dipandang jikalau wajah indah itu tercemar oleh ekspresi menjijikan yang Niko buat-buat.Aku rasa Arkan tidak akan se-marah itu walau aku tidak menurutinya sekarang. Niko hanya melebih-lebihkan.Aku tinggalkan Niko di dekat tendaku memilih pergi melipir menyusul teman se tendaku, yang sama-sama masih junior di organisasi ini.Aku berjalan perlahan menuju tempat pengambilan air yang berada dibelakang nan jauh disana, kami hanya butuh sedikit untuk membasahi tanah yang keras."Hei Fia.. udah?" Ujar ku, kami bertemu di turunan dekat sungai. Dapatku lihat Fia yang kesusahan membawa ember kecil itu. Padahal embernya kecil, tapi dasar memang Fia anaknya lemah lembut, jadi tidak tega rasanya melihat dia kesusahan seperti itu apalagi aku yang memerintahnya tadi."Ca.. berat gila.. mana licin lagi jalannya gara-gara tadi ada yang numpahin air disini""Sorry.. hehe.. sini biar gua yang bawa" Tanganku mengambil ember kecil yang dibawa Fia. Fia yang melihat itu langsung tersenyum kesenangan. Dasar! Nggak mau susah dia.Belum sampai di tanganku, ember ini tiba-tiba melayang tertarik ke arah sampingku, tiba-tiba saja ada laki-laki yang sudah berdiri di samping kami."Sini gua yang bawa" Aku bahkan tidak merasakan kedatangannya. Mendadak saja dia sudah berada di dekat kami. Jadi merinding, bisa saja kan dia bukan manusia? Mataku takut-takut melirik ke arah bawah, mencoba memperhatikan kakinya yang untung saja masih menapak di bumi. Syukurlah.Fia menjerit kesenangan, aku terkejut bingung, apalagi aku tidak mengenal dia."Makasih ka..." Ujar Fia kesenangan. Laki-laki itu dengan mudahnya membawa ember menaiki jalan menanjak dihadapan kami. Aku terbengong membisu seperti orang bodoh. Sebelum Fia menarik ku mengikuti laki-laki itu yang sudah ada di atas. "Ca.. cakep banget kan dia.. udah cakep, anak organisasi, pinter lagi, denger-denger IPK-nya udah nyampe 3.5 an.. kan keren..""Emang dia siapa..?" Ujar ku bingung.Melihat reaksi kebingunganku Fia menganga tidak percaya, mulutnya terbuka dengan mata yang membelakak kaget yang sungguh membuat mata sakit."Ish! Dasar kudet! Dia kan kating kita... masa kaga kenal si lu?" Ujar Fia menggebu-gebu, tangannya menarik ku mengejar lelaki itu.Nampaknya Fia sudah lelah menjelaskan asal usul lelaki itu, buktinya dia sekarang hanya menghela nafas dan berhenti berbicara padaku, dia malah lebih tertarik berbincang dengan laki-laki itu."Hai.. kak, kaka panitia bagian apa..?"Fia dengan santainya menyeimbangi langkah laki-laki itu sambil mencoba menarik perhatiannya. Dasar. Gercep juga dia. Berani maju duluan.Mengetahui kami yang mencoba membuka pembicaraan kating itu memelankan jalannya mengimbangi cara berjalan kami yang selambat siput dibandingkan dengan dia. So gentlemen."Oh.. gua keamanan..""Makasih ya.. udah bantuin Fia sama Aca bawain air.. hehe" Badan Fia sudah bergerak-gerak gelisah seperti cacing kepanasan saking antusiasnya. Dasar.Tidak lama kami tiba di daerah tenda kami yang ternyata sudah rapi. Tenda kami sudah berdiri tegak siap untuk ditinggali. Melirik kesamping aku melihat Niko yang sudah terduduk lelah di samping tenda. Matanya melotot kaget melihat kedatangan kami."Mampus gue" Seru Niko."Mampus kenapa..?" Tanyaku bingung. Niko dengan tiba-tiba berdiri bingung mondar-mandir tidak jelas.Kami yang melihat tingkah bodohnya juga lebih bingung lagi. Entah apa yang harus kami lakukan untuk meredakan kebingungannya yang mengganggu itu."Kenapa Ko..." Suaraku tidak dihiraukan Niko. Dia masih saja mondar-mandir tidak jelas."NIKO! Ada apa..?"Niko mengerang frustasi, matanya melihatku memohon sekaligus takut."Niko.. ikut gua"Deg.Suara yang tidak aku harapkan terdengar dengan takut-takut aku menoleh yang sungguh keputusan yang buruk, aku menemukan Arkan bersama-sama gerombolannya berdiri dibelakang kami mengintimidasi. Pandangan Arkan mengunciku, mulutnya berucap memerintah Niko tapi tatapannya tidak pernah beralih dari mataku. Suasana riuh yang tadi sempat bergema dimana-mana perlahan menghilang di isi ketenangan yang sedikit menakutkan. Melirik sekitar aku temukan banyak mahasiswa yang melihat interaksi kami. Mereka seperti penonton sinetron yang menunggu lanjutan adegan yang sedang tayang ini.Niko berjalan menunduk mengikuti perintah Arkan. Ekspresi ketakutan yang sempat dia perlihatkan tadi terlihat kembali.Nafasku tidak beraturan takut. Ada apa ini? Atmosfer menakutkan apa ini? Keadaan membingungkan yang sungguh-sungguh sangat menyebalkan.Arkan perlahan berbalik pergi meninggalkan kami. Aktivitas orang-orang yang tadi sempat terhenti pun perlahan berlanjut kembali."Ini ember kalian, gua patroli dulu" Laki-laki yang tadi menemani kami tersenyum miring dan perlahan pergi meninggalkan aku dan Fia yang masih syok dan kebingungan."Makasih kak..." Fia berseru riang, tangannya melambai-lambai mengiringi kepergian kating itu.Ah sudahlah. Buat apa dipikirkan, lebih baik aku menata barang-barang milikku yang telah disiapkan. Semoga saja tidak ada barang yang keliru dibawa. Rasanya memalukan memikirkan kalau sudah ada orang yang mengacak-ngacak barang pribadiku apalagi dia hanya seorang teman kos yang kebetulan mendapat tugas mengemasi barang-barang ku.Harusnya tadi aku menolak dengan keras ajakan Niko, dengan begitu mungkin sekarang aku sudah duduk manis di kamar kostku dengan ditemani secangkir es coklat sekotak eskrim setoples kacang. Hh. Aku merindukan kamarku."Loe deket sama Bang Arkan ya Ca?""Ha? Maksud lo? Ga ngerti gue hehe"Aku semakin menunduk mencoba menyibukkan diri bersama ranselku mencoba menghitung barang apa saja yang terbawa.Hh. Mulai sudah sesi interogasinya, percuma sudah waktu yang terbuang untuk menghindari bahasan ini bersama Fia, aku rasa kami tidak sedekat itu untuk tahu masalah hubungan satu sama lain, otakku berpendar mencari cara untuk keluar dan menghindari percakapan ini yang setidaknya tidak akan membuat hati Fia sakit akibat penolakan ku."Hei hei ada yang jatoh.. ada yang jatoh"Seruan keras terdengar dari luar tenda. Aku dan Fia saling berpandangan lalu lari keluar tenda bersama. Mengikuti rombongan anak-anak yang berlari ke arah hutan beramai-ramai."Ada apa ya..?" Aku bertanya pada salah satu mahasiswa tingkat bawah sepertiku. Mencoba menjejeri laju jalannya bersama Fia. Fia bahkan sudah berpegangan erat pada jaket yang aku pakai, terlihat ketakutan melihat keributan ini."Katanya ada kating yang jatoh ke jurang sana..?""Ha?! Ko bisa?" Ujarku dan Fia berbarengan.Mahasiswa itu melihatku dan Fia aneh. "Ya gua nggak tau lah.. ini juga baru mau liat""Oke oke, makasih ya.."Kami berjalan cepat mengikuti arus rombongan, telingaku mencoba mencari cari informasi dari beberapa mahasiswa yang sedang bercengkrama di sampingku."*Eh.. eh katanya anak teknik yang jatoh..""oh ya? cewek atau cowok""Cowok... Namanya Niko kalo nggak salah*"Deg.Jantungku berdetak keras, Niko? Niko teman ku? Perasaan tidak enak langsung menyelimuti hatiku. Aku kerahkan tenaga pada kedua kakiku untuk berjalan lebih cepat. Fia yang mengerti juga mengimbangi langkah ku.Tidak mungkin Niko teman ku. Nama Niko itu nama yang umum jadi tidak mungkin hanya ada satu Niko di fakultas teknik. Iya. Pasti bukan.Namun penyangkalan-penyangkalan yang hatiku lakukan serasa tidak berguna. Apalagi setelah aku mengetahui kejadian yang akan aku hadapi nanti. Sepertinya aku mengambil keputusan yang salah untuk mengabaikan Arkan. Seharusnya tidak aku lakukan. Iya. Seharusnya tidak aku lakukan.

Bayusuta Cakra ArkanantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang