4

14 0 0
                                        

Mengerjapkan mata aku menguap lebar, kenapa udaranya terasa basah yah. Yang pertama kulihat adalah jendela mobil yang tertutup dan berembun. Menengok ke sebelah aku tidak mendapati siapapun yang ada didalam mobil ingatanku langsung muncul mengenai apa yang terjadi tadi perjalanan yang membosankan dan membuat emosi, makanya aku lebih memilih tertidur daripada meladeni ke-absurdan Arkan. Diluar benar-benar gelap. Merasa takut aku mencari-cari Arkan yang seharusnya ada di sampingku. Kemana tuh orang.Menengok ke samping yang terlihat sebuah rumah yang dikellingi pohon-pohon besar seperti gubug ditengah hutan. Benar saja udaranya terasa basah.Gubug yang tidak terlihat gubug itu, terlihat sangat meriah banyak cahaya yang terpancar dari dalamnya. Sepertinya didalam sedang ada pesta, terlihat betapa terangnya lampu didalam. Aku ingin masuk, tapi takut apa yang sedang terjadi didalam bisa saja kan mereka sedang pesta, or something. Jadi aku hanya berdiri mematung di samping mobil."Ar... cewek lu bangun tuh" Aku menengok mendengar seruan itu. Dewa berdiri diambang pintu dan tersenyum kepadaku. Memutar mata malas, perlahan aku berjalan mendekatinya."Yuk.. Masuk" Dewa mengajakku."Ini dimana?""Markas.. anak-anak teknik"Yang pertama aku lihat di rumah itu adalah, bertebarannya kaleng-kaleng soda beserta kulit kacang dan bungkus makanan ringan. Hell. Ini lebih mirip bank sampah dibanding tempat nongkrong. Gimana mungkin mereka bisa bertahan.Tak kulihat satupun anak diruang tamu, tapi setelah masuk lebih dalam. Aku mengernyitkan muka karena saking banyaknya anak-anak mahasiswa yang ada diruang itu 10 mungkin ada. Ada yang main PS, main gitar, dan ciuman. Wait.. whaaaaat? Eww. Mau-maunya jadi tontonan orang. Kalau aku jadi cewek itu sudah kutendang cowoknya. Kaya ngga ada hotel aja. EhDewa menghambur anak-anak yang sedang main PS, sepertinya kedatanganku tidak terlalu berarti bagi mereka karena tidak ada yang menengok satupun kearahku. Syukurlah lebih baik seperti itu, karena akan lebih nyaman. Ngomong-ngomong orang yang menjadi alasanku ada disini tidak terlihat sama sekali. Hell. Dia yang menculikku dan membawaku kesini malah sekarang aku yang diabaikan. Shit."Duduk sini dulu Ca, Arkan lagi kebelakang"Dewa menunjuk sofa yang ada dibelakangnya, karena sekarang Dewa sedang duduk lesehan tepat didepan TV. Aku menurut dan duduk tidak nyaman di sofa. Mengitari seluruh ruangan mataku langsung tertuju kearah jam didinding yang menunjukkan jam 2 pagi. Oh shit. Bego lu Ca kok bisa ketiduran lama banget!"Hello. Ma girl, Aca.." Tiba-tiba Niko sudah duduk disampingku dan merangkulku. Hell. Kenapa sekarang orang-orang suka sekali merangkul sembarangan.Tersenyum menampakkan lesung pipinya, Niko asli ganteng banget. Apalagi kalo dekat gini. Lumer deh gue dikasih senyum beginian."Paan sih.."Arkan melepaskan rangkulan Niko dibahuku. Akhirnya ni bocah muncul juga.Niko tergelak tertawa bahagia. Wah.. ternyata cakep-cakep gesrek juga."Arkan dan ke-possesivannya"Setelah tangan Niko menyingkir kukira aku akan bernafas lega, tapi malah tinggal tangan Arkan yang kemana-mana. Aku benar-benar tiidak nyaman diapit cowok-cowk ganteng ini, kalau aku tiba-tiba hilang kendali gimana? Haha. Yah.. aku akui kalau Arkan itu ganteng maksimal. Aku Menoleh ke arah Arkan ingin meminta diantarkan pulang, justru keputusan yang salah karena Arkan terlihat jelas didepan mataku. Arkan kalo deket gini ganteng gila."Gua pengen pulang"Arkan mengusap-usap poniku dan menyelipkan rambutku ke belakang telinga. Mukaku pasti engga banget, habis bangun tidur dengan rambut singa yang bertebaran, aku kehilangan ikat rambutku sepertinya lepas didalam mobil. Moga aja ngga ada pelangi di mataku."Yuk.. Cabut"Aku menoleh ke asal suara, yang ternyata gerombolan anak teknik yang sepertinya akan pergi."Oke.. duluan aja, gua nyusul bentar lagi"Arkan menyahut yang langsung diangguki mereka. Mengernyitkan mata aku menatap lurus kearah Arkan."Kamu disini dulu ya, ada Niko yang jagain.. aku ada urusan bentar... hmm" Ucap Arkan yang langsung membuatku melongo. Dengan santainya dia mengecup keningku lalu pergi bersama Dewa."Mereka mo ngapaiin, Ko..""ooh.. ada gossip yang beredar kalo besok bakalan ada demo illegal besar-besaran.. makanya mereka pergi" Niko berbaring diatas karpet memainkan Hpnya."Kok.. lu kaga pergi juga?""Gua kan disuruh jagain elu.." Niko mendongak menatapku kesal."Chh.. mau aja disuruh-suruh.." Aku mendecih, menanggapi pernyataan Niko. Seperti Arkan bosnya saja, pada mau gitu disuruh-suruh."Arkan itu ketua kita Ca, seenggaknya dia percaya sama gua buat jagain ceweknya, karena masalah kali ini nggak main-main.. ada indikasi kalo demo yang bakalan terjadi besok ada campur tangan politiknya, lu inget Ryan temen yang satu ospek sama kita?" Aku mengangguk"Dia sampe diserempet orang gara-gara kemaren ikut demo bareng kita-kita di senayan""Emang kalian demo apaan kemaren di senayan?" aku mengernyit bingung."Kita demo masalah korupsi E-ktp, mungkin yang keliatan cuman Novel Baswedan yang diteror tapi nyatanya kebanyakan aktivis yang kemaren ikut demo kena terror juga Ca""Kok nyeremin sih? Terus hubungannya sama demo illegal besok itu apa?" Niko menghela nafas menyebarkan diri mungkin karena aku banyak Tanya."Demo besok dibilang illegal karena mereka ngga minta persetujuan sama Dekan, bahkan minta ijin sama Arkan-pun ngga, jadi anak-anak mikir kalo ini pasti ada yang ngga beres"Niko tersenyum menyudahi penjelasannya. Lalu duduk menghadapku. Memandangku penasaran. Perasaanku mulai ngga enak. Mengganti topic Niko bertanya penasaran padaku"Abis ngapain aja lu sama Arkan, ko bisa lu tidur dimobilnya dia, malem-malem lagi. Bahkan baju lu belum ganti dari kemaren sore" Aku menghela nafas, mendengar runtutan pertanyaan Niko."Terserah kita lah, mo ngapain.." Aku memutar mata malas menjawab pertanyaannya."Ntar elu terkejut, abis itu minta ikutan lagi, kan berabe jadinya, Ah dan satu lagi gua bukan ceweknya Arkan ya.. enak aja"Niko tergelak mendengar jawabanku, aku hanya ikut tersenyum saja. Sisa pagi, dini hari itu kami habiskan dengan main PS berdua sampai kami tertidur, bahkan TV-nya kami biarkan menyala.

Bayusuta Cakra ArkanantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang