Sara berdiri di depan sebuah pintu dengan jantung bertalu kencang. Asisten Madam Tenar baru saja pergi setelah mengantarnya menuju sebuah ruangan yang kini berada di depannya. Pandangan Sara tak pernah lepas dari daun pintu seolah bisa berteleportasi mengenai situasi di dalam.
Begitu tangannya terangkat hendak menyentuh gagang pintu, tiba-tiba pintu terbuka dari dalam. Detik berikutnya pandangannya jatuh pada sosok bertubuh tegap dengan dada telanjang. Hanya selembar handuk menutupi bagian pinggang sampai bawah.
Wajahnya seketika memanas melihat pemandangan sexy dan hot di depannya. Tanpa sadar tangannya yang menggantung mengarah ke perut berotot pria itu. Menyentuh kulit berotot itu dengan tatapan kosong. Sara ingin menarik tangannya menjauh tapi seolah ada magnet yang berusaha menarik tangannya ke arah sana. Akhirnya Sara hanya mengikuti nalurinya.
Namun tak berselang lama, tangannya di cekal erat. Saat itulah Sara sadar akan tindakannya. Sadar bahwa dia sudah bersikap tidak sopan di pertemuan pertama mereka.
Ada rasa canggung menjeda sebelum akhirnya mendapati tatapan tajam pria itu padanya. Sara menelan ludah susah payah. Nyalinya menciut di tatap begitu intens. Sara bergerak gelisah dengan bibir buka tutup hendak bersuara. Keheningan membuatnya tertekan.
Sara meneguk ludah beberapa kali kemudian bersuara. “S-saya d-di suruh Madam Tenar kesini.”
Hening kembali mendera setelah Sara melontarkan kalimat penuh penjelasan alasannya berada disini. Namun pria itu tak kunjung bersuara dan tanpa kata melepas cekalan tangannya kemudian berbalik meninggalkan Sara mematung di ambang pintu.
Melihat tanggapan itu bagaikan indikasi tersendiri buat Sara. Artinya pria itu menerima penjelasannya dan membiarkan dirinya masuk. Dengan pintu terbuka tanpa niat di tutup sepertinya tebakan Sara benar.
Sebelun benar-benar masuk, Sara menelisik satu persatu isi ruangan. Cukup mewah dan sanggup membuat Sara merasa terintimidasi. Ranjang king size di lengkapi sofa panjang di kaki ranjang. Pencahayaan remang-remang pun turut membuat seluruh indera tubuhnya meremang. Tahu betul alasan di balik semua ini. Yaitu demi terciptanya suasana yang intim.
Usai memindai seluruh ruangan, Sara melangkah masuk dan bertepatan dengan itu pandangannya tertuju pada sosok yang baru saja mengabaikannya. Pria itu kini berdiri membelakanginya di sisi ranjang tanpa berniat memakai pakaiannya. Bagaikan alarm, hal itu kembali mengingatkan Sara akan tujuannya kemari.
“Tidak melakukan pekerjaanmu?”
Suara berat nan seksi itu menyentak Sara dari pikiran kotornya. Punggung kokoh yang sebelumnya nampak kini berubah menjadi bagian depan tubuh pria itu. Berapa lama dia melamun sehingga tidak menyadari perubahan posisi pria itu.
Saat itu juga Sara sadar bahwa prua itu menyuruhnya melakukan sesuatu untuk memancing gairah pria itu.
“S-sekarang?”
Entah karena gugup, Sara akhirnya mengeluarkan pertanyaan konyol itu. Detik berikutnya dia malu sampai ubun-ubun. Wajahnya sekejap memanas sedetik pertanyaannya selesai dia ajukan. Apalagi tawa kecil keluar dari bibir pria itu semakin membuatnya merasa kecil di hadapan sosok tersebut.
“Besok.”
Detik berikutnya kekehan rendah terdengar dari sosok di sana. Kekehan yang terdengar seolah mengejek dirinya.
“Apa kamu memang polos atau pura-pura polos?”
Pupil mata Sara membesar seketika. Dia jadi bingung sendiri. Tone suara pria itu sedikit menyebalkan di telinganya. Seolah meragukan kepolosannya.
“Sudah lupakan saja,” detik berikutnya, pria itu berbalik dan memunggungi Sara. Kembali berkutat dengan tablet miliknya.
OoO
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Wife
RomanceTidak ada pernikahan yang sempurna. Begitu pula dengan pernikahan Sara dengan Sakti. Meski sudah menikah hampir delapan tahun, nyatanya masih banyak hal yang belum mereka ketahui dari pasangan. Mungkin lain cerita kalau mereka tinggal satu atap. T...