Sara ingin kembali menarik kata-katanya yang mengatakan bahwa dia tidak akan pernah mau memakai uang suaminya bagaimana pun kondisi keuangannya. Nyatanya hari ini, dia memilih menemui sang suami yang berada di kota Jakarta. Sepulangnya dari tempat kerja, dia langsung memesan tiket dan bergegas mengemas pakaiannya.
Demi Sena, sekarang Sara sudah berada di bandara Sultan Hasanuddin Makassar dan memegang tiket pesawat yang akan mengantarkannya ke Jakarta. Usai check-in dan menunggu beberapa menit di ruang tunggu, akhirnya pengumuman keberangkatan pesawat terdengar. Sara segera berdiri bersama penumpang lain.
Sekitar delapan menit, akhirnya Sara sudah duduk dalam pesawat dan sebentar lagi akan take off. Duduk di bagian jendela adalah tempat favoritnya. Pemandangan di langit sangat ampuh menjernihkan pikirannya sejenak dari kenyataan yang ada di bumi.
Kurang lebih dua jam di tempuh dan selama itu Sara hanya bisa tidur. Sara baru saja bangun ketika mendengar suara pramugari terdengar dari speaker yang mengumumkan bahwa sebentar lagi pesawat akan landing dan di anjurkan untuk mengencangkan pengaman.
Keluar dari pesawat Sara berjalan menuju gate keluar, mencari taksi. Begitu dapat taksi, Sara segera menyebut alamat tempat tinggal suaminya. Selama di perjalanan Sara hanya menatap gedung pencakar langit yang berjejer di pinggir jalan. Jika boleh jujur, kota-kota besar seperti Jakarta bukan style Sara. Jakarta yang ramai membuatnya kurang nyaman.
Itulah alasan kenapa selama delapan tahun berumah tangga mereka saling berjauhan, karena Sara tidak betah tinggal di kota Jakarta, sedangkan suaminya tidak mungkin tinggal bersamanya di Makassar jika pekerjaan pria itu rata-rata berada di Jakarta. Oleh karena itu, setiap tiga bulan sekali suaminya sendiri yang akan terbang jauh mengunjunginya. Sara sendiri tidak perlu merasa harus repot-repot mengunjungi sang suami. Karena sejatinya dia tidak peduli.
Setelah membayar ongkos dan menurunkan koper mini yang cukup menampung dua pasang baju dan peralatan make up. Sara berjalan menuju meja resepsionis. Dia menyapa dengan senyuman ketika berdiri di depan meja resepsionis, meminta key card yang memang di peruntukkan untuknya.
Sara menerima key card itu tanpa pertanyaan lebih dari sang resepsionis. Mereka cukup mengenal Sara walau dia jarang ke sini.
Entah kapan, tapi yang pasti terakhir kali Sara ke jakarta adalah dua tahun yang lalu. Tepatnya saat pesta pernikahan adik iparnya dan Sara menginap di apartemen mewah milik sang suami.
Setelah tiba di unit suaminya, dia segera menempelkan key card itu di atas layar pendeteksi dan otomatis pintu terbuka. Sara segera membuka lebar pintu itu agar badannya muat masuk.
Bau menyengat langsung menjumpai hidungnya, aroma alkohol dan bau makanan basi bercampur. Sara menghela napas keras ketika pandangannya jatuh pada ruang tamu. Di sana ada banyak bercecer minuman kaleng dan beberapa botol yang Sara yakini itu adalah minuman beralkohol. Beberapa bungkus snack dan sisa makanan seperti pizza, chicken crispy, burger. Pasti yang punya apartemen habis berpesta bersama teman-temannya melihat banyak minuman dan makanan yang tidak mungkin di habiskan seorang diri.
Lagi-lagi Sara menghembuskan napas keras. Kopernya dia singkirkan ke tembok dan mulai membersihkan semua bekas sisa makanan itu ke tong sampah. Memisahkan yang mana sampah basah dan kering. Setelah semua dia buang, sekarang Sara mengambil lap dan vakum cleaner. Menyedot semua debu dan remahan makanan kemudian di lap bersih.
Satu jam Sara habiskan hingga ruang tamu nampak bersih dan wangi. Gila. Hanya ruang tamu, waktu yang dia habiskan sejam. Harus dapat rekor Muri sih ini.
OoO
Sara keluar kamar mandi dengan pakaian rumahan, rambutnya masih terlilit handuk. Rasanya segar setelah tubuhnya menyentuh air. Rasa jet leg dan rasa lelah membersihkan apartemen suaminya berangsur segar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Wife
RomanceTidak ada pernikahan yang sempurna. Begitu pula dengan pernikahan Sara dengan Sakti. Meski sudah menikah hampir delapan tahun, nyatanya masih banyak hal yang belum mereka ketahui dari pasangan. Mungkin lain cerita kalau mereka tinggal satu atap. T...