BAB 10: HONESTY

138K 8K 42
                                    

Lia mengusap matanya yang masih sedikit basah, ia masih betah berada di pelukan suaminya. Menurutnya hal ini terlalu nyaman untuk di lepaskan.

"Jangan cengeng kau seperti anak kecil" ejek Arnov membuat Lia kesal.

Dirinya bukan seperti anak kecil hanya saja ia memang tidak suka menelan obat-obatan.

Wanita itu memukul dada Arnov dengan kencang, "Aku tidak suka obat, dasar pemaksa."

Arnov menatap istrinya dengan mata tajamnya, sontak hal itu membuat Lia beringsut mundur dan menunduk.

"Maaf."

Setelah mengatakan itu Lia membaringkan tubuhnya dan memunggungi Arnov. Ia menarik selimut untuk membungkus tubuhnya hingga menyisakan kepalanya.

Tangan kekar Arnov meraih pinggang Lia, ia membalikkan tubuh mungil istrinya untuk menghadap kearahnya.

"Apa kau takut?" tanya Arnov sambil mengelus pelan pipi putih susu itu.

Lia mengangguk pelan.

"Kau sangat menyeramkan."

"Bukankah tadi kau bilang jika ingin mengatakan sesuatu kepadaku."

Lia menepuk pelan keningnya, "Hampir saja aku lupa."

Wanita cantik itu bangkit dan duduk di atas ranjang, ia bersandar headboard. Menepuk pelan tempat sebelahnya membuat Arnov peka dengan kode yang istrinya berikan.

Arnov memposisikan dirinya disebelah istrinya, entah dorongan dari mana pria itu memeluk pinggang ramping Lia. Menumpukan dagunya di atas kepala milik Lia hingga aroma fruity  begitu menguar.

Pria itu memejamkan matanya menikmati aroma yang begitu menenangkan.

"Arnov" panggil Lia.

"Hm."

"Aku akan mengatakan suatu hal tapi jangan memotong pembicaraanku" ucap Lia memberitahu Arnov.

Arnov bergumam, pria itu masih menikmati aroma yang begitu khas dari istrinya.

"Aku tidak akan memintamu untuk percaya padaku tapi setidaknya kau menjadi pendengar yang baik."

Orang yang berstatus sebagai suaminya itu tidak merespon, Arnov malah semakin mengeratkan pelukannya.

Lia menunduk, "Aku minta maaf atas segala sikap dan tingkahku di masa lalu."

"Pernikahan kita sangat tergesa-gesa membuat aku masih belum siap untuk menjadi seorang istri, aku masih ingin bersenang-senang seperti temanku yang lain."

Pernikahan keduanya memang terjadi karena perjodohan dari orang tua Arnov dan orang tua Lia.

"Waktu itu aku begitu membencimu sebab ada yang bilang jika kau selalu tidur dengan perempuan berbeda setiap harinya."

Arnov tidak menjawab apa pun tetapi pelukannya pada Lia semakin erat.

"Aku benar-benar meminta maaf padamu."

Lia menjeda ucapannya sejenak.

"Dan aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Calvin, aku bahkan tidak pernah tidur bersamanya."

"Aku juga tahu bagaimana sifat Alana yang sebenarnya."

Arnov membuka matanya, ia menatap Lia yang tengah menunduk sambil meremat jari-jari mungilnya.

"Tatap aku" perintah Arnov.

Lia menatap manik tajam milik suaminya itu, entahlah ia tidak bisa membaca ataupun melihat ekspresi yang dipancarkan oleh mata tajam itu.

"Tidak apa-apa aku sudah memaafkanmu."

Mata bulat Lia mengerjap beberapa kali, semudah itukah Arnov memaafkannya. Bagaimana bisa kesalahannya dianggap sudah termaafkan oleh Arnov.

"Aku tidak memaksamu untuk memaafkanku, Arnov. Aku tahu kesalahanku begitu banyak dan tidak seharusnya diriku bersikap seperti itu padamu."

"Apa aku kelihatan terpaksa mengatakan hal tadi?."

"Aku tidak tahu, kau begitu sulit ditebak" Lia berkata jujur.

Suaminya begitu sulit untuk ditebak.

"Arnov, jika aku mengatakan ini apa kau akan percaya?."

"Tentu saja."

Lia menghela nafas pelan, kenapa semudah ini suaminya dalam menjawab.

"Aku ingin memperbaiki dirku menjadi lebih baik, aku juga ingin belajar untuk jadi istri yang baik untukmu."

"Arnov, bisakah kita memulai hubungan ini dari awal?" tanya Lia sambil mendongak menatap wajah tampan suaminya.

Melihat tidak ada respon membuat Lia kembali menunduk.

"Aku akan memperbaiki sikapku dan belajar untuk menjadi istri yang baik."

"Lakukanlah, aku senang mendengarnya."

Pria seperti Arnov tidak pandai berkata-kata, dirinya memang tidak banyak merespon tetapi batinnya bergetar mendengar perkataan Lia.

Perasaan bahagia membuncah begitu besar hingga Arnov begitu kewalahan untuk menghadapinya.

Nafas hangat menerpa leher mulus Lia membuatnya geli dan merinding.

"Arnov, jangan disitu" larang Lia yang membuat Arnov semakin menjadi-jadi.

Pria itu mengendus dan mencium leher putih istrinya lalu mengecupnya sekali. Arnov memandang wajah pucat istrinya.

"Tidur" perintah Arnov.

"Aku baru saja bangun tidur jika kau lupa" ujar Lia, merasa tidak terima jika disuruh tidur lagi.

"Tidur atau aku yang akan menidurkanmu."

Ucapan Arnov tentu saja membuat Lia paham, wanita itu dengan segera membaringkan tubuhnya.

Arnov pun mengelus pelan punggung istrinya untuk menciptakan rasa nyaman.

Beberapa menit Lia tertidur, nafasnya begitu teratur.

"Aku hampir hilang kendali, Lia. Kau benar-benar membuatku gila."

_

Alana berada di apartemen milik Calvin, keduanya baru saja melakukan kegiatan panas yang menggairahkan.

Dengan posisi yang masih berada di atas ranjang, Alana memulai sebuah percakapan.

"Calvin, sekarang Lia sudah berubah" ujar Alana membuat Calvin yang terpejam membuka matanya.

"Aku sudah melihatnya kemarin."

"Apa dia juga berubah padamu?."

"Hm, bahkan memutuskan pertemanan denganku" jawab Calvin.

Tangan nakal pria itu mulai menggerayangi tubuh Alana, wanita itu tidak menolak bahkan dirinya menikmati.

"Kita harus menyusun rencana lagi, Calvin" ucap Alana penuh ambisi.

"Setelah hartanya jatuh ke tangan kita, aku akan merobek wajah jeleknya" lanjutnya.

"Kau tenang saja aku memiliki sebuah rencana yang bagus tapi untuk sekarang kita menikmati ini dulu."

"A-apa Ahhh."

Keduanya pun melakukan hubungan panas kembali.

_

Terimakasih ✨

ARNOVEA: Second Life His Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang