Matahari mulai menembus celah gorden, membuat mata bulat itu mengerjap perlahan. Ia melakukan peregangan sembari membolak-balikkan tubuhnya di kasur.
Lia bangkit dari ranjangnya dan segera bergegas untuk membersihkan diri.
Wanita itu menatap dirinya di pantulan cermin, tangannya meraba leher putihnya.
Kalung?
Sejak kapan ia memakai kalung ini dan seingatnya dirinya tidak memiliki kalung seperti ini.
Mengendikkan bahunya acuh, mungkin saja suaminya yang memasangnya. Ya mungkin saja!
Lia segera bersiap untuk pergi ke butiknya, melihat jam yang berada di atas nakas sepertinya Arnov sudah berangkat. Mana mungkin pria dingin itu mau berangkat pukul 8 pagi lebih.
Ia pun segera menuju ruang makan untuk sarapan.
Melihat siluet suaminya yang berada di ruang makan membuat Lia mengernyit heran, bukankah Arnov tipikal orang yang sangat on time.
"Kenapa kau belum berangkat?" tanya Lia sembari mendudukkan dirinya di samping Arnov.
"Meeting jam 9."
Bohong, pria itu berbohong pada istrinya. Sebenarnya ia memang menunggu kedatangan Lia agar bisa berangkat bersama.
Lia hanya ber oh sebagai jawaban sembari menganggukkan kepalanya.
Keduanya akan sarapan dengan sepotong roti.
"Kau mau selai apa?" tanya Lia sambil memegang sepotong roti tawar.
"Coklat."
Lia pun segera mengoleskan selai coklat pada potongan roti itu lalu menyerahkannya pada Arnov.
Wanita itu tersenyum melihat Arnov yang begitu lahap memakan rotinya, sambil menggigit ujung rotinya sedikit matanya tidak lepas pada sosok suaminya.
"Mau lagi?" tawar Lia saat melihat Arnov yang telah menghabiskan rotinya.
Bukannya menjawab Arnov malah menatap istrinya intens, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Lia.
Refleks wanita itu pun memundurkan wajahnya.
Tangan kekar Arnov merengkuh pinggang Lia dan menariknya untuk mendekat. Bibirnya melahap roti bekas gigitan Lia yang berada di tangan wanita itu.
Setelahnya Arnov menegakkan tubuhnya dan melepaskan rengkuhan di pinggang Lia.
Mata Lia mengerjap, jantungnya berdetak tak karuan. Aish, Arnov benar-benar membuatnya salah tingkah.
Dengan cepat Lia segera melahap rotinya hingga habis. Tanpa sadar Arnov tersenyum miring melihat Lia yang sudah menghabiskan rotinya bahkan memakan bekas gigitannya.
Wanita itu berdiri dari duduknya diikuti Arnov dan langsung menggenggam jemari kecil milik Lia.
"Berangkat bersamaku" ujarnya seperti tak terbantahkan.
"Kau akan telat jika harus mengantarkan ku" balas Lia sembari berjalan mengikuti Arnov.
Arnov tidak peduli, lagipula jika dirinya telat tidak ada yang berani memarahinya. Jika ada pasti orang itu akan segera pergi menuju tempat peristirahatan terakhirnya.
"Jangan membantah, Lia."
Jika sudah begini maka Lia akan diam tidak ingin membantah.
Mobil mewah yang dinaiki keduanya melaju dengan kecepatan sedang, diikuti mobil berwarna hitam para bodyguard untuk menjaga mereka.
Di dalam mobil Lia menatap Arnov, dirinya ingin menanyakan sesuatu.
"Arnov, bolehkah aku bertanya?."
"Hm."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNOVEA: Second Life His Wife
Novela JuvenilSecond Life Story Emilia Seraphine menangis tersedu-sedu kala dirinya semakin tenggelam dalam kabut gelap dan kobaran api. Di akhir hidupnya ia baru saja melihat suaminya menikah dengan sahabat terbaiknya, Alana Carolline. Andai saja Lia tidak terla...