BAB 43: TIFFANY & CO

23.3K 1.7K 290
                                    

Pukul 1 dini hari Arnov terjaga bersama istrinya, wanita itu mendadak bangun dan tak bisa tidur lagi. Lia menyandarkan kepalanya pada bahu suaminya, rasa kantuknya benar-benar menghilang semenjak bangun. Matanya menatap sang suami, terlihat begitu lelah ia jadi kasihan pada Arnov.

Pria itu memang bersalah, tapi jika begini ia jadi tidak tega.

"Sini" ujar Lia sembari menepuk pahanya.

Arnov menaikkan sebelah alisnya pertanda bingung, tak mungkin kan jika Lia menyuruhnya tidur di situ.

"Ayo bobok di sini" ucap Lia dengan tangan kanannya yang mengusap rambut suaminya.

Arnov menggeleng tak setuju, di sini yang sakit itu istrinya. Jadi dia yang harus menjadi sandaran untuk Lia.

"Mau peluk kamu aja" balas Arnov lalu memeluk tubuh kecil istrinya.

Hal itu membuat Lia tersenyum manis, ia mengecup sekilas sudut bibir suaminya. Mendapatkan ciuman tak terduga Arnov menatap istrinya dengan mata berbinar. Keduanya saling menatap dengan penuh cinta yang tulus. Dan Arnov benar-benar bahagia.

Perempuan favoritnya, sekarang telah menjadi istrinya dan miliknya. Kini Arnov bisa mendekapnya sepuas hati kapanpun dan dimanapun.

"I have something for you" kata Arnov yang nyaman memeluk tubuh istrinya.

"What's that?."

Pria itu bangkit dari hospital bed dan membuka laci nakas, ia mengambil sebuah paper bag berwarna biru yang bertuliskan "Tiffany & co". Lalu membawanya ke hadapan Lia.

Wanita itu menutup mulutnya sebentar, ia lantas menatap sang suami yang tersenyum tipis.

"Tiffany & co?."

"Hanya sesuatu yang kecil, sayang" balas Arnov sembari mengusap rambut lembut istrinya.

Ia membuka kotak biru yang berada di dalam paper bag, menampilkan sebuah bracelet emas lengkap dengan desain merk di dalamnya. Terlihat begitu cantik dan Lia menyukainya.

Arnov memasangkan bracelet tersebut ke pergelangan tangan istrinya yang nampak kecil. Hasilnya begitu cantik dan cocok, kulit putih susu yang dipadukan dengan warna emas elegan. Perpaduan yang sempurna.

"Cepat sembuh istri kecilku" ujar Arnov lalu mengecup punggung tangan istrinya.

_

Siang hari yang begitu terik Irene, ibu Lia tengah mondar-mandir di depan rumah sembari memegang ponselnya. Bagaimana ia tidak resah, sang putri yang dirinya hubungi sejak 2 hari yang lalu tidak bisa. Nomornya tidak aktif, Irene tidak terlalu memiliki keberanian untuk berkunjung langsung ke mansion megah itu jika suaminya Lia tidak sedang di luar.

Mengingat sebuah perjanjian yang mereka buat di belakang Lia.

Irene semakin resah, ia butuh uang sekarang oleh karena itu dirinya membutuhkan Lia.

Dulu sebelum putrinya menikah, ia dan suaminya bisa mengakses debit card milik Lia sesuka hati. Sebab putrinya itu memberitahukan semua pin atm padanya. Tetapi setelah menikah dengan psikopat gila itu, ia tidak bisa menggunakannya lagi entah apa yang terjadi.

"Apa gadis itu belum bisa dihubungi?" tanya Sam, suaminya yang terlihat baru bangun tidur.

Pria tua ini definisi beban dan pengangguran, tapi ia tidak pernah mempermasalahkan itu. Setiap merintis bisnis kecil dalam kurun waktu satu bulan sudah dipastikan gulung tidak. Entahlah, ia sampai tidak memahami pria ini.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Lia" jawab Irene sedikit kesal.

"Gadis itu harus membayar semuanya, dari ia kecil hingga dewasa" ujar Sam yang tengah duduk di kursi kayu.

"Tutup mulutmu, jaga sikap dan tetap sayangi dia aku tidak ingin sesuatu yang berharga untukku di ambil oleh mereka."

_

Damian menghajar putranya habis-habisan, ia benar-benar tidak menyangka jika Arnov sebrengsek itu.

Arnov terbatuk darah, wajahnya penuh dengan luka. Ia menatap ayahnya yang menatap dingin ke arahnya.

"Apa kau pernah melihatku menyakiti ibumu?" tanya Damian pada putranya.

Arnov diam tak bergeming, ia hanya menetralkan nafasnya yang tidak beraturan.

"Arnov, kau memang putraku. Dan kau merupakan pimpinan dari mafia dunia. Kau bebas membunuh dan bermain darah dengan orang yang menghalangi jalanmu. Lantas, apa kau berhak menyakiti putri orang?" Damian bertanya pada putranya yang masih membisu di tempat.

"Aku memang kejam, membunuh dan menyingkirkan orang yang menghalangi jalanku. Tapi tidak sedikitpun aku menyakiti istriku yang susah payah aku dapatkan."

"Arnov, kali ini aku benar-benar jijik dengan kelakuan bejatmu" setelah mengatakan itu Damian berlalu meninggalkan Arnov yang terduduk di lantai.

Pukulan Damian tidak ada rasanya sama sekali, hanya saja perkataan ayahnya begitu menyentil. Ia tidak akan menyangkal, sebab dirinya memang salah.

Seratus, seribu bahkan sejuta pukulan sekalipun tidak membuat rasa menyesalnya menghilang. Seharusnya ia bisa menahan semuanya malam itu, dan istrinya tidak akan kesakitan.

Arnov memejamkan matanya, ia tidak berniat kembali ke ruang rawat istrinya untuk sebentar. Dirinya memberikan ruang untuk kedua orang tuanya dan Lia. Biarlah mereka berbagi cerita.

_

"Kau pasti sangat kesakitan, lihatlah tanda di lehermu bahkan belum menghilang" ucap Yoseline menatap sendu menantunya.

Lia tersenyum kikuk, bukan apa-apa ia hanya malu jika mertuanya membahas itu. Sebenarnya ini bukan sepenuhnya salah Arnov, sebagai pasangan suami istri yang melakukan hubungan intim ia juga menikmatinya.

"Tidak apa-apa, Ma. Aku baik-baik saja, sekarang bahkan sudah sembuh" balas Lia sembari tersenyum.

"Tenang saja sayang, Papa sedang memberikan hukuman untuk anak nakal itu."

Mata Yoseline menangkap objek yang melingkar di pergelangan tangan Lia.

"Tiffany & co" gumamnya pelan lalu meraih pergelangan tangan menantunya.

"Apa anak nakal itu yang memberikannya kepadamu?" tanya Yoseline pada Lia.

Wanita itu mengangguk, "Arnov yang memberinya semalam, Ma."

"Dasar anak berandal, tidak bisakah ia memberikan Cartier atau Bvlgari untuk istrinya ini?."

_

Jangan lupa buat vote dan komen

Komen "next" sebanyak-banyaknya

Jangan lupa bahagia semua ✨

ARNOVEA: Second Life His Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang