Pagi ini, Lia sudah berpakaian rapi. Wanita itu sedikit mengubah rencananya untuk kembali bekerja lebih awal. Menurutnya berdiam diri dirumah sangatlah membosankan, apalagi ia tidak melakukan apa-apa selain berkebun dan bersantai.
"Letakkan itu di sini" perintah Lia pada seorang maid.
Mereka tengah menyiapkan menu sarapan pagi untuk tuan rumah. Ini sudah menunjukkan pukul 06.30 tetapi Arnov belum juga turun.
Lia berniat untuk memanggil suaminya, tapi langkahnya terhenti kala melihat Arnov sudah siap bahkan pria itu sudah berada di ujung tangga.
"Aku baru saja ingin memanggilmu, tapi syukurlah jika kau sudah siap. Ayo kita sarapan" ajak Lia.
Arnov mengangguk pelan, pria dingin itu menatap penampilan Lia yang begitu rapi dan modis.
"Kau mau kemana?."
"Astaga, aku lupa ingin memberitahumu. Aku akan kembali bekerja di butik mulai hari ini, apa dirimu tidak keberatan?" tanya Lia pada suaminya.
Arnov menggeleng pelan, memangnya sejak kapan Lia izin kepadanya jika ingin melakukan sesuatu.
Ah, ia lupa jika Lia-nya sudah berubah dan Arnov sangat senang akan hal itu.
"Bersamaku."
"Ha?"
Lia yang tengah mengambilkan nasi terhenti sejenak mendengar satu kata yang keluar dari mulut suaminya. Oh astaga, dirinya tidak pandai bermain tebak kata.
"Berangkat bersamaku" ujarnya kembali.
Wanita cantik itu menganggukkan kepalanya.
"Apa segini sudah cukup?" tanya Lia sambil menunjukkan porsi makan yang dirinya ambilkan untuk suaminya.
"Hm" Arnov mengangguk pertanda setuju.
Keduanya pun memulai sarapan dengan khidmat dan hening hanya ada dentingan sendok serta suara langkah para maid dan penjaga mansion.
Beberapa menit kemudian Arnov telah menyelesaikan makannya, pria itu menatap sang istri yang masih berusaha menghabiskan sarapannya. Terlihat begitu menggemaskan, apalagi melihat pipinya yang menggembung karena terisi makanan.
Lia menoleh kesamping melihat suaminya yang sudah selesai, "Kau sudah selesai?."
Arnov mengangguk.
"Sebentar aku akan menghabiskan makananku dengan cepat" ujar Lia, wanita itu memasukkan dua sendok nasi kedalam mulutnya dengan bruntal.
Arnov yang melihatnya membulatkan matanya.
"Jangan tergesa-gesa" katanya dengan nada suara dingin dan datar.
Lia pun mengangguk sambil mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.
Arnov memandang istrinya dengan tatapan gemas, pria itu tidak mengalihkan pandangannya dari objek yang begitu menarik menurutnya.
"Aku sudah selesai" ujar Lia yang menyadarkan Arnov dari lamunannya.
Pria itu melangkahkan kakinya keluar terlebih dahulu tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Haissh, apa dia marah?" gumam Lia pada dirinya sendiri. Lalu dirinya berlari menyusul suaminya.
Melihat Arnov yang sudah siap dengan mobilnya, Lia pun segera masuk. Mobil tersebut melaju menuju tujuan.
Di dalam mobil suasana terlihat sangat canggung, keduanya sama-sama diam tidak ada yang berniat memulai percakapan.
Lia menghela nafas berat, wanita itu bingung bagaimana cara memecah keheningan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNOVEA: Second Life His Wife
Novela JuvenilSecond Life Story Emilia Seraphine menangis tersedu-sedu kala dirinya semakin tenggelam dalam kabut gelap dan kobaran api. Di akhir hidupnya ia baru saja melihat suaminya menikah dengan sahabat terbaiknya, Alana Carolline. Andai saja Lia tidak terla...