BAB 45: PRINCESS NICHOLAS

6.6K 1K 25
                                    

Tangan kekarnya menggenggam erat tangan kecil istrinya, ruangan ini akan menjadi saksi bisu perjuangan istrinya untuk melahirkan buah cinta mereka. Pria yang terkenal kejam itu meneteskan air matanya, mata tajam yang biasanya mampu mengintimidasi lawan itu memerah. Cairan bening mulai membasahi pipinya sejak beberapa menit yang lalu.

Ini akan menjadi sebuah hal yang Arnov terakhir kali lihat dalam seumur hidupnya. Ia tidak ingin mengulanginya untuk yang kedua kalinya.

"It's okay, I can" ujar Lia dengan suara lirih ia mengusap pelan tangan suaminya yang membungkus tangannya kanannya.

Pria itu tetap membisu tetapi mimik wajahnya bisa menjelaskan bagaimana perasaannya saat ini.

Arnov mengacak rambutnya kasar, perasaannya campur aduk melihat sang istri yang berjuang untuk melahirkan buah cinta mereka. Sudah cukup lama dirinya melihat Lia mengejan, tetapi sang bayi tak kunjung keluar juga.

"Please don't hurt your mom" ujarnya sembari mencium pelipis istrinya yang sudah banjir keringat.

Beberapa saat kemudian tangisan bayi menggema diruangan tersebut, membuat Lia tersenyum tipis di sisa-sisa tenaganya. Hingga akhirnya ia tak sadarkan diri yang membuat Arnov panik setengah mati.

"Sialan, istri saya kenapa?" teriak Arnov begitu kencang, membuat para dokter bergegas untuk memeriksa Lia.

Salah satu dokter menghela nafas lega dan mulai menjelaskan apa yang terjadi pada Arnov.

"Seseorang yang telah melahirkan akan kehilangan banyak darah sehingga memicu keluhan seperti limbung, pusing, pandangan kabur, sempoyongan, jantung berdebar, berkeringat dingin, lemas, bahkan bisa sampai pingsan. Dan ini adalah hal yang wajar, Nyonya Lia akan sadar dalam 1 jam kedepan" jelas sang dokter.

Mendengar penjelasan itu, Arnov bernafas lega. Ia mencium pelipis dan punggung tangan istrinya secara bergantian.

Lantas ia pun bergegas ke arah sang bayi yang masih dibersihkan oleh dokter. Matanya menatap lamat wajah bayi yang mirip istrinya.

"Dia perempuan tuan" ucap dokter pada Arnov.

Dokter tersebut menyerahkan bayi perempuan itu pada Arnov dan diterima dengan senang hati oleh pria yang berstatus sebagai ayahnya.

Arnov menatap istri dan putrinya bergantian, keduanya begitu mirip membuat Arnov tak bisa lagi menahan rasa bahagianya. Sekarang hidupnya benar-benar sempurna. Dirinya, Lia dan Putrinya.

Jemarinya mengusap lembut pipi sang putri, "Sierra Jeannice Nicholas" itulah kata pertama yang keluar dari bibir Arnov untuk putrinya.

"Sierra hiduplah dengan baik dan bahagia di dunia ini, aku telah menyiapkan kehidupan yang sempurna untuk kita."

_

Lia telah sadar dan kini ia sudah di pindahkan ke ruangan presidential suite. Kedua orang tua Arnov begitu antusias dengan kelahiran cucu pertama mereka.

"Sierra sangat cantik ya" ujar Yoseline sembari menimang cucunya.

Damian hanya mengangguk, sedari tadi ia hanya mengusap pipi merah itu dengan kehati-hatian.

Disisi lain Arnov tak bisa jauh dari istrinya semenjak tadi. Sekarang ia mengusap rasa syukur tiada henti dari lubuk hatinya, sebab Tuhan masih memberikan Lia di sisinya dan kini bertambah putrinya. Semua berjalan sesuai keinginannya.

"Sierra sangat mirip sepertimu, sayang" ujar Arnov yang berada di sebelah Lia sebagai sandaran.

"Tentu, karena aku yang mengandungnya selama 9 bulan."

"Dan ini yang aku inginkan, melihat dirimu versi kecil dalam diri anak kita" tutur Arnov sembari menatap putrinya yang ditimang oleh Yoseline.

"Kau benar-benar akan mencintainya sama seperti kau mencintaiku, kan?" tanya Lia pada sang suami.

"Aku akan mencintaimu lalu mencintai Sierra" jawaban Arnov mutlak, sama seperti bulan-bulan yang lalu ia tanyakan.

Kini Yoseline menyerahkan Sierra kepada ibunya, ia sudah puas bisa melihat dan menimang cucunya.

"Kita akan pulang sebentar sayang, nanti kita kembali lagi ya" ujar Yoseline pada anak dan menantunya.

"Iya, Mama sama Papa hati-hati ya."

Setelah kedua pasangan paruh baya itu meninggalkan ruangan Lia, kini hanya tersisa keluarga kecil yang tengah berbahagia itu. Melihat istrinya yang beberapa kali menguap, Arnov mengambil alih Sierra dari gendongan Lia.

"Biar Sierra sama aku, kamu tidur aja ini sudah larut jika putri kita haus aku akan membangunkan mu" ujar Arnov pada istrinya, ia menata bantal istrinya agar bisa tidur nyaman.

Lia pun hanya menurut, selain mengantuk badannya terasa sangat sakit setelah melahirkan.

Melihat istrinya tertidur lelap Arnov mengusap pelan surai madu itu. Ia menatap penuh cinta pada wanita yang menjadi separuh detak jantungnya itu.

Jika diperhatikan lagi rambut Sierra tidak berwarna coklat madu seperti ibunya, tetapi warna hitam pekat seperti Arnov. Ini merupakan perpaduan yang sempurna, wajah versi Lia kecil dengan rambut hitam pekat.

Arnov benar-benar terjaga, ia menemani Sierra yang berada di dalam box bayi. Hingga kini jam menunjukkan pukul 02.01 a.m, Sierra terlihat terusik dan menangis kencang membuat Arnov dengan sigap menenangkan putrinya.

Pria itu menimang-nimang pelan Sierra yang menangis kencang. Lia terbangun mendengar tangisan sang putri, ia tahu pasti Sierra tengah haus saat ini.

"Sierra pasti haus Arnov" pria itu menyerahkan Sierra pada Lia lalu dirinya duduk di hospital bed samping istrinya.

Lia mulai menyusui Sierra sembari bersandar di bahu suaminya.

"Jika laki-laki bisa menyusui, aku tidak perlu membangunkan tidur nyenyakmu" ucapan Arnov terdengar konyol membuat Lia tertawa sedikit.

"Tidak menyusui pun kamu sudah menjadi ayah yang sempurna untuk Sierra."

"Sierra, aku harap kamu tidak pernah menyesal memilih kita untuk menjadi orang tuamu di kehidupan yang hanya satu kali ini."

_

Terimakasih ✨

Bahagia selalu semuanya

Vote dan komen ya.

Sebentar lagi Ending

Dan cerita Asia & Tenggara akan dilanjutkan setelah cerita ini selesai

See you next days

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARNOVEA: Second Life His Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang