Arnov menatap gemas istri mungilnya yang begitu lahap memakan makan siang, saat ini keduanya berada di kantin perusahaan atas permintaan Lia dengan segala bujuk rayunya. Pria itu tak menyentuh makanannya sedikit pun sebab ia sudah kenyang hanya sekedar menatap istri cantiknya ini.
"Kau tidak makan?" tanya Lia sambil memasukkan satu suap daging ke dalam mulutnya.
Arnov menggeleng, "Aku sudah kenyang."
"Tapi kau harus makan, ini rasanya sangat enak" ujarnya begitu antusias.
Lagi-lagi hal itu membuat Arnov tersenyum tipis, bahkan interaksi di sekitarnya tidak ia hiraukan.
Para karyawan yang berlalu-lalang mengambil dan menyantap makanan benar-benar menutup mulutnya untuk tidak bersuara. Mereka tidak ingin menganggu sang tuan yang tengah menikmati waktunya dengan istrinya, lagian mereka masih sayang dengan nyawa.
Lia menyodorkan satu suap daging ke depan mulut Arnov, dan langsung di sambut dengan senang hati.
"Enak, kan?."
"Hm."
"Mau aku suapi lagi?" Lia bertanya sembari mengambil piring Arnov yang masih utuh.
Arnov mengangguk, akan lebih enak jika disuapi oleh istrinya.
Lia pun mulai menyuapi suaminya dan juga dirinya sendiri, sebenarnya ia sedikit bingung mengapa para karyawan di sini begitu hening bahkan mereka tidak ada yang membuat suara sedikit pun. Apa ini ketentuan perusahaan, tapi mengapa begitu aneh?
Mengendikkan bahunya acuh, lagipula itu bukan urusannya untuk apa ia memikirkannya.
Beberapa menit, keduanya telah menghabiskan makan siangnya. Bahkan Lia sesekali menepuk perut ratanya sebab merasa kekenyangan membuat Arnov menggelengkan kepalanya.
"Puas, hm?."
Lia mengangguk, "Puas banget, makanan di sini sangat enak."
Arnov senang mendengarnya, mungkin setelah ini ia akan memberikan bonus dan gaji berkali-kali lipat untuk para koki perusahaan.
"Arnov, aku harus kembali ke butik. Leria menghubungiku jika ada salah satu pelanggan yang komplain karena tidak sesuai dengan pesanan" ujar Lia membuat Arnov mengerutkan keningnya tak suka.
Siapa yang berani mengkomplain istri cantiknya, dirinya saja tidak berani lantas orang asing itu dengan lancang melakukannya.
"Aku antar."
"No."
"Aku antarkan, Lia" ucap Arnov penuh penekanan.
"No, kau ada meeting setelah ini."
"Itu bisa diatasi oleh Leo."
Lia menggelengkan kepalanya tak habis pikir, suaminya memiliki sifat seenaknya.
"Nggak boleh, bos harus memberikan contoh yang baik" ucap Lia sembari menepuk pelan dada bidang Arnov.
Keduanya berjalan menuju ruang kerja Arnov untuk mengambil tas Lia yang masih berada di sana.
"Bukankah aku sudah baik kepadamu."
"Heii, aku bukan karyawanmu."
Arnov mengulum bibirnya melihat ekspresi istrinya, ia mati-matian menawan tawa dan gemasnya.
"Iya, kau kan istriku" balas Arnov sambil menarik tubuh Lia untuk semakin dekat dengan dirinya.
"Aku tahu" Lia berkata sambil menyibak rambutnya centil.
Arnov menggigit pipi kiri Lia dengan sedikit keras membuat wanita itu memekik keras, untung keduanya berada di lift.
"Akhhhh" jerit Lia sambil memukul lengan Arnov sekeras mungkin membuat pria itu menghentikan gigitannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNOVEA: Second Life His Wife
Ficção AdolescenteSecond Life Story Emilia Seraphine menangis tersedu-sedu kala dirinya semakin tenggelam dalam kabut gelap dan kobaran api. Di akhir hidupnya ia baru saja melihat suaminya menikah dengan sahabat terbaiknya, Alana Carolline. Andai saja Lia tidak terla...