EMPAT BELAS

42 7 0
                                    

Hingga waktu menjelang sore, mereka masih saja betah berlama-lama menikmati keindahan ribuan bunga tulip—yang sebenarnya jika ditelusuri hingga ke ujung taman bunga ini tidak cukup waktu satu hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hingga waktu menjelang sore, mereka masih saja betah berlama-lama menikmati keindahan ribuan bunga tulip—yang sebenarnya jika ditelusuri hingga ke ujung taman bunga ini tidak cukup waktu satu hari.

Kini, mereka berdua tengah berada di atas perahu yang diperuntukan untuk para turis yang ingin menelusuri Keukenhof tanpa perlu mengeluarkan tenaganya. Karena Sabine dan Arkeen sudah kehabisan energi untuk melanjutkan berjalan kaki. Jadi, mereka memilih naik perahu bersama dengan rombongan turis asal Tiongkok.

Lagi pula, pemandangan yang tersaji selama menjelajahi Keukenhof menggunakan perahu ini tak kalah cantiknya. Mereka justru bertemu dengan kawanan angsa putih penghuni sungai buatan tersebut.

"Lihat, mereka di sana!" tunjuk Sabine yang sejak tadi mencari-cari kawanan angsa putih untuk dijadikan obyek bidikan Arkeen.

Dengan sigap Arkeen segera mengarahkan lensa kameranya ke arah yang ditunjuk oleh gadis itu. Dalam hitungan menit, Arkeen berhasil mengabadikan obyek tersebut dan mendapat beberapa gambar.

"Bagaimana?" tanya Arkeen sambil menyodorkan kameranya pada Sabine, memperlihatkan hasil bidikannya.

"Keren!" gadis itu memuji sepenuh hati. Keduanya sama-sama tersenyum pada satu sama lain. Dan situasi saat itu mendadak membuat Sabine jadi tidak nyaman.

Entahlah, duduk sedekat itu dengan dikelilingi orang asing yang sejak tadi menatap mereka. Membuat Sabine jadi serba salah. Belum lagi, Arkeen terkadang iseng mengambil beberapa gambar dirinya dari jarak dekat seperti itu. Astaga, bagaimana jantung Sabine tak terus-terusan berpacu? Bahkan gadis itu mampu mendengar suaranya hingga keluar dada.

"Ng, Arkeen," panggil Sabine.

Arkeen yang sedang asyik melihat-lihat hasil bidikannya selama mereka berada di Keukenhof seharian, menoleh dan menyahuti Sabine. "Yah?"

Gadis itu berdeham sebelum mengajukan pertanyaan. "Bagaimana perasaanmu saat ini?"

"Uhm, aku merasa lebih baik."

"Baguslah kalau begitu," Sabine menepuk kikuk pundak Arkeen di akhir kalimatnya.

Keadaan berbalik menjadi sunyi saat masing-masing di antara mereka bungkam dan sama-sama sibuk mengontrol dirinya. Suara-suara justru terdengar dari rombongan turis Tiongkok yang berbicara dengan mengunakan bahasa yang terdengar asing di telinga mereka berdua.

Sabine mengibas-ngibas tangannya di depan wajah, berniat mengusir rasa gugupnya. Sementara Arkeen yang duduk di sampingnya sejak tadi menyibukan diri dengan kameranya. Meski terlihat datar saja, siapa yang tahu jika sebenarnya kala itu Arkeen juga merasa gugup berada pada situasi seperti itu.

"Kamu tahu, seharusnya sejak dulu aku melakukannya," celetuk Arkeen kemudian.

Gadis itu menoleh, "melakukan apa maksudmu?"

"Seharusnya sejak dulu aku meluapkan isi hatiku. Setelah mengatakan semuanya, sekarang aku merasa lebih ringan. Bedankt, Sabrina."

Sebuah senyuman mengulas di bibir Sabine. "Sama-sama. Kamu juga pernah melakukan hal yang sama padaku."

REWIND; SPRING IN AMSTERDAM ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang