Siapa yang kangen bocil kematian?
—🐊🦋—
"Papa, pokoknya Biru mau jualan...," rengek anak itu sembari mengayunkan lengan Papanya.
Elard hanya bisa memijit keningnya yang tiba-tiba pening akibat putra bungsunya. Bagaimana tidak? Biru, bocah itu merengek ingin berjualan es cendol didepan mansion.
"Kau tau dimana letak mansion ini kan?" Elard menyugar rambut Biru yang masih merengek.
"Tau, ditengah hutan."
"Lalu siapa yang akan membeli jualan mu anak nakal? Tidak lucu jika tiba-tiba orang utan datang dan membeli jualan mu."
Biru mengerucutkan bibirnya. "Siapa tau aja ada otang utan premium kaya raya disini," ucap anak itu.
Arsen yang berdiri disamping pintu ruang kerja Elard, menghela napas panjang. "Tuan muda kecil sepertinya agak sedikit tidak waras," gumamnya dengan suara sekecil mungkin.
Ia tak berani berucap keras. Ia tak ingin dijadikan Arsen geprek sambalado oleh Elard.
"Kau mengerjai Papa?" Elard menaikkan sebelah alisnya saat suara tawa khas itu terdengar.
Biru mencoba menghentikan tawanya yang sampai berbunyi ngik-ngik itu saat melihat wajah mengintimidasi dari Papanya.
"Biru bercanda kok, jangan marah Papa. Biru cuma mau ngehibur Papa yang lagi kerja. Biru tau kerjaan Papa banyak, dari pada Papa stress terus gil–"
Elard menyela cerocosan bocil kematian itu dengan membekap mulut Biru. Elard lagi-lagi menghela napasnya berat. "Biru, kau sepertinya sudah bosan dengan kebaikan Papa."
Biru menurunkan lengan Papanya. Ia lalu memeluk leher Papanya. "Papa jangan marah-marah gitu dong! Biru kan niatnya baik."
"Niat mu baik tapi membuat kepala Papa semakin sakit," ujar Elard menatap putranya datar.
"Biru sakit hati loh kaya gini." Biru memegang dadanya, menatap Papanya dramatis.
Biru menjauh dari Elard. Anak itu membekap mulutnya dan pura-pura menangis. "Kamu jahat mas! Aku kira kita special!"
"Hentikan drama mu Biru. Kemari." Elard menatap Biru jengah.
"Aku sakit hati mas kamu gituin!" Biru berlagak menghapus air matanya. "Gimana? Udah depresi belum?" tanyanya sembari menaikturunkan alisnya pada Elard.
"Ya, mungkin sebentar lagi Papa akan gila berhadapan dengan mu," sahut pria paruh baya itu.
Biru berjalan mendekati Elard. "Papa jangan ngomong gitu dong!" ujarnya sewot.
"Kalau begitu hentikan."
"Kili bigiti hintikin," ejek Biru menirukan perkataan Papanya.
"Kembali ke kamar mu Biru. Papa tidak ingin memarahi mu."
"Papa marah?" tanya anak itu tanpa menoleh.
"Papa sudah meladeni mu hingga pekerjaan Papa tertunda. Papa akan melanjutkan pekerjaan, lebih baik kau kembali ke kamar mu."
Ucapan dingin itu sontak membuat Biru menoleh sepenuhnya kearah Papanya. Sepertinya ia sudah kelewatan bercanda pada Papanya.
"Papa–"
"Banyak kerjaan yang harus Papa urus. Papa minta untuk kembali ke kamar mu sekarang."
Biru kelabakan sendiri mendengar ucapan penuh tekanan itu. "Papa, jangan marah ke Biru...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru || Bhalendra's Diamond
RandomPERHATIAN! Brothership | Familyship, bukan Romance dan bukan bxb! 🦋 Singkat saja, cerita ini dibuat untuk melepas rasa rindu pada remaja bernama lengkap Biru Aldaren Bhalendra. Tidak ada yang spesial...