11.TIDAK SEDARAH

10.3K 1.1K 288
                                    

—🐊🦋—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—🐊🦋—

"BODOH! BAJINGAN!"

Sean melempar ponselnya sembarang seraya meraih kunci mobilnya. Pemuda itu berjalan tergesa menuju mobilnya, dan melajukan mobil mewah itu diatas kecepatan rata-rata.

Sean meremat kuat setir mobil. Ia sangat amat menyesal baru saja melihat CCTV di kamar Biru. Kejadian itu terjadi kemarin, ia bahkan tak bisa berpikir bagaimana adiknya saat ini. Dikurung dikamar beserta rasa sakit yang ditanggung sendirian.

"Aku akan membunuhmu, Ben."

Tak butuh waktu lama untuk dirinya sampai di mansion Bhalendra. Ia berlari cepat menuju kamar Biru. Sean dapat melihat beberapa bodyguard yang menjaga kamar Biru.

"Cepat buka pintunya!"

"Maaf tuan muda, tuan besar berpesan-"

"Persetan dengan itu! Adikku sekarat didalam sana. Buka pintunya atau kubunuh kau sekarang juga!" ancam Sean. Matanya memerah menandakan bahwa dirinya benar-benar emosi.

Bodyguard itu lantas membuka pintu kamar Biru dengan cepat. Sean masuk dengan langkah tergesa.

"Bi-Biru?" panggilnya terbata.

Selimut yang membungkus tubuh Biru sampai hingga sebatas hidung tak langsung membuat Sean tau bahwa darah sudah memenuhi area hidung, pipi sampai mulut Biru.

Dengan perlahan Sean menyingkap selimut itu. "Ya Tuhan...."

Sean mengangkat bahu Biru. Sean kacau. Biru benar-benar sedang sekarat. Darah segar sudah berhasil membasahi bantal Biru, bahkan Sean masih dapat melihat sedikit demi sedikit darah yang keluar dari luka dikepala Biru. Tak pikir panjang, Sean merobek kemejanya dan mengikat luka di kepala adiknya untuk menghentikan pendarahan.

"Bertahan Biru, Abang mohon," bisik Sean.

Ia mengangkat tubuh kecil itu ke gendongannya dan berlari untuk segera membawa Biru kerumah sakit.

Salah satu bodyguard menyetir membawa mobil Sean. Pemuda itu memangku Biru. Sean tak henti-hentinya berdoa dalam hati demi keselamatan adiknya.

"Tolong bertahan, sebentar lagi...," lirih Sean seraya menciumi kening Biru.

Engh

Sean menatap lamat netra yang tengah berusaha terbuka itu. Biru hanya mampu membuka mata segaris, Sean tersenyum memberi ketenangan.

"You are safe, sebentar lagi kita akan sampai."

"A-Abang," panggil Biru dengan suara yang teramat lirih. Air matanya turun membasahi pelipisnya. "Bi-Biru–"

"I know, don't worry, everything will be fine."

Sean memeluk Biru semakin erat saat anak itu mengerang kesakitan. "Sa-sakit, Abang, se-semuanya sakit...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Biru || Bhalendra's Diamond Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang