7 + 8 × 3

25.5K 2.7K 92
                                    

"Hah?"

Bunyi benda nampan terjatuh membuat Killian serta Cassia menolehkan kepala secara bersamaan. Di sana terdapat Dianne yang baru saja menjatuhkan nampan sehingga pecahan dari gelas berceceran di lantai bersama cairan jus jeruk.

"Tante gapapa?" tanya Cassia khawatir seraya berlari kecil menghampiri Dianne untuk segera menjauh dari pecahan beling.

"Kamu ... kamu sama Alan pacaran?" tanya Dianne menatap Cassia dan Killian secara bergantian. Ia terkejut melihat Killian yang baru saja mengecup pipi Cassia.

Cassia menggaruk pipinya, tiba-tiba ia merasa malu, padahal waktu mengatakan hal ini kepada Cassius dirinya biasa saja.

"Iya, Tante. Aku sama Alan pacaran," ucapnya seraya menatap Dianne yang membulatkan matanya.

"Astaga!" kaget Dianne menutup bibirnya. Matanya menatap Cassia dan Killian berulang kali. Seakan apa yang didengarnya tadi tidaklah salah.

"Eh, Tante kok nangis sih? Tante gak suka ya kalau kita pacaran?" tanya Cassia menyebabkan Killian mengernyitkan dahinya dari kejauhan.

Dianne lantas memegang kedua lengan Cassia. "Bukan. Tante nangis karena terharu. Impian Tante sama Mama kamu akhirnya terwujud."

"Sewaktu kalian umur empat tahun, Tante sama Mama kamu pengen besanan karena takut dapet menantu yang gak bener," jelas Dianne seraya mengusap air matanya.

Cassia merasa terharu, bahkan wajahnya ikut berubah menjadi sendu. "Kalau gitu Tante jangan nangis dong. Aku jadi ikut sedih nih, harusnya Tante bahagia."

Dianne terkekeh, kepalanya mengangguk tanda setuju. "Iya, ini udah gak nangis kok. Cuma masih kaget aja."

"Tante mending duduk yuk. Biar nanti mereka yang beresin sama anter minumannya. Cassie takut nanti Tante kena luka," ngeri Cassia seraya menuntun Dianne untuk duduk di samping kirinya, sedangkan Killian berada di kanannya.

"Sarah kalau denger kabar ini pasti bahagia banget," lirih Dianne menatap ke arah pasangan di depannya.

Cassia yang merasa malu hanya tersenyum seraya menggaruk pipinya kembali. Killian melihat itu pun mendengus geli karena baru pertama kali melihat gadisnya bertingkah malu-malu.

"Ma, udahan. Cassienya malu nih," goda Killian seraya merangkul Cassia sehingga tubuh gadisnya bersandar pada dadanya.

Cassia melirik sinis Killian lalu menepuk paha lelaki itu. Dianne pun terkekeh melihat interaksi kecil di depannya.

"Bisa malu juga ya kamu, Cass. Perasaan kemarin-kemarin waktu main ke sini gak pernah tuh kamu begini," kekeh Dianne mengingat ketika Cassia dan Killian berlari mengitari rumah sebab Killian yang akan memberikan sebuah krim kue pada wajah Cassia atau ketika Cassia yang berlari mengejar Killian karena anaknya itu sudah membuat Cassia marah.

"Ya kan beda Tante vibesnya," jawab Cassia tersenyum canggung.

"Tante mau siap-siap ah ke arisan. Mau pamerin kalau Tante punya menantu cantik kayak kamu!" seru Dianne seraya berdiri dan berjalan menuju kamar tidurnya dengan menghindari area pecahan beling tadi meskipun sudah dibersihkan, tapi tidak menutup kemungkinan jika masih ada sisa pecahan.

"Punya malu juga lo," sindir Killian sesaat Dianne sudah menghilang dan tersisa mereka berdua saja.

Cassia menyikut perut Killian membuat lelaki itu mengaduh. "Rese banget sih?"

"Hahahaha, lihat wajah lo itu bikin mood gue naik," tawa Killian seraya memeluk erat tubuh Cassia dengan gemas.

Cassia sendiri hanya pasrah dikekep oleh Killian. Dianne yang sudah bersiap untuk menuju tempat arisan tersenyum senang melihat pemandangan di depannya. Mengeluarkan ponselnya dalam diam lalu memfoto pasangan muda itu dan dikirim ke suaminya untuk pamer tentu saja.

Be Antagonist to ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang