Hari ini adalah hari pertamaku menginjakkan kaki di tanah kelahiran ku kembali setelah selama dua tahun lebih aku tidak berpulang kemari.
Ada beberapa alasan kenapa aku tidak sempat untuk pulang ke sini walaupun orangtuaku sudah memaksa dengan berbagai cara.
Pertama, karena aku melanjutkan kuliah di luar kota.
Kedua, biasanya orangtua ku yang akan berkunjung ke tempat kos ku, yang katanya ingin liburan di kota tempatku menimba ilmu.
Ketiga, biasanya jika hari raya tiba aku akan pergi ke rumah Nenek ku yang masih satu kota dengan ku. Karena di sana aku juga akan bertemu dengan orangtua dan keluarga ku yang lain. Jadi daripada aku harus capek-capek pulang ke rumah yang ujung-ujungnya akan balik lagi ke rumah Nenek yang masih satu kota dengan ku, aku lebih memilih untuk tidak pulang.
Dan itu terus berulang selama dua tahun belakangan ini. Bukan karena aku ingin cosplay menjadi bang toyib yang jarang pulang, hanya saja karena tuntutan tugas yang sangat banyak ini membuatku jadi sedikit malas untuk pulang atau lebih tepatnya tidak sempat. Saat di sana pun aku juga sibuk bekerja part time, walaupun sudah dilarang oleh orangtua ku karena mereka masih mampu memberikan ku uang. Tapi ini bukan tentang uang, aku hanya ingin mencari pengalaman kerja walaupun yang aku lakukan hanya kerja sebagai seorang tutor.
Dan hari ini, tepat setelah dua tahun lebih aku tidak pulang. Akhirnya aku kembali ke sini. Perumahan elit yang berada di tengah kota Jogja. Tidak banyak yang berubah, mungkin hanya beberapa bangunan baru yang tidak aku ketahui tiba-tiba muncul.
Kaki ku melangkah turun dari taksi yang ku naiki. Sesudah membayar, aku menarik koper berwarna pink ku menyusuri jalanan komplek yang terlihat sepi padahal ini masih siang. Mungkin karena panas jadi para penghuni perumahan ini malas untuk keluar rumah.
Lagi pula siapa yang akan keluar di tengah hari bolong begini?
Dengan langkah mantap aku berjalan ke arah rumah berpagar krem.
“MISI PAKET!”
Aku terkikik geli sambil masih memanggil-manggil pemilik rumah ini.
“OH IYA SEBENTAR!”
Terdengar langkah kaki yang terburu-buru datang lalu pintu pagar pun terbuka, menampilkan wanita paruh baya yang memakai daster.
“Perasaan saya gak mesen pa─”
Kami berdua saling bertatapan dengan aku yang memasang wajah jahil.
“Ya ampun! Shanka!” wajahnya terkejut penuh haru.
Aku pun terkekeh saat Mama memegang wajah ku lalu turun meremas bahu ku untuk memastikan jika aku memang benar anaknya.
“Kok tiba-tiba banget, sih?! Mana gak ngabarin lagi!” Mama mencubit pipiku gemas.
“Aduh, Mah! mending masuk dulu deh, panas nih!” kataku.
Lalu Mama pun dengan semangat menarik ku ke dalam rumah.
“PAH! PAPA! ANAK MU BALIK NIH!”
Aku meringis saat Mama berteriak kencang di ruang tamu yang luas membuat suaranya semakin menggelegar. Aku yakin pasti teriakan mama bisa sampai terdengar ke ujung komplek.
Terdengar bunyi pintu terbuka dengan kencang, lalu Papa pun muncul dengan tergopoh-gopoh sambil memegang sarungnya yang hampir melorot.
Aku menggelengkan kepala heran, padahal sudah berumur tapi kelakuannya seperti ini.
“SHANKAAAAA!!! Huhu Papa kangen bangettttt!!!” Papa berlari menujuku lalu memelukku dengan gemas.
“Iya-iya Shanka juga kangen. Lepasin dulu pah, pengap nih!” kataku.
Papa pun melepaskan pelukannya dengan wajah tak rela.
Lalu kami bertiga pun duduk di sofa besar ruang tamu ini, tak lama Bibi datang dengan membawa minuman dan camilan. Aku tersenyum mengucapkan terimakasih, Bibi pun memandang ku dengan senang walaupun begitu aku juga melihat kerinduan di matanya. Astaga, sudah lama sekali aku tidak melihat Bibi.
“Jadi, coba cerita kenapa kamu tiba-tiba pulang?” todong Mama.
“Ya, emang aku gak boleh pulang gitu?”
“Kamu kan kalau disuruh pulang susah banget! Banyak alesannya!" kata Mama kesal.
Aku terkekeh. “Aku pengen aja sih pulang. Lagi pula aku juga udah masuk ke tahap penulisan skripsi, aku mau nulis di sini aja sambil liburan,” terangku kepada Papa dan Mama.
“Cepet banget ya, kamu udah mau lulus aja,” ujar Papa.
“Masih lama kali, Pah. Nulis skripsi kan gak kayak nulis cerpen, sehari bisa selesai. Bisa aja aku stuck berbulan-bulan di sini,” kataku.
“Yaudah kamu stuck aja terus, biar gak usah balik lagi ke sana!”
Aku melotot lalu mencubit tangan Papa.
“Amit-amit, Pah! Masa Papa doain aku biar gak lulus gitu?!”
“Ih, bukan gituuuu. Papa kan kangen banget sama kamu, Mama juga kangen tuh. Coba ingat kapan terakhir kali kita ketemu? Udah lama kan!” kata Papa.
Diingat-ingat memang sudah lama aku tidak bertemu dengan orangtua ku secara langsung. Terakhir kali saat sepupu ku melakukan acara lamaran di rumah Nenek, itu pun sekitar empat bulan yang lalu.
“Ya, tapi jangan gitu juga dong ngomong nya. Harusnya Papa dukung aku biar cepet lulus terus bisa kerja di sini!”
“Iya-iya, Papa sama Mama selalu dukung kamu kok. Sebutin apa aja yang kamu mau, Papa Mama bakal turutin!” ucap Papaku percaya diri.
“Emm, beliin aku rubicon dong, Pah,” ucapku dengan enteng.
“Kalau itu Papa gak bisa, kamu tau sendiri Mama mu gak bakal setuju kamu bawa mobil,” ujar Papa.
“Iya, Mama gak setuju. Kalau kamu minta motor baru mama beliin, tapi kalau mobil no! no!” Mama melambaikan telunjuknya tanda tak setuju.
Aku cemberut. “Padahal kan aku udah gede! Udah dapet sim juga, percuma punya sim tapi gak punya mobil nya,” kataku.
“Udah-udah! Kok malah jadi ributin mobil, mending kamu istirahat dulu. Nanti kamu turun ya kita makan bareng-bareng," ujar Papa.
Aku pun mengangguk menurut, lalu Papa dan Mama mengantar ku ke lantai dua tempat kamar ku berada. Mereka membantu ku membereskan isi koper yang aku bawa. Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk mengusir mereka dari kamar ku, alasanya karena masih rindu jadi mereka tak rela untuk pergi. Astaga, padahal aku juga tidak ada niatan kabur.
Aku pun langsung merebahkan diri di kasur besar kesayangan ku. Rindu sekali rasanya, sudah lama aku tidak tidur di kasur empuk ini. Aku memandangi kamarku yang bersih dan tidak berubah sama sekali. Sepertinya kamarku rajin dibersihkan oleh Bibi.
Aku tersenyum senang sampai tak sadar aku pun tertidur karena lelah.
start now, 2024.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Heart
FanfictionShanka kembali pulang ke rumah orangtuanya setelah dua tahun lamanya ia tidak pernah menginjakkan kaki di tanah kelahirannya itu. Banyak hal yang terjadi, salah satunya adalah tetangga rumahnya yang juga baru saja pulang dari luar pulau. Seperti ben...