Chapter 02

78 52 0
                                    

Hari ini hari sabtu, sudah tiga hari aku di sini. Yang aku lakukan hanya makan, tidur, mandi, bermain ponsel lalu makan dan tidur lagi.

Belum ada niat untuk melanjutkan menulis skripsi, walaupun judul skripsi ku sudah di acc. Aku masih ingin beristirahat dan bersantai.

Dan kali ini, karena bosan berada di kamar terus menerus. Aku pun berpindah tempat ke ruang keluarga yang di depanku sekarang ada televisi besar sedang menampilkan sebuah film.

Tanganku kembali mengambil keripik di dalam toples yang sekarang sedang aku peluk.

Yah, walaupun aktivitas ku akhir-akhir ini sangat membosankan setidaknya aku memiliki fasilitas yang tidak perlu diragukan lagi. Apa yang aku sebutkan langsung tersedia di depan ku.

Tiba-tiba mama muncul sambil membawa piring berisi bolu.

“Udah balik, Mah?” tanyaku basa-basi.

“Belum, nih. masih di jalan,” jawab Mama lalu berlalu entah kemana.

Aku mendelik tapi tetap melanjutkan menonton sambil tak lupa memasukkan keripik ke dalam mulutku.

Rak lama kemudian Mama kembali mendatangi ku, kini ia sudah berganti pakaian yang lebih santai.

“Shan, kamu tau anaknya Bu Tania gak?” tanyanya saat ia duduk di sofa single sebelahku.

“Yang mana? Mbak Seri?” tanyaku balik.

“Ih, bukan! Anaknya yang bontot itu, cowok lho ganteng lagi,” katanya terlihat bersemangat untuk bercerita.

Aku memutar bola mata malas, dasar! sudah punya suami matanya masih jelalatan.

“Yaudah, terus?” walaupun sedikit malas, aku tetap meladeni Mama.

“Kamu pasti gak pernah lihat, sih. Soalnya dulu dia gak tinggal di sini, dulu dia sekolahnya di luar kota tinggal sama Mbahnya. Terus pas udah lulus juga dia pindah lagi, kerja di Kalimantan. Nah baru aja lusa kemarin dia balik,” jelas Mama.

“Ngapain balik? Lagi libur apa gimana?” tanyaku yang malah jadi penasaran.

“Gak, katanya sih dia dipindah tugaskan ke sini. Jadi dia tinggal lagi sama Ibunya deh, aduh nyesel banget Mama baru tau anaknya seganteng itu!” ujar Mama.

“Ya, emang kenapa kalau baru tau? Mama nih ya! Udah ada Papa juga,” kataku sedikit sewot.

“Ih, bukan gitu! Mama tuh pengen kamu kenalan sama dia, biar dia jadi mantu Mama, hehe.”

Aku mendengus mendengarnya. Sebenarnya ini sudah ku tebak dari awal, pasti Mama bercerita dengan niat terselubung di dalamnya.

“Gak minat mah, skripsi ku aja belum kelar,” ujarku sambil menutup toples keripik yang isinya sudah mau habis.

“Ya itu! Kamu kenalan aja, siapa tau deket. Kan lumayan buat penyemangat kamu, biar cepet kelar skripsinya,” kata Mama tetap kekeuh ingin aku berkenalan dengan anak Bu Tania itu yang wajahnya saja aku tidak tahu seperti apa.

“Males, ah. Mending aku tidur aja,” kataku yang sebenarnya aku ingin kabur dari Mama.

“HEH! MAMA BELUM SELESAI NGOMONG INI!” teriak Mama memanggil ku.

Aku berlari menaiki tangga berpura-pura tidak dengar lalu masuk ke dalam kamar.

“Huh, hampir aja jadi korban perjodohan orangtua.”

Aku berjalan ke arah meja belajar lalu menyalakan laptop ku. Dengan sedikit malas aku membuka file yang sudah jelas isinya adalah skripsi ku.

Aku menghela nafas gusar, rasanya sulit sekali untuk melanjutkannya. Padahal aku sudah memilih penelitian yang paling mudah kalau kata dosen pembimbing ku.

Flower Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang