Chapter 06

33 20 0
                                    

Sudah dua hari berlalu, aku belum bertemu lagi dengan Mas Wisnu. Entah kenapa laki-laki itu tiba-tiba tidak terlihat dimana pun, bukan mengharapkan untuk bertemu dengannya. Hanya saja aku merasa aneh akhir-akhir ini.

Entah kenapa, tapi aku selalu memikirkan Mas Wisnu. Sepertinya otakku sudah teracuni oleh Mama yang selalu membicarakan Mas Wisnu denganku. Dari kemarin Mama selalu memuji-muji Mas Wisnu di depanku, Papa pun juga sama.

Aku menghela nafas menatap laptop yang menyala di hadapanku. Hari ini aku berada di perpustakaan kota untuk mencari bahan skripsiku. Tapi sedari tadi pikiranku terus melayang-layang tidak fokus.

Pundakku tiba-tiba ditepuk oleh seseorang, aku menoleh dan mendapati seorang laki-laki.

“Eh? Mas Jehan?” tanyaku heran melihat laki-laki itu yang sekarang berpindah duduk di depanku.

“Gue kira salah orang, ternyata beneran lu. Ngapain lu di sini? Bukannya kuliah di luar kota?” tanyanya.

“Lagi pulang, Mas. Mau ngerjain skripsi di rumah aja,” jawabku.

Laki-laki itu hanya mengangguk lalu menatap ke arah lain. Aku pun ikut memandang ke arah yang sama. Ternyata seorang perempuan yang sedang sibuk mencari sesuatu di rak buku panjang itu.

Aku tersenyum jahil. “Cielah Mas Jehan udah pacaran aja, Ibu tau gak tuh?” tanyaku.

Ia tersenyum. “Apanya yang pacaran, mana mau gue pacaran sama singa betina gitu,” katanya mengelak.

“Idih, tapi dilihatin mulu dari tadi. Naksir beneran ini mah,” ujarku.

Lalu perempuan itu tiba-tiba menghampiri kami.

“Ih! Gak nemu bukunya! Gimana sih nih perpustakaan gede masa gak ada buku yang gue cari? Niat buka perpustakaan gak sih?!” katanya sambil menampilkan wajah kesal.

“Ya lu nyari buku begituan di tempat begini mana ada lah! Udah lu beli aja sih di online, miskin amat lu,” kata Mas Jehan.

Perempuan itu memukul lengan Mas Jehan sampai laki-laki itu meringis kesakitan.

“Udah lah pulang aja! Gak mood lagi gue!” kata perempuan itu lalu pergi begitu saja. Ladahal kami belum bertukar sapa.

Mas Jehan beranjak dari duduknya. “Shan gue duluan ya, sorry banget padahal kita baru ketemu lagi. Gue males banget kalau harus ngadepin singa marah lagi, repot nanti,” katanya.

Aku pun hanya mengangguk saja lalu melihat Mas Jehan yang berlari menyusul perempuan tadi.

Ini pertama kalinya aku melihat Mas Jehan dekat dengan perempuan setelah lima tahun menjomblo. Apalagi perempuan yang sekarang beda sekali dengan mantannya yang dulu, dulu mantannya lemah lembut sekali. Sekarang kenapa galak bangat? Sepertinya tipe mas jehan sudah berubah drastis.

Tapi sebenarnya aku sempat terkagum dengan tampang perempuan tadi, terlihat cantik dan elegan. Seperti perempuan karir, kok bisa ya mau sama mas jehan? Sepupuku yang jahil setengah mampus itu.

Aku menggelengkan kepala tidak peduli, mencoba untuk melanjutkan mengetik. Setidaknya aku harus menyelesaikan satu halaman.

Setelah tiga jam lebih aku di sini, aku memutuskan untuk pulang. Tubuhku sudah sangat lelah, aku ingin cepat-cepat tidur di kasur empukku.

Aku memesan ojek online karena aku tidak membawa kendaraan. Aku malas untuk membawa motor sendiri. Hanya butuh lima menit untuk menunggu ojek online pesanan ku datang.

Aku melihat jalanan yang sedang ramai, ini hari weekend jadi tentu saja ramai. Dan yang baru aku sadari ternyata langit sudah mulai menggelap, aku pun juga sudah merasa lapar. Karena di perpustakaan tadi tidak boleh membawa makanan, jadi aku belum makan siang sama sekali.

Flower Heart Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang