TUJUH

9.6K 825 92
                                    

ABSEN LAGI DONG GHUISSS!!!🧡

APA KABS TEGA (Teman Agam)?

MAAF LAHIR BATHIN YA GHUISSS

BABA HUMEY DAN BABA DIDI SUDAH MEMAAFKAN KLEAN SEMUA😊

Coba komen sampai 10K di sini, pengen kutengok lah antusias klean kek mana setelah check out 4M1M versi novel☺️

Udah vote & komen?Ya udah, kita lanjut yaaaw. Baca sampai bawah, ada tantangan untuk pembaca! Berhadiah HUMEY bagi beruntung😋...

Terlahir sebagai si kecil yang menggemaskan, aku pun berusaha tumbuh layaknya anak-anak pada umumnya yang selalu ingin mencobal hal-hal baru.
🕊️🕊️🕊️

Masa Madrasah Sanawiyah adalah fase dimana bakatku satu per satu bermuncul. Juara kelas nggak pernah putus, berprestasi, nurut sama guru. Aku selalu berada di peringkat dua, tidak pernah keluar dari tiga besar. Pokoknya masa-masa emas. Masa di mana awal aku memulai hidup baru di pondok pesantren dengan mengukir banyak prestasi.

Terlahir sebagai si kecil yang menggemaskan, aku pun berusaha tumbuh layaknya anak-anak pada umumnya yang selalu ingin mencobal hal-hal baru. Meski aku dikenal nakal, tetapi aku bisa mengukir prestasi di sekolah.

Mulai dari kelas tujuh, aku sering isi ceramah di masjid pesantren sampai ke beberapa masjid kampung di dekat-dekat pondok. Dari situ mulailah namaku terdengar seantero pondok, bahkan sampai ke telinga akhwat. Ada banyak yang mempertanyakan siapa gerangan Agam itu? Seperti apa tampangnya, mengapa ceramahnya bisa menyentuh sanubari.

Siapa?

Siapa?

Siapa Agam Fachrul?

Dari akhwat itu tak ada yang mengenali penampilan fisikku, hanya kecerdasan yang terlihat dan terdengar dari mulut ke mulut. Berkesan sombong memang, tapi begitulah adanya.

Tak hanya itu saja, zaman sanawiyah, aku banyak dibenci oleh santri putra dikarenakan hafalan mufradat atau kosakata bahasa arab lebih banyak dibandingkan santri lainnya. 

Saat di asrama dulu, aku ingat betul program rutin yang diberikan oleh asatidz untuk setiap asrama wajib menghafal mufradat sebanyak-banyaknya. Saat yang lain hanya bisa mencapai hafalan di angka tujuh puluh dan paling banyak itu seratus dua puluhan, aku justru bisa mencapai seribu lebih dalam sekali setoran.

Pernah juga sewaktu menjelang libur pondok, santri yang lain dalam kurun waktu tiga hari hanya bisa menghafalkan enam puluh kosakata, sedangkan aku bisa dapat tiga ribu kosakata, makanya santri putra banyak yang iri padaku. Semua asrama santri mengatakan aku si gila yang terlalu mengejar label santri teladan, begitu terlena dan candu dengan pelajaran. Padahal itu semua berawal dari kebiasaan aku kecil dulu yang dari zaman aku ngaji sudah belajar bahasa arab dasar.

"Kok bisa, sih, kamu secepat itu ngafalin mufradat, Gam?" tanya seorang santri padaku.

Dengan lantang aku jawab, "Ya nggak tahu juga, ya, Bro. Tinggal ngehafalin kayak gini doang, mah, gampang." Aku tidak maksud meremehkan. Aku apa adanya, kalau gampang kubilang gampang.

Akhirnya, kabar hafalan kosakata aku yang selalu unggul dari yang lain pun menyebar ke akhwat. Entah bagaimana bisa, aku pun bingung santri putri ini telinganya di mana-mana. Suka aneh aja kok bisa ya kuping mereka tajam.

Sejak saat itulah, para akhwat selalu mengirimkan surat anonim padaku.

Hingga satu ketika, surat-surat itu menumpuk di laci mejaku di kelas.

"Uhuy, surat-surat numpuk lagi tuh di laci meja kau, Gam," ucap seorang santri yang duduk di sebelahku..

Aku hanya tersenyum tipis saat itu. "Biasalah ... Agamania," kujawab asal karena sejatinya aku tidak memperdulikan hal-hal yang tidak penting, apalagi hal yang tidak ada kaitannya dengan penunjang hafalanku.

"Bagilah satu, Gam, ukhti tuh," serepet temanku lagi.

"Ko pilih lah surat mana yang kau mau, segera halalkan. Daripada otak kau mikir yang aneh-aneh," ketusku sambil tertawa tipis.

Karena jawabanku selalu berkesan arogan di mata mereka dan juga kumpulan surat-surat tadi, akhirnya sampailah kabar tersebut ke senior yang beberapa tingkat di atasku¾Madrasah Aliyah atau setara dengan SMA.

Alhasil aku disidang oleh mereka, ditambah lagi dengan surat yang berisikan seorang akhwat yang mengajak aku "kakak adek-an". Aku tidak tahu apa-apa waktu itu. Saat sedang tidur pulas di malam hari, aku dibangunkan dan diseret paksa keluar dari dalam asrama.

"Oh, ini, si Agam bocah tengil itu?" celetuk salah seorang senior.

Karena sudah malam, penglihatanku kurang jelas. Terlebih aku baru saja bangun, pandangan masih buram. Mereka menyeretku ke ruangan kosong yang sudah tidak terpakai menyerupai gudang.

"Kuat juga nyali kau, ya," teriaknya ke telinga kananku.

"Surat apa ini?" tanya lagi salah satu dari mereka sambil menunjukkan selembar kertas berisikan tulisan yang aku pun belum pernah membacanya.

Intinya isi suratnya seorang akhwat yang ditujukan padaku dengan maksud menyatakan perasaan dan ingin kakak-adek-an dengan aku.

"Kau kenal Adel darimana?" tanya sang senior lagi.

Aku tidak tahu nama yang disebutin seniorku itu siapa, bentukannya seperti apa.

"Aku nggak tahu, Bang. Siapa pula itu Adel," akhirnya kujawab dengan mengerutkan dahiku karena benar-benar tak tahu.

Satu per satu dari mereka menyodorkan nama padaku yang aku tak tahu menahu siapa semua akhwat yang mereka sebut. Disangkanya aku pendekatan sama orang-orang itu. Untuk pertama kali aku diintrogasi sudah seperti pelaku kriminal. Asli, aku kena mental.

Aku tak menjawab semua tuduhan mereka padaku. Daripada menambah perkara, aku lebih baik diam, menggerutu dalam hati, menerima sidang dari senior sampai aku disiram oleh mereka air satu ember ke seluruh badanku. Aku pun basah kuyup saat itu. Ya, lumayan nggak capek-capek mandi lagi sebab hampir menjelang subuh waktu itu.

Setelah itu, mereka mengancamku. "Awas, ya. Sampai kau deketin lagi akhwat-akhwat itu. Habis kau sama aku." Kerah baju aku yang sudah basah bisa-bisanya masih ditarik sama senior tengil.

"Hah, apa ini? Emang aku ngapain?!" lirihku dengan penuh emosi.

Mental aku terguncang, pengin ngelawan tapi mereka banyak kawan. Masa iya mainnya borongan. Kalau berani satu lawan satu.

Tapi karena bukan momennya membalas kebejatan senior, aku akhirnya memilih ditindas oleh mereka malam itu. 

Jujur saja menjadi terkenal dan diidolakan oleh akhwat di pondok tidaklah mengenakkan saat itu, masalah mulai berdatangan satu per satu. Menciptakan banyak fitnah. Terlebih senior-senior tingkat banyak yang iri dan dengki lantaran ke-famous-an aku yang tiada tanding.


🕊️🕊️🕊️

To be continue...

Tantangan untuk pembaca:
1. Pastikan kalian sudah follow akun wattpad ini dan instagram dua penulis novel ini (@agamfachrul04 dan @yudiiipratama)
2. Narasi/dialog yang membuatmu terkesima dari novel ini, silakan sebar ke sosial media dan jangan lupa tag instagram para penulis.
3. Pastikan kalian menjadi 1 juta pembaca pertama di Wattpad untuk novel tentang Agam ini (Bantu wujudkan, ya!)
4. Versi Wattpad dan Novel akan berbeda jauh, jadi jangan sampai ketinggalan setiap bab-nya.
5. Bagi yang beruntung akan mendapatkan special gift dari penulis!

4 Masa 1 MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang