1. Penjual Es Krim

504 57 5
                                    

Di siang hari yang panas, Taehyun dengan semangat mengayuh sepedanya yang sudah berkarat. Di belakangnya, terdapat sekotak es yang berisi es krim. Kotak itu ia ikat erat dengan tali yang dihubungkan ke bagian belakang sepeda agar tidak bergeser jatuh saat ia mengayuh sepeda. Ia membuat es krim itu sendiri dengan beberapa rasa dari ekstrak buah-buahan serta pasta. Karena cuaca sangat terik, Taehyun memakai topi berwarna pink untuk melindungi wajahnya dari sinar matahari. Tidak lupa ia membunyikan bel di sepedanya untuk menarik perhatian orang-orang.

"Aku mau beli!"

Taehyun memberhentikan sepedanya dan tersenyum kepada anak-anak kecil yang memanggilnya. Cuaca panas memberikan keuntungan kepada Taehyun, terutama ketika ia berkeliling di sekitar perumahan elit di mana ia bisa menaikkan harga es krimnya sedikit. Ini bukan masalah menjadi rasis, karena sedikit kenaikan harga tidak akan membuat kekayaan mereka terkikis.

Taehyun memiliki keterbatasan ekonomi. Saat dirinya kelas 2 SMA, ia memutuskan untuk berhenti karena ia ingin merawat Ibunya yang sakit. Ia juga memiliki satu adik perempuan yang juga membantu dirinya berjualan es krim. Tetapi kini Taehyun tugaskan adiknya untuk menemani Ibunya di rumah selagi Taehyun berjualan.

"Hei kesini!"

Taehyun melirik seorang lelaki memakai baju tidur, berambut hitam, memiliki postur yang tinggi dengan rahang tegas, dan jakun yang terlihat mencolok seakan lelaki tersebut menyimpan bola tenis di dalam tenggorokannya. Taehyun mengarahkan sepedanya untuk menghampiri lelaki itu.

"Apa?" tanya Taehyun, seiring ia turun dari sepedanya.

"Aku ingin menjadikanmu pacarku," ucap lelaki itu, membuat mata Taehyun berputar. Nama lelaki itu adalah Choi Beomgyu, yang mempunyai rumah paling besar dan tertinggi di perumahan ini. Baju tidurnya pun bermerek ternama.

Taehyun menatap Beomgyu dengan datar dan menjawab, "Tidak."

Beomgyu panik dan menahan Taehyun yang ingin beranjak menaiki sepedanya untuk pergi.

"Aku bercanda. Aku ingin membeli, sungguh," ucap Beomgyu. Taehyun terdiam sejenak dan kemudian menghela napasnya.

"Rasa apa yang ingin kau beli?" tanya Taehyun sambil membuka kotak es krim, menunjukkan berbagai pilihan rasa.

Beomgyu merenung sejenak dan tersenyum nakal. "Adakah rasa cintamu di sini?" katanya dengan nada jenaka. Taehyun terdiam sebentar sebelum tertawa hambar dan memberikan es krim rasa coklat mint. Namun, Beomgyu mengkerutkan keningnya dan menolak.

"Bukannya kau tau, kalau aku tidak menyukai rasa itu?" ucap Beomgyu.

"Seperti rasaku padamu. Aku juga tidak menyukaimu," balas Taehyun dengan nada menyindir. Beomgyu terdiam dan kemudian merebut es krim tersebut.

"Aku akan belajar menyukainya," Beomgyu membuka bungkus es krim tersebut dan kemudian menjilatnya, rasanya ingin mual tapi Beomgyu berusaha menahan dan berakting seakan-akan ia sedang memakan es krim terenak di dunia. Kemudian Beomgyu menatap Taehyun lagi.

"Kau menyukai ku sekarang?" tanya Beomgyu sambil tersenyum. Taehyun mendekat dan berkata, "Sayangnya, aku bukan es krim yang mudah meleleh."

Beomgyu tetap menatap Taehyun, seolah tidak peduli dengan komentarnya. Matanya terpaku pada wajah cantik Taehyun dengan hidung mancung dan mata yang menawan. Lamunan Beomgyu terganggu ketika Taehyun menepuk pundaknya dengan keras.

"Bayar dulu," ucap Taehyun. Beomgyu mengangguk dan mengeluarkan uang lebih dari harga es krim di sakunya. Setelah menerima uangnya, Taehyun mendorong sepedanya menjauh dari Beomgyu tanpa mengucapkan terima kasih.

"Dimana kau membeli topi itu?" tanya Beomgyu agak keras.

"Di toko topi," jawab Taehyun asal.

"Cantik," kata Beomgyu. Taehyun melanjutkan langkahnya tanpa membalas.

"Yang aku maksud itu kau, bukan topimu." Seketika langkah Taehyun terhenti dan menoleh ke arah Beomgyu yang tersenyum tampan, lalu Beomgyu masuk ke dalam rumahnya dan menutup gerbang.

Pipi Taehyun terasa panas dan memerah. Ia menyentuh pipinya, merasakan panas yang sama seperti cuaca saat ini.

"Astaga..." Taehyun mengeluh dan kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya untuk kembali fokus mencari uang, dengan melanjutkan menaiki sepedanya.

Flavors of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang