- Kim Sunwoo -
Terik matahari di siang ini tak menghalangi sebagian besar siswa sekolahku untuk menonton pertandingan futsal antara 11 IPS 3 dan 11 MIPA 7. Kedua kelas ini memang terkenal saling rival sejak kelas 10. Entah dalam bidang akademik maupun olahraga.
Bukan karena mereka rival dalam yang paling pintar atau yang paling hebat dalam pertandingan olahraga, tetapi yang paling buruk. Iya, paling buruk.
Di antara seangkatan kelas MIPA, 11 MIPA 7 dianggap paling nakal karena beberapa 'pentolan' siswanya selalu terlambat dan mendapat rata-rata kelas yang paling sedikit dibandingkan kelas lain. Tak berbeda jauh dengan MIPA 7, kelas 11 IPS 3 dianggap sebagai kelas terbar-bar karena siswanya suka membuat rusuh, susah diatur, sering bolak-balik ruang BK, dan juga memiliki rata-rata kelas terendah dibanding 3 kelas IPS yang lain.
Sebenarnya tidak semua siswa di antara dua kelas itu memiliki nilai yang rendah ataupun sifat yang nakal. Hanya saja, karena mereka solid, satu yang berulah, seisi kelas jadi kena juga.
Pritt!!
Peluit tanda istirahat barusan dibunyikan. Para pemain kini berlari ke pinggir lapangan, untuk minum ataupun mengistirahatkan diri sejenak setelah berlarian mengejar bola sejak tadi.
"Dek, minta."
Aku mendelik kaget saat es teh di tanganku tiba-tiba direbut oleh salah satu pemain dari kelas IPS 3.
"Ngapain kesini sih? Aku jadi diliatin tau!" tekanku dengan nada berbisik pada Jeno, ketua kelas IPS 3 sekaligus saudara kembarku yang tidak diketahui siapapun di sekolah ini.
Tentu saja aku kesal, karena saat kakak beda 5 menitku ini menghampiriku yang duduk bersama gerombolan murid MIPA 7 membuat seluruh murid yang sejak tadi menonton pertandingan, kini sepenuhnya menaruh atensi padaku dan Jeno.
Jelas ini hal yang aneh, karena bagaimana bisa pentolan kelas IPS 3 malah menghampiri salah satu siswa dari kelas rivalnya sendiri.
"Nggak usah dipikirin, mending kamu semangatin aku lagi," ujar Jeno dengan senyum lebar, lalu mengusak rambutku pelan sebelum akhirnya kembali berkumpul dengan teman-temannya di sebrang lapangan.
Aku makin mendelik saat menyadari perilaku aneh dari saudaraku itu. Aku berteriak dalam hati, merasa super kesal karena sikap aneh saudaraku itu pasti untuk mengerjaiku.
Dan sialnya itu berhasil, sebab sekarang semua orang tengah menatapku dengan berbagai pandangan.
Bahkan teman-teman sekelasku, terlebih yang perempuan kini menatapku dengan pandangan marah dan kesal.
"Lo punya hubungan sama Jeno?" tanya salah satu temanku yang sejak tadi duduk di sebelahku.
"Hah? Eh, em, enggak lah!" responku dengan tergagap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine'z
Fanfictionft. The Boyz. Let's halu together-! © 2 0 2 0 , J A M A B C 0 3 .