Mikhayeen

1.4K 65 1
                                    

Di hari yang berbeda, Mikha ingin membawa Yeen ke suatu tempat yang Yeen sendiri juga belum mengetahuinya. Di tengah perjalanan, Mikha melihat sebuah gulali dan memutuskan menepikan mobilnya sejenak untuk membelinya.
"Nih, untuk kamu," ujar Mikha, lalu melanjutkan perjalanan.
"Thank you, Mikha."
"Gimana keadaan kamu?"
"Aku baik-baik aja."
"Kapan-kapan ajak aku kalua mau chek up, biar aku temenin."
"Boleh tuh, ngomong-ngomong kita mau ke mana?"
"Kita udah sampai."
Mobil Mikha memasuki sebuah halaman rumah bercat putih.
"Ini rumah siapa?"
"Ayo, masuk dulu."
"Misterius amat, sih," ucap Yeen yang penasaran. Meskipun begitu, gadis itu mengikuti langkah Mikha.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Seorang pria paruh baya menyambut mereka. Ia adalah Ayah Mikha.
"Oh, kok gak bilang, sih, mau ke rumah kamu?" bisik Yeen.
"Udah gak papa, ayo," jawab Mikha membuat Yeen merasa nyaman.
"Wah ada Yeen?" Ayah Mikha menyapa. Yeen mengangguk takzim.
"Iya, Om, tadi diajak sama Mikha, kirain mau ke mana, tau gini kan aku bisa nyiapin sesuatu dulu."
"Ehhh, Yeen juga datang. Ya udah, yang penting kamu ke rumah, kita semua udah senang. Iya, kan, Ayah?" timpal ibu Mikha yang muncul dari arah dapur dengan membawa nampan berisi minuman dan sepiring makanan.
"Mmmm, iya, benar banget "
"Makasih, Tante, Om."
"Ayo duduk, cobain masakan Tante, nih." Ibu Mikha meletakkan nampan di atas meja. Wanita itu berusaha mencairkan suasana saat Yeen merasa sangat canggung dan tidak tahu harus bagaimana. Seiring berjalannya waktu, Yeen mampu mengatasi situasi. Sesekali ia ikut tertawa jika ada hal lucu dalam perbincangan orang tua dan putranya itu. Sedikit demi sedikit, ia menambahkan lawakannya mengenai Mikha.

BUTTERFLY (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang