Memilih Tetap Tinggal

850 41 0
                                    

Sejauh ini, tim laki-laki di Daily Entertainment lebih sedikit jumlahnya daripada tim perempuan.
"Aku tau." Pak Naresh mulai merancang rencananya dan akan segera memberi tahu kepada semua timnya.
Sementara Mikha, hari ini ia akan bertemu dengan Deon untuk membayar janjinya. Lelaki itu sudah menunggu Deon selama kurang lebih setengah jam di sebuah coffe cafe yang tidak jauh dari rumah Daily Entertainment, sesuai tempat yang Deon sarankan untuk bertemu dengan Mikha.
"Mas, mau pesan lagi?" tawar seorang pelayan.
"Boleh Mba, segelas lagi dengan menu yang sama."
Mikha bahkan sudah menghabiskan secangkir coffe, tetapi Deon belum datang juga. Mikha mulai merasa bahwa Deon sedang menguji kesabarannya.
"Silahkan, Mas." Pelayan wanita itu mengangsurkan pesanan Mikha.
"Makasih, Mbak."
Setelah menunggu cukup lama, Deon akhirnya datang juga dengan tergesa-gesa.
"Kamu sudah pesan dua cangkir? Maaf ya, aku telat." Deon menarik kursi, lalu duduk. "Mbak, pesan satu lagi," teriak Deon.
Kring ... kring ....
"Halo?" Deon menempelkan ponselnya ke telinga. "Oh, bisa, bisa. Iya, sekarang? Oh ok, setengah jam lagi."
"Ada apa?" tanya Mikha kepada Deon yang baru saja menutup panggilan telepon.
"Pak Naresh, dia nyuruh aku ke rumah Daily."
"Ya udah bareng aja."
"Ok"
"Kita jalan sekarang?"
"Okey."
Mikha dan Deon beranjak meninggalkan cafe. Setelah Mikha memasuki mobilnya, tiba-tiba saja Deon membuka pintu mobil Mikha dan duduk di sebelah Mikha.
"Loh?"
"Bukannya tadi kamu bilang kita bareng aja?"
"Tapi, maksud aku gak gitu."
"Mobil aku mogok lagi, ayo!"
"Terus kamu simpan gitu aja?"
"Udah tenang aja."
Pembawaannya yang begitu santai dan hangat terkadang membuat orang yang baru mengenalnya merasa bahwa Deon adalah seseorang yang jauh dari masalah.
"Ngomong-ngomong, ngapain Pak Naresh manggil kamu?"
"Aku juga belum tau."
"Oh."
"Ini boneka apaan? Yang satu tersenyum yang satu cemberut." Pandangan Deon terkunci pada boneka yang biasa Mikha berikan kepada Aya untuk mengetahui mood gadis itu.
"Simpan gak?"
"Galak banget jadi orang."
"Udah simpan." Mikha merebut boneka dari tangan Deon.
"Yaelah boneka doang sensinya bukan main."
Hanya butuh waktu beberapa menit bagi mereka untuk sampai di apartemen.
"Udah sampai, ayo turun!"
Kring ... kring ....
"Panggilan masuk, Alley?" Dahi Deon mengernyit.
"Ya ada apa? Oh iya ok."
Baru kali ini Mikha melihat raut wajah Deon seserius itu. Ia semakin penasaran siapa sebenarnya Deon.
"Ayo!" Deon mengajak Mikha masuk.
Semua tim sudah mengetahui bahwa Pak Naresh ingin memasukkan Deon ke dalam timnya, kecuali Mikha. Deon bahkan sudah mengetahui hal itu di saat Pak Naresh meneleponnya sewaktu masih di cafe bersama Mikha. Namun, di saat Mikha bertanya kepada Deon mengapa Pak Naresh meneleponnya, Deon justru menjawab tidak tahu.
"Deon, welcome to Daily Entertainment," ucap Pak Naresh menyambut Deon.
"Thank you, Pak Naresh. Thank you, thank you, Guys."
"Hari ini kita syuting di tempat yang berbeda," tutur Pak Naresh bersemangat.
"Mmm, ruangan yang belum kita pakai syuting di mana, ya? Perasaan semuanya udah, deh," gumam Aish.
"Sorry, Pak, bukannya semua ruangan udah dipake ya?" tanya Kyzz.
"Yah betul," jawab Pak Naresh.
"Terus kita syuting di ruangan mana? Pak Naresh bilang di tempat yang berbeda," tanya Keke.
"Oh aku tau, pasti Pak Naresh mau ngajak kita jalan sambil syuting," tebak Angel.
Di saat yang lain sibuk menebak tempat, Deon dan Alley justru saling melempar senyum. Mikha juga melihat itu hingga ia tidak fokus apa yang tim lainnya sedang bahas. Setelah Alley menyadari Mikha memperhatikan mereka, gadis itu berpura-pura seolah sedang fokus dengan pembahasan tempat yang sedari tadi tim lainnya sebut.
"Daripada kalian penasaran, kita langsung berangkat aja, aku udah siapin tiket untuk kalian semua," ujar Pak Naresh memberikan kejutan.
"Wah, serius, Pak?" tanya Deon.
Pak Naresh mengangguk.
"Harus bawa banyak baju, nih," ucap Yeen sangat bersemangat.
"Ana, Aya di mana?" Mikha menanyakan Aya saat tim lainnya sedang antusias untuk berangkat.
"Ada di kamar."
"Kalau gitu biar aku aja yang nemenin Aya, gak masalah, kan?"
"Kamu yakin gak ikut?" tanya Zavar kepada Mikha.
"Pak Naresh?" Mikha memanggil atasannya itu dengan maksud meminta izin agar kali ini Mikha tidak ikut mereka.
"Hari ini Mikha gak ikut kita, aku juga gak siapin tiket untuk dia, kalau dia ikut kita, gak ada yang bakal ngejagain Aya," jelas Pak Naresh.
Semua tim Daily segera bersiap-siap untuk pergi ke lokasi syuting yang Pak Naresh sudah siapkan untuk mereka sebagai kejutan besar.
"Pak Naresh, kenapa gak Ana aja yang jagain Aya?" tanya Alley.
"Enak aja, aku juga mau ikut kaliiii," sahut Ana yang juga menginginkan Mikha tinggal menghabiskan waktu bersama Aya.
"Mikha? Kamu yakin ga mau ikut?" tanya Alley.
"Mmm, yakin, yakin banget."
"Udah ... udah ... ayo, gimana yang lain udah pada siap? Gak ada yang ketinggalan?"
"Udah, gak ada Pak, udah aman semuanya," jawab Kyzz.
"Deon gimana?"
"Aman, Pak."
"Ya udah, let's go!"
Keseruan para Tim Daily Entertainment dimulai saat mereka meninggalkan rumah Daily. Sepanjang perjalanan, semuanya terlihat bahagia dan merasa hari ini adalah hari yang penuh kejutan bagi mereka. Sudah mereka tebak dari antusias Pak Naresh yang tidak bisa ditutupinya. Sementara Mikha sedang memikirkan cara bagaimana agar ia bisa memasakkan sesuatu untuk Aya. Akan tetapi, sekeras apa pun ia berusaha, jika hal itu berurusan dengan masak-memasak, Mikha tetap saja tidak berhasil. Alhasil, ia harus memesan beberapa makanan kesukaan Aya.
Tok ... tok ... tok ....
"Masuk aja, gak dikunci"
"Udah baikan?"
"Jauh lebih baik."
"Syukurlah."
"Mikha ...."
"Mmm, kamu kenapa?"
"Aku lapar."
"Sama, tapi aku udah pesan makan, bentar lagi sampai."
"Kok kamu di sini? Kenapa belum pergi?"
"Pergi ke mana?"
"Syuting bareng mereka."
"Aku gak ikut, kamu tau gak mereka akan ke mana?"
"Memangnya mereka ke mana?"
"Pak Naresh siapin mereka tiket."
"Berarti perginya lumayan jauh."
"Mmm."
"Tapi kok kamu gak ikut?"
"Gak pengen aja."
"Oooh, aku tau, pasti kamu mau ngejagain aku kan, udah deh jujur aja."
"Iyaa ... iyaa ...."
"Ya udah, pesenin makan, aku lapar."
"Ini udah datang." Mikha menunjukkan ponselnya kepada Aya. "Bentar, ya, aku turun dulu.
Setelah menyajikannya ke dalam piring, Mikha kembali menghampiri Aya di kamarnya.
"Makan siang sudah datang."
"Banyak banget."
"Pokoknya kita berdua harus habisin ini."
"Oke, siapa takut."
"Nih, aaaaaaa." Mikha mencoba menyuapi Aya.
"Mmmm."
"Gimana? Enak gak?"
"Mmm, enak, kamu juga makan. Nih, aaaa." Giliran Aya menyuapi Mikha.
Hari ini Aya sangat bahagia karena bisa menghabiskan waktu berdua bersama Mikha. Tidak ada suara yang lain, kecuali suara mereka berdua. Mikha juga sedang merasakan hal yang sama.
"Aya?"
"Mmm?"
"Ikut aku, ayo!"
"Ke mana?"
"Udah ikut aja." Mikha    membantu Aya berdiri.
"Kita mau ke mana?"
"Kamu mau nonton, gak?"
"Boleh."
"Kamu mau film apa?"
"Gimana kalau kita nonton horor aja?"
"Boleh."
Mikha memadamkan lampu untuk menambah suasana horror saat sedang menonton. Camilan-camilan juga tidak lupa mereka siapkan di atas meja. Mikha terlihat begitu santai saat film sedang ditayangkan, sedangkan Aya justru sebaliknya, dengan wajah yang tegang dan menambah bantal sofa untuk menutupi wajahnya karena ketakutan. Melihat Aya, Mikha sesekali tersenyum.
"Hantunya udah nongol belum?" tanya Aya.
"Udah, udah gak ada sekarang," jawab Mikha santai.
"Huuh."
"Kalau takut gitu mending dari awal nonton yang lain aja."
"Tapi aku sukanya yang horor."
"Suka tapi ngumpet di balik bantal mulu, haha."
"Ishhh!" Aya memukul Mikha dengan bantal.
Kring ....
"Aaaaa ...," teriak Aya karena terkejut saat mendengar notifikasi dari ponsel Mikha. Mikha kembali tertawa kecil menyaksikannya.
"Aya."
"Mmm? Ada apa?"
"Hahah, kamu masih takut?"
"Siapa yang takut?"
"Nih, lihat, nih. Mereka ternyata ke Bali."
"Kamu nyesel, ya, gak ikut mereka?"
"Ngaco, udah jangan mikir macam-macam."
"Mmm."
Keduanya kembali menonton. Mikha masih selalu tersenyum di balik bantal karena tingkah Aya yang sangat ketakutan, tetapi masih memilih untuk tetap menonton.
***
"Pak, serius kita pindah ke Bali?" tanya Yeen.
"Mmm, kalian senang, gak?"
"Senang banget, Pak, habis itu, villanya gede banget lagi," jawab Angel bahagia.
"Serius ini villa buat kita tinggal? Sumpah gede banget," tambah Zavar.
Karena sudah merasa lelah, semua tim memasuki kamarnya masing-masing untuk beristirahat. Video di sepanjang perjalanan hingga tiba di vila baru Daily Entertainment akan segera diposting ke channel Daily Entertainment sesegera mungkin. Tidak lupa, Pak Naresh juga memperkenalkan Deon sebagai tim baru dalam Daily Entertainment.
Seperti biasa, mereka harus sekamar berdua. Alley bersama Keke, Yeen bersama Angel, kali ini Niki bersama dengan Ana, dan Jean tetap seorang diri. Begitupun dengan tim laki-laki, Aish bersama Kyzz, Zavar bersama Deon dan Pak Naresh seorang diri. Mikha bahkan belum mengetahui mereka telah memutuskan akan tinggal di sana. Sepengetahuan Mikha, mereka hanya pergi berlibur untuk sementara waktu.
***
"Akhirnya."
"Mau nonton satu film lagi?" tanya Mikha kepada Aya.
"Udah dulu."
"Ya udah, kamu istirahat, udah malam. Aku antar ke atas," ujar Mikha sambil berjalan menyalakan kembali lampu.
"Mikha ... Mikha ...." teriak Aya menahan Mikha.
"Ada apa?"
"Anu."
"Apa?"
"Duhhh, gimana, yah ngomongnya?" batin Aya.
"Aya?"
"Mmm. iya?"
"Ada apa?"
"Gak papa, ayo."
Mikha membantu Aya berjalan menaiki tangga untuk segera istirahat di kamarnya.
"Good night, Aya."
"Good night."
"Aku turun, ya, kalau kamu butuh sesuatu telpon aku. Ok?"
"Ok."
Setelah mengantar Aya, Mikha kembali membersihkan camilan-camilan yang berserakan di meja tempat mereka nonton sebelumnya. Setelah itu, ia bergegas memasuki kamarnya untuk segera beristirahat. Namun, baru saja Mikha memasuki kamarnya dan mematikan lampu, tiba-tiba ....
Kring ... kring ....
"Mikha ...."
"Ada apa, Aya?"
"Duh gimana ngomongnya?" batin Aya.
"Aya? Halo?"
"Aku takut tidur sendiri."
"Ha?" Mikha terkejut karena mengira Aya ingin tidur bersamanya.
"Maksud aku, aku takut kalau aku tidur sendiri di kamar."
"Haaa?" Mikha semakin mengira Aya memintanya untuk tidur di kamar Aya.
"Duuh, aku ngomong apa, sih." Aya semakin panik dan kesulitan menyusun kata agar Mikha mengerti maksudnya.
"Kamu kenapa?" tanya Mikha sambil berjalan menaiki tangga dan menghampiri Aya.
Tok ... tok ....
"Aya ... buka pintunya."
Mendengar ucapan Mikha yang ingin segera dibukakan pintu justru membuat Aya yang salah paham kembali kepada Mikha, mengira Mikha ingin menemaninya di dalam kamar.
"Duh, gimana, nih? Kok jadi ribet gini, sih, ayo dong Aya. Huuuufffh! Tenang, tenang."
Tok ... tok ... tok ....
"Aya? Kamu kenapa? Aya? Buka pintunya!"
"Duh, gimana ini."
"Aya?"
"Iya, bentar ... bentar . .."
Kreekk ....
Aya menekan handle pintu.
"Kamu kenapa?"
"Mundur dulu, kita ngomong di sini gak usah di dalam." Aya mengeluarkan setengah badannya di pintu"
"Ada apa emang?"
"Gini, aku takut tidur sendiri, makanya aku telpon kamu, tapi maksud aku tidak seperti yang kamu bayangin. Gini ... gimana kalau aku tidur di sofa, kamu juga tidur di sofa yang berbeda?" usul Aya malu-malu sambil membelakangi Mikha.
"Oh."
"Ha? Oh?"
"Ya iya ya udah, ayo." jawab Mikha tertawa kecil.
Keduanya merasa malu karena kelakuan mereka sendiri, terutama Aya. Aya malu karena ucapannya yang membuat Mikha salah paham. Sementara Mikha merasa malu karena ia salah menangkap maksud Aya.

BUTTERFLY (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang