Posisi dan Perasaanku Memang Salah

1.1K 46 0
                                    

Semakin terlihat jelas Aya dan Yeen menyukai Mikha, mulai dari hal kecil yang Aya lakukan untuk Mikha dan perhatian kecil yang diberikan Yeen untuk Mikha membuat Mikha perlahan menyadari kedua sahabatnya ini menyimpan perasaan untuknya. Namun, terlepas dari hal itu, sedikit pun Mikha tidak menjauh dari Aya ataupun Yeen.
"Aya udah sarapan belum,?" Pesan dari Mikha untuk Aya.
"Buat sandwich, yuk, kangen, nih, sandwich buatan kamu, biar aku bantu." Dua pesan Mikha tak kunjung mendapat balasan hingga ia memutuskan menelpon Aya.
"Ya, Mikha?"
"Turun gih, aku di bawah nungguin kamu dari tadi."
"Kok gak bilang?"
"Aku udah WA."
"Bentar, aku turun," ucap Aya meninggalkan kamarnya. "Ada apa? Kangen, ya?"
"Mmmm."
"Benar?"
"Coba deh baca pesan aku."
Aya membuka ponselnya. "Hm, kirain beneran kangen aku ... tau-taunya"
"Kalau iya, kenapa?"
"Aaaaa, udah, mau aku buatin atau nggak?"
"Ya mau dong ...."
"Udah kamu duduk dulu biar aku buatin."
"Aku mau bantu kali, biar kalau kamu gak di rumah, aku bisa buat sendiri."
"Eh Yeen." Aya menyapa Yeen yang tiba-tiba muncul.
"Kalian ngapain?" tanya Yeen.
"Yeen, sini ... ayo cobain, sandwich buatan aku dan Aya."
"Emmm "
"Gimana?" tanya Aya.
"Mmm enak banget."
"Hari ini aku mau ngajak kalian berdua, mau gak?" tanya Mikha menawarkan.
"Ke mana?" tanya Aya.
"Jawab aja dulu ntar juga tau."
"Sayangnya hari ini aku harus ke dokter," jawab Yeen menolak dengan alasan.
"Ya udah aku antar, ya?" Mikha menawarkan.
"Mmm kalau gitu aku mau siap-siap dulu, btw thank you, Aya, sandwichnya enak banget."
"Ya udah mandi sana," pinta Aya.
"Kamu ikut, ya!" pinta Mikha kepada Aya.
"Kok aku?"
"Udah, ikut aja, mau ya?"
"Ok, aku ikut."
"Ya udah kamu juga siap-siap, gih."
"Serius aku ikut?"
"Udah sana ntar telat, loohh."
Mikha yang sudah berada di dalam mobil seketika terdiam, sejenak ia mematung dan kebingungan karena Aya dan Yeen secara tidak sengaja membuka pintu mobil depan secara bersamaan. Mikha pun tidak bisa menyuruh salah satunya untuk duduk di sampingnya, tentu saja mereka akan berpikir Mikha akan memihak. Dan Yeen sendiri juga tidak mengira bahwa Aya akan ikut bersama mereka.
"Aku duduk di belakang aja" tutur Yeen mengalah.
"Gak ... gak ... kamu duduk di depan aja, biar aku yang di belakang."
"Ta—"
"Gitu aja kok ribet." Mikha memotong ucapan Yeen.
"Yeen tuh, udah masuk aja."
"Ya udah ayo entar telat," ucap Mikha.
"Oh yah, kalian antar ke rumah aja, aku entar bareng Mama aku ke RS."
"Kok gitu?" tanya Aya.
"Aku udah ngabarin mereka, kalau aku udah otw ke rumah."
"Tapi kalau ada apa-apa kabarin, ya, atau kamu butuh bantuan aku bilang aja," pinta Mikha.
"Iya, beres."
"Oh iya, tadi aku lihat Pak Naresh dan Kak Jean juga keluar bareng."
"Kak Jean balik ke rumahnya, tapi gak nginap," tutur Yeen meberitahu.
Sedikit pun Mikha tidak menanggapi kalimat yang baru saja Yeen katakan, ia justru memperhatikan Aya melalui kaca yang ada di hadapannya. Mikha melihat Aya yang sedang memperhatikannya dari belakang, tanpa Aya sadari, ia telah tertangkap basah oleh Mikha.
"Sepertinya mereka beneran saling suka, jelas banget," Yeen membatin.
Selama perjalanan menuju rumah Yeen, tidak ada satupun musik yang menemani perjalanan mereka bertiga, sedangkan kini tinggallah Mikha dan Aya, Mikha kemudian memilih lagu butterfly, sebuah lagu favorit Aya. 
Butterfly terbanglah tinggi
Setinggi anganku untuk meraihmu
Memeluk batinmu yang sama kacau
Karena merindu ....
"Kamu juga suka lagu ini?" tanya Aya.
"Mmmm, aku pernah denger sekali kamu nyanyi," jawab Mikha.
"Ouh."
Kring!
Dering ponsel Aya memotong perbincangan Aya dan Mikha. Gadis berhijab putih itu segera mengangkat panggilan dari sahabatnya tersebut.
"Ya, Ana?"
"Aya, kamu di mana?" tanya Ana di balik telepon.
"Aku sama Mikha habis anterin Yeen balik ke rumahnya."
"Jadi gini, A—"
Belum sempat meneruskan kalimatnya, Pak Naresh tiba-tiba memanggil Ana dan gadis itu segera menutup teleponnya.
"Ana kenapa?" tanya Mikha.
"Gak tau, kayaknya ada sesuatu yang pengen dia sampein, tapi telponnya terputus."
"Ya udah, kita langsung balik, siapa tau itu hal yang penting."
"Iya, kita langsung balik aja."
Mikha menambah sedikit kecepatan dari sebelumnya. Ia tidak ingin melajukan mobilnya begitu cepat karena sedang bersama Aya. Walaupun terlihat khawatir dan penasaran, tetapi di satu sisi ia juga harus memikirkan keselamatan mereka. Walaupun sudah sangat berhati-hati, tetapi mobil yang melaju di depan mereka secara tiba-tiba berhenti.
"Mikhaaa, awas," teriak Aya.

BUTTERFLY (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang