OY : Chapter Twenty Two

854 121 109
                                    

NIH, UP GUYS MWEHEHEHE. Jadi mintak votenya yaa, makasihh (⁠ʃ⁠ƪ⁠^⁠3⁠^⁠)btw maaf kalo kurang ngena atau aneh sksksk.

####

Asa meminta Aru untuk membawanya ke apartemen Massea saja. Dia butuh sahabatnya sekarang.

"Makasih Aru, maaf Asa tiba-tiba nangis terus ngerepotin Aru." kata Asa tak enak dengan mata sembab dan wajah yang memerah karena sisa tangisannya tadi.

Aru tersenyum,

"Ngga ngerepotin Sa, jadi jangan nangis lagi, ya! Kalo lo mau, tawaran gue tadi masih berlaku." ucapnya sembari mengusap lembut pucuk kepala Asa, membuat Asa memejamkan matanya.

Dia mengangguk pelan. "Eung, nanti Asa pikirin dulu. . ."

"Yaudah, gue pamit ya Sa. Ngga usah sedih lagi, oke? Kalo butuh apa-apa langsung telpon aja." pesan Aru sebelum pergi yang diangguki Asa.

Asa baru masuk ke dalam dan naik setelah Aru menghilang dengan motornya. Tanpa berlama-lama, Asa langsung memasukkan passcode unit apartemen milik Massea.

"MASSEA!" panggil Asa dengan suara sumbang. Dia berjalan ke arah kamar dan membukanya. Netra nya menangkap wujud Massea yang sedang rebahan di atas karpet bulunya.

"Masseaaa," panggil Asa lagi, kali ini dengan merengek.

Massea terkejut mendapati Asa yang tiba-tiba muncul di kamarnya. Apalagi dengan muka yang bisa dibilang tidak baik-baik aja. Dia seketika merubah posisinya menjadi berdiri. Raut wajahnya juga menjadi khawatir.

"Kamu kenapaa?" tanya Massea sembari merentangkan kedua tangannya. Asa berlari ke arah Massea, ia kembali menangis dan langsung menubruk kan tubuhnya ke pelukan sang sahabat.

Massea mengelus-elus punggung Asa dengan pelan. "Ada apa? Kenapa nangis?" tanya Massea lagi dengan menunduk untuk melihat wajah Asa yang ada di dadanya.

"Jo, Jojo hiks, tadi Asa, ngga hiks sengaja lihat," ucap Asa bercampur tangis yang membuat kalimatnya menjadi tidak jelas.

"Cup cup cup, Asa tenang dulu yaa, nanti baru cerita." potong Massea.

"Udah, udah. . ." lanjutnya menenangkan. Dia membawa Asa untuk duduk di pinggir kasur.

Dia menangkup wajah Asa dan mengusap air mata yang keluar. Massea jadi ikut sedih melihatnya. "Udahan ya nangisnyaa, nanti kalo hidung Asa makin merah gimana?"

Massea memeluk Asa lagi dan mengusap-usap punggung serta rambut Asa sembari mengucapkan kalimat penenang. Dia sebenarnya bingung, apa yang terjadi sebelumnya hingga sahabatnya menangis seperti sekarang ini. Seingatnya, Asa terakhir kali menangis saat ia pindah. Dan Asa ini tipe orang yang sangat jarang menangis.

Tapi sedetik kemudian, dia ingat jika Asa tadi sempat menyebut nama sepupunya. Apalagi kali ini? Dasar sepupu jahanam!

Massea kembali mengusap air mata Asa, "udah ya mpuss, jangan nangis lagiii. Nih lihat, muka kamu udah merah semua," katanya khawatir.

Asa mengelap ingusnya yang turun dengan lengan. Dia mencoba untuk menghentikan tangisnya. Massea menunggu Asa dengan sabar. Hingga beberapa saat kemudian, tangisan Asa sudah berubah menjadi isakan kecil dengan sesekali sesenggukan.

Only You [Woosahi/Jeongsahi] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang