Chapter 18

398 43 0
                                    

Erwin mengerjapkan matanya yang terasa sangat berat. Cahaya matahari terasa menusuk matanya ketika ia mulai membuka matanya lebar-lebar. Lantas setelah Erwin benar-benar sadar dari tidurnya, ia langsung mendudukkan dirinya dan hendak membangunkan Levi. Namun ia urungkan niatnya ketika melihat pria kecil itu yang menggigil kedinginan dengan keringat yang bercucuran di dahi nya. Erwin langsung memeriksa dahinya yang ternyata terasa panas. Sudah jelas Levi demam.

"Gawat.." lirih Erwin, yang langsung bangkit berdiri dan menoleh ke kanan kirinya. Mencari tanaman obat yang mungkin bisa ia gunakan untuk menyembuhkan Levi.

Ia meninggalkan pria kecil itu sebentar sebelum akhirnya kembali dengan membawa tanaman obat yang langsung ia masukan kedalam mulut Levi. Meskipun tampaknya pria kecil yang setengah tersadar itu tidak bisa menerima kehadiran tanaman pahit di mulutnya. Erwin memaksanya untuk menelan tanaman tersebut. Sementara Levi masih ogah-ogahan.

Perlahan-lahan getaran tubuhnya membaik dan napasnya yang tersengal mulai beraturan kembali. Erwin kembali memeriksa suhu tubuhnya, dan ia lega karena tubuh Levi tidak sepanas sebelumnya. Namun masih sedikit hangat.

"Sudah baikan?" Erwin bertanya seraya membelai surai hitamnya. Levi mencoba untuk mendudukkan dirinya di bantu oleh Erwin.

"Maaf merepotkan mu lagi Erwin, ini pasti karena kemarin hujan-hujanan" ucapnya sangat menyesal.

Erwin hanya bisa menggelengkan kepalanya, lantas ia berbalik dan membungkuk. Meminta Levi untuk naik ke punggungnya. "Kita tidak boleh buang-buang waktu, ayo kita lanjutkan perjalanan. Naiklah.." ia juga merasa sangat bersalah karena semalam telah cabuli mulut nya sampai ia sulit bernapas.

Levi sendiri merasa tidak enak, ia lebih baik jalan sendiri dibanding merepotkan Erwin untuk yang kesekian kalinya. "Aku akan jalan sendiri Erwin. Tidak apa-apa... Aku sudah baikan"

"Sayang sekali, aku tidak menerima penolakan apapun" mutlaknya, yang membuat Levi hanya bisa memutar bola matanya sampai akhirnya ia memutuskan untuk menerima punggung Erwin sebagai sandaran nya.

Erwin menggendongnya dan ia langsung kembali berjalan seperti biasanya, aneh sekali karena Erwin tidak menunjukkan rasa lelah padahal jalanan itu menanjak dan ada Levi yang setengah tersadar dalam gendongannya.

"Erwin, kalau lelah bilang padaku" Levi memperingatkan. Karena ia tidak mau kalau pria pirang itu sampai pingsan saking lelahnya.

"Aku belum merasakannya" tukas Erwin, yang masih terus melanjutkan perjalanannya.

Levi mencoba memejamkan matanya dan berharap ketika ia membuka mata, tubuhnya sudah baikan dan ia bisa berjalan seperti biasanya tanpa harus merepotkan Erwin. Meskipun Erwin tampaknya tidak keberatan sedikitpun, tetap saja Levi merasa tidak enak jika harus terus merepotkan pria pirang tersebut.

Erwin tahu kalau Levi masih merasa sungkan terhadap nya. Namun Erwin sungguh tidak keberatan dan ia senang karena ia bisa menggendong Levi di punggungnya. Pria itu bahkan tidak seberat yang di rasakan, seperti yang ia katakan sebelumnya. Levi seperti karung tanpa isi. Aneh sekali... Sungguh ringan sampai-sampai Erwin berpikir kalau Levi sering meninggalkan makanannya.

Erwin mulai sadar kalau Levi tertidur di punggungnya, biarlah ia tertidur, supaya tubuhnya menjadi lebih baik dan ia bisa kembali ceria di sepanjang perjalanan.

Lama ia berjalan, sampai akhirnya Erwin berhenti ketika melihat sebuah sungai yang arus nya tidak terlalu deras. Sepertinya pria kecil dalam gendongannya sadar bahwa Erwin sudah berhenti berjalan. Levi mengerjapkan matanya dan perlahan-lahan ia mulai tersadar sepenuh nya.

"Erwin?" Ia memanggil. Merasa tak ada gerakan karena ia tahu kalau Erwin berhenti berjalan.

"Levi, ada sungai di depan. Kamu mau membersihkan diri? Aku ingin mandi sebentar" ucap Erwin, seraya menurunkan Levi dari punggungnya.

The King Forecast [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang