Chapter 20

417 49 5
                                    

Terus memanjat pohon dengan tali-tali atau tanaman yang tidak di ketahui namanya oleh Levi. Keduanya masih terus memanjat, sesekali Erwin akan meminta istirahat di sebuah dahan yang besar. Entah dia benar-benar kelelahan atau hanya alasan agar ia dan Levi bisa menghabiskan waktu bersama lebih lama lagi. Levi tidak memprotes karena takut kalau pria itu akan mogok bicara lagi. Toh ia juga senang bersama Erwin, tidak ada ruginya kan?

Levi memberikan strawberry yang masih tersisa kepada Erwin. Ia menerimanya dan langsung memakannya, setelahnya menatap ke bawah dan mereka belum mencapai setengah perjalanan. Namun Erwin sudah minta istirahat. Sebenarnya alasannya karena ia khawatir terhadap lutut Levi yang masih belum sepenuhnya sembuh.

"Lututnya masih sakit?" Erwin bertanya untuk memastikan, Levi langsung memperlihatkan lututnya yang tampak membiru.

"Hanya sedikit sakit, tapi selebihnya baik-baik saja" jawab Levi. Namun melihat lututnya yang membiru, Erwin memutuskan untuk tetap duduk sampai Levi merasa baikan. Tentu ia tidak mau kalau lutut Levi sampai membengkak ketika mereka sudah tiba di puncak pohon.

"Aku baru kepikiran Erwin" pria kecil itu bersuara. "Kita masih punya banyak waktu untuk bersama bukan? Masih ada perjalanan untuk pulang kembali"

Erwin mengangguk. "Tentu, jika kamu mau melewati jalan yang sebelumnya di lewati dengan meregang nyawa dua kali sementara ada sebuah portal yang bisa langsung membawa kita menuju ke istana"

Levi terkejut mendengarnya. "Benarkah?"

Erwin mengangguk. "Maka dari itu aku tidak ingin terlalu cepat mengambil tanaman itu. Tentu kita akan memilih jalan itu alih-alih kembali ke jalan sebelumnya bukan?"

Levi setuju. Ia tidak mau menuruni pohon ini dengan tali-tali, tidak mau melewati goa gelap yang basah, tidak mau menuruni tangga yang amat panjang, tidak mau menuruni tebing yang berkali-kali hampir menjatuhkan Levi. Tidak mau melewati sungai yang terkadang arusnya menjadi sangat deras sampai rasanya bisa terseret kapan saja. Tentu tidak mau melewati hutan dan padang rumput yang berkilo-kilo meter jaraknya hanya dengan jalan kaki saja. Mengapa Levi mau memilih jalan itu bila jalan pulang yang lebih mudah ada di depan mata? Yeah.. saatnya mengucapkan perpisahan pada raja brengsek yang sayangnya dicintai nya.

Setelah cukup istirahat dan di rasa kalau kedua lutut Levi tampaknya tidak terlalu buruk. Erwin memberi instruksi bahwa mereka harus kembali melanjutkan perjalanan. Levi siap kapan saja karena ia menyerahkan segala situasi nya kepada Erwin untuk saat ini. Keduanya kembali memanjat pohon dengan tali tali yang bergelantungan. Menapakkan kakinya di dahan sementara mereka berjalan perlahan-lahan.

Bahkan hanya untuk mencapai tengah-tengah pohon itu membutuhkan waktu yang sangat lama hingga rasanya Levi sudah berjalan berkilo-kilo meter jauhnya. Bahkan ia merasa kalau matahari sudah hampir di atas kepalanya dan semakin ia berjalan, semakin sakit pula kedua lututnya yang benar saja.. Kini sudah mulai sedikit membengkak dan lagi-lagi Erwin meminta istirahat saat melihat kondisi Levi.

Erwin langsung mendudukkan Levi seraya menyadarkan punggung pria kecil itu pada batang pohon. Sementara pria pirang itu sedang berusaha—entahlah—sedang mencongkel semacam dahan pohon dengan kuku-kukunya. Namun Levi tidak tahu untuk apa ia melakukan hal itu, karena itu pasti sangat menyakitkan dan ia bisa melihat kuku-kuku Erwin yang langsung patah ketika ia terus melakukannya.

"Apa yang kau lakukan Erwin? Kukumu patah" Levi akhirnya berkomentar ketika Erwin mencongkel dahan itu dengan kuku yang lainnya.

"Di dalam dahan pohon ini ada semacam getah yang bisa menyembuhkan luka mu. Tapi sulit sekali untuk mengambilnya tanpa menggunakan alat tajam. Kuku-ku tidak bisa menembusnya" ia masih berusaha keras. Sampai akhirnya Levi menahan pergelangan tangannya ketika kuku yang Erwin gunakan kembali patah. Pria pirang itu berdecak kesal.

The King Forecast [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang