Chapter 13

423 51 19
                                    

Beberapa hari terakhir, Abel mendapati Erwin yang terus menerus termenung bahkan saat upacara pernikahan mereka hampir dekat. Tidak ada gairah apapun yang terpancarkan dari wajah pengantin pria, sebaliknya dia tampak kacau dan raut wajah nya sangat kusut.

Sore ini Abel kembali mendapati Erwin di kursi raja yang kembali termenung, beberapa prajurit tidak mampu menyapa nya saat melihat raut wajahnya yang menyeramkan.

Abel menghampirinya dan mengibaskan tangannya tepat di hadapan wajah Erwin, membuat pria pirang itu mengerjapkan mata dan menatap sang gadis dengan keheranan.

"Ada apa Abel?" Tanyanya tanpa minat.

"Pelayan di dapur bilang, kau belum menyentuh makanan di dapur dari kemarin, ada apa denganmu? Mengapa begitu banyak isi masalah yang ada didalam kepalamu? Ceritakan semuanya padaku jika memang ada yang menggangu"

Erwin menghela napas gusar seraya menatap Abel dengan tatapan datarnya. "Aku.. baik-baik saja"

Abel jelas tidak mempercayai nya. "Bercerita lah.. jangan memendam masalahmu sendiri, aku sahabatmu dari kecil, aku terbiasa mendengarkan keluh kesah mu"

"Kamu tidak akan senang mendengarnya, sebaiknya lupakan saja, lagi pula aku baik-baik saja"

Abel menggeram kesal. "Bagaimana bisa kau tak mau bercerita tentang masalahmu kepadaku!?"

"Aku sedang memikirkan Levi, dia berniat kembali ke negeri nya dan meninggalkan aku di sini" akhirnya Erwin berterus terang, yang ia yakini kalau Abel tidak mungkin senang mendengarnya lebih jauh.

Namun di luar dugaan, Abel memperpanjang topik pembicaraan mereka. "Kenapa tak kau cegah saja?" Meskipun nada nya tampak acuh tak acuh.

"Mana mungkin aku memaksanya untuk tinggal di sini, aku tidak punya hak.." Erwin kembali terlihat murung, dan saat itulah Abel sadar bahwa dirinya bukan apa-apa di bandingkan dengan Levi. Soal harta, jabatan dan kepemimpinan memang dialah tokoh utama di dalam nya, namun soal memenangkan hati Erwin. Levi lah yang akan selalu ada disana dan menjadi tokoh utama, memang tidak sempurna seperti Abel, namun kesederhanaannya yang membuat Erwin terpana.

Abel ingat kalau Erwin sangat menyukai hal-hal sederhana, dan kesederhanaan didalam diri Levi perlahan-lahan mampu membuatnya jatuh cinta lebih dalam. Erwin menikahi Abel hanya sebagai formalitas, meskipun Abel selalu mengatakan pada dirinya sendiri bahwa Levi bukanlah apa-apa dan ia hanyalah akan menjadi selir raja, nyatanya dia memiliki semua yang tidak dimiliki Abel.

"Kau sangat mencintai nya ya?" Tanya sang putri dengan suara lirih.

Erwin menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. "Dia.. orang pertama yang membuatku mengerti seperti apa cinta, pernikahan dan ketulusan yang sesungguhnya, dia memperlihatkan nya dengan sangat sederhana, aku menyukainya, aku sangat ingin memilikinya"

Abel hanya terdiam sambil menatap karpet merah yang ada di bawah nya, jelas sekali kalau Erwin tidak menaruh sedikitpun perasaan cinta yang tulus kepada nya, padahal sedari dulu, Abel selalu tulus mencintainya, Erwin saja yang tidak pernah melihatnya. Perasaannya semakin tenggelam tak terlihat ketika Levi datang kehidupan Erwin. Semuanya sudah berakhir untuk mendapatkan hati sang raja yang sangat ia puja.

Abel menatap Erwin. "Nikahi saja dia, dengan begitu kau mempunyai hak untuk tidak membiarkannya kembali ke tempat asalnya" ujar sang gadis, yang langsung pergi dari sana dan berjalan dengan langkah lunglai, ia menunduk ke bawah, dada nya terasa sesak, sakit sekali sampai rasanya ingin menjerit.

Namun pada akhirnya Abel terduduk di antara lorong berkelok, menekuk lututnya dan menutup wajahnya, ia menangis dengan sangat keras dan terus menerus merutuki sang raja dengan kata-kata bodoh berulang-ulang.

The King Forecast [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang