Chapter 6

427 48 0
                                    

Seharian ini Erwin tidak bisa menemukan Levi, entah dimana pria kecil itu, jika ketemu, Erwin akan mengikatnya pada pergelangan tangannya agar tidak selalu kabur-kaburan. Bukan karena ia ingin mengurungnya, ia hanya khawatir karena istana memang tidak aman dan masih banyak orang-orang pendusta.

Bahkan sampai malam hari pun, Erwin masih tidak bisa menemukan Levi, ia semakin gelisah dan bahkan saat berdiskusi dengan beberapa Komandan, ia menjadi tidak fokus, namun mereka berencana untuk membuat sebuah dinding besar yang mengelilingi Paradise sebagai bentuk pertahanan, yang dimana dinding itu akan di isi oleh tiga sampai lima orang prajurit yang menembakkan panah berapi dan beracun.

Diskusi selesai dengan Erwin yang segera pergi dengan alibi masih ada urusan. Lalu tentang dinding pertahanan, pekerjaan di mulai, dengan banyak prajurit dan juga warga yang membantu dan berbondong-bondong membangun dinding tinggi yang kokoh, dengan ini, beberapa mesin berjalan milik Marley setidaknya tak akan bisa masuk ke wilayah Paradise dan menghancurkan surga yang indah itu.

Sementara itu di tempat Levi, pria kecil itu sedang makan bersama dengan calon-calon prajurit lainnya, setelah makan malam, mereka di paksa untuk berlari di luar wilayah istana yang cukup luas dan meneriakkan kata 'Mengabdi kepada Paradise' berulang-ulang.

Levi mulai terengah-engah ketika mereka sudah mencapai putaran ke enam, tubuhnya menggigil kedinginan, rasa lelah dari keringat yang membasahi baju nya tidak menghasilkan apa-apa, tidak ada kehangatan, hanya ada kedinginan dan ingin tertidur di bawah selimut tebal yang hangat sambil makan roti panggang.

Levi terus berlari, hanya sepuluh putaran seharusnya akan baik-baik saja, tentu akan baik-baik saja jika hanya mengelilingi lapangan seperti yang ia lakukan saat duduk di bangku sekolah ketika pelajaran olahraga. Namun berbeda ketika dirinya harus mengelilingi istana yang luasnya lebih besar dari rumah konglomerat di kota-kota besar.

Dan ketika ia mencapai putaran kesembilan, tepat di depan pintu istana yang teramat besar nan tinggi, ia bisa melihat Erwin yang baru saja keluar dan terbelalak menatap Levi yang ikut berlari bersama orang-orang yang akan ikut seleksi sebagai prajurit istana.

Erwin melepaskan jubah yang ia ikatkan pada bahu nya, lantas ikut menyusul para calon prajurit itu, berlari di tengah malam yang dingin.

"YANG MULIA!" Teriak Pixis di ambang pintu, saat melihat Erwin yang sudah jauh menyusul rombongan pria yang sedang berlari dengan napas terengah-engah, lantas menyesuaikan dirinya dengan Levi yang berlari tidak terlalu cepat.

"Apa yang kamu lakukan? Aku mencarimu kemana-mana!" Sentak Erwin.

"Jangan.. bicara...dulu...." Ucap Levi, dengan suaranya yang tengah-tengah, hanya satu putaran lagi dan dia akan berhasil menjalani seleksi berlari tengah malam di hawa yang dingin hanya dengan menggunakan pakaian tipis berupa baju putih polos dengan lengan pendek.

Levi di temani Erwin kembali memutari istana, satu putaran lagi dan akhirnya Levi langsung ambruk ke tanah dengan napas masih terengah-engah, ia memegangi dada nya sementara Erwin tampak khawatir tidak tahu harus berbuat apa.

"Levi apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja?" Erwin mencoba menahan kepala Levi dan menyandarkan nya pada dada nya.

"Aku hanya kelelahan Erwin, wajar saja jika aku sampai seperti ini, seleksi nya benar-benar berat"

Erwin mengerutkan dahinya. "Mengapa kamu ikut seleksi menjadi prajurit istana? Apa yang sebenarnya kamu pikirkan?"

"Daripada hanya berdiam diri di istana, aku lebih baik ikut seleksi menjadi prajurit istana saja, lebih menantang dan menyenangkan, jangan halangi aku, aku akan melindungi Paradise dengan fisikku!"

Erwin tertegun karena Levi punya tekad untuk melindungi Paradise meskipun dirinya adalah orang yang entah datang darimana. Tetapi Erwin tidak bisa membiarkannya tersiksa di sini, ia membantu Levi untuk berdiri.

The King Forecast [ ERURI ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang