11. Penaklukkan Pt.2

189 84 405
                                    

Atensi Edgar beralih seiring dengan telunjuk Joe yang kini mengarah pada pria dengan tangan kanan tersembunyi di belakang tubuhnya. Jemari Arsa bermain tenang dengan sebuah benda yang dia pastikan tidak akan disadari oleh siapapun. Edgar melihat gerakan lembut dari tangan Arsa, namun dia lebih penasaran tentang masalah apa yang melibatkan Joe dengan sang bawahan.

"Gua nyari lu sampai ke New York tapi ternyata lu ada di sini..." Joe melangkah dengan suara gemeretak senjata yang tengah dia isi peluru. Langkahnya perlahan dengan wajah tenang.

"Jackpot! Di tengah istirahat gua dari misi ternyata misi itu yang nyamperin gua sendiri," tuturnya senang dengan seringai sembari mengangkat pistol di tangannya, mengarahkan ujung senjata kepada Arsa sebagai targetnya.

"Lu harus ikut gua, hidup ataupun mati," lanjut Joe dengan nada dingin, pelatuknya siap ditarik. Arsa langsung bergerak dengan cepat bersama suara tembakan, pria itu berguling untuk menghindari peluru kemudian menukik ke bawah tubuh Joe. Dengan lentur kaki panjang Arsa menendang senjata di tangan Joe dan berniat bermanuver untuk menjatuhkan pria muda itu. Joe yang lengah kehilangan senjatanya yang melayang cukup jauh, namun dia sadar serangan Arsa, walau tak bisa menghindar dan akhirnya terjatuh, dengan cepat dia bangkit untuk menarik kerah baju Arsa dan memberi satu bogem mentah tepat pada wajah pria itu.

Darah mengalir pada salah satu lubang hidung Arsa, dia hanya sedikit mengerang kemudian membalas serangan Joe dengan satu tinju untuk pelipis pemuda itu. Pertarungan sengit terjadi di antara mereka, atensi Edgar beralih pada dua sosok pria yang baru keluar dari mobil. Pupil mata pria itu membulat.

"Nararya! Ozora!" pekik Edgar anehnya dengan wajah senang.

Dor!

Satu tembakan melesat mengarah pada dada Edgar, sontak pria itu membanting tubuhnya ke samping hingga tersimpuh di aspal. Edgar mendongak, mendapati Ozora dan Nararya yang kini mengarahkan tiap ujung senjata ke arahnya. Edgar hanya bisa memperkirakan ke mana meluncurnya biji besi itu.

"Woii ini gua--"

Wiuwww ...

Wiuwwww....

Suara sirine mobil polisi seketika membuyarkan setiap pikiran yang langsung terfokus pada ujung jalan dengan pancaran lampu merah juga biru khas mobil polisi.

"Mundur!" seru Joe kemudian masuk ke dalam mobil dan kabur.

Edgar bangkit, dengan cepat dia meninju kaca mobil yang penuh dengan retakan hingga benar-benar hancur, setidaknya kini mereka bisa melihat jalan lebih baik. Setelah itu dia bergegas masuk dan mengambil jalan lain untuk tetap menyerang perusahaan Cadamoonth.

Kedatangan polisi yang sangat tiba-tiba ini tentu terasa sedikit janggal terutama bagi Kayis, pria itu tampak berpikir bagaimana bisa polisi mengetahui posisi mereka saat ini dengan begitu akurat. Tanpa disengaja Kayis menangkap sosok seseorang yang tengah bersembunyi di rumah tua tak jauh dari mereka, sayangnya sosok itu tidak menyadari bahwa Kayis melihat keberadaannya di dalam sana.

'Sepertinya memang dia,' batin Kayis.

Sementara di mobil utama, Edgar memukuli bagain depan mobil beberapa kali.

"Sial! Apa-apaan si Ozora tuh, kenapa dia nyerang gua?!" kesalnya.

Arsa yang duduk di jok kemudi sedikit melirik dari ujung matanya.

"Bukannya kalian emang musuhan?" tanya Arsa dengan nada tenang. Dia yang meminta bantuan seseorang untuk memanggil polisi tadi dengan tujuan mengakhiri pertarungan. Mereka tidak bisa membuang-buang waktu dan tenaga saat ini, mereka harus fokus kepada misi penaklukan terlebih dahulu. Soal Joe... Arsa bisa mengurusnya nanti.

Angel Or Devil? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang