18. Senja dan Ketulusan

91 13 10
                                    

Langkah lunglai seorang gadis berhasil menjejaki lorong sebuah rumah megah menuju kamar seseorang yang sangat dia rindukan. Jemari Cruella kini mendarat pada kenop pintu untuk kemudian dia tekan dengan sedikit mendorongnya hingga palang itu sedikit bergeser.

"Mama..." panggil Cruella pelan sebelum pintu benar-benar terbuka lebar.

Seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di depan meja rias sontak menggeser tulang lehernya hingga benar-benar mendapati sosok Cruella di sana.

"Sayang! Udah lama dateng?" tanya wanita bernama Alina yang semula menatap bahagia namun tiba-tiba ekspresi wajah wanita paruh baya itu berubah drastis saat Cruella berlari sambil menangis ke arahnya. Sontak Alina bangkit dari duduknya dan membiarkan gadis itu memeluknya dengan erat sambil menangis hebat.

"Kamu kenapa sayang? Berantem sama Edgar? Kamu ada masalah sama suami kamu itu?" tanya Alina bertubi-tubi, namun Cruella masih kesulitan untuk menenangkan dirinya. Alina sangat mengerti Cruella yang mungkin membutuhkan waktu untuk menenangkan diri, hingga akhirnya wanita itu memilih untuk mengusap lembut surai Cruella hingga tangisnya benar-benar reda.

"Edgar... Mengkhianati kesepakatan kita Ma... Dia... Menggauli aku..." adu Cruella di sela isaknya yang masih belum benar-benar berhenti.

Alina hanya bisa mengangguk paham dengan permasalahan ini, sepertinya sudah saatnya dia mendidik putrinya itu untuk menjadi seorang istri bukan lagi seorang gadis kecil.

Akhirnya tangan Alina beralih membawa Cruella untuk duduk di atas ranjang, menunggu gadis itu menjadi sedikit lebih tenang agar mampu mendengarkan perkataannya dengan baik.

"Sayang..." Jemari Alina mengelus lembut pipi Cruella, menyeka air matanya sembari tersenyum teduh. Cruella menatap wajah sang Mama, dia beralih mendekap wanita itu untuk mencari rasa aman. Alina menerima pelukan itu, dengan tenang dia kembali membelai lembut rambut panjang Cruella.

"Mama mau tanya... Status kamu bagi Edgar itu siapa?" tanya Alina lembut. Cruella tak menjawab, dia hanya diam, mencoba menerka apa maksud sang Mama menanyakan hal seperti itu.

"Kamu istrinya sayang, dan kewajiban seorang istri adalah melayani suaminya." Mendengar itu Cruella menarik diri, menatap Alina dengan manik berbinar siap untuk menjatuhkan air mata.

"Tapi kita udah sepakat dari awal untuk tidak melakukan itu, aku masih sekolah Ma... A-aku..." Cruella tak sanggup meneruskan kalimatnya, dia sedikit kecewa menyadari sang Mama lebih berpihak kepada Edgar ketimbang dirinya yang notabene adalah putri kandungnya.

Alina mengusap lembut bahu Cruella.
"Mama ngerti sayang..."

"Mama gak ngerti! Gimana kalau aku hamil Ma? Apa kata orang-orang? Mereka gak tau soal pernikahan kami yang diadakan sangat tertutup. Edgar juga selalu gak bisa percaya sama aku... Dia selalu menyimpan segalanya sendirian... Lantas aku ini siapa? Apa aku istrinya tidak pantas mengetahui segala tentang suamiku sendiri? Apa aku... Benar-benar seorang istri Ma?" Cruella kembali jatuh ke dalam dekapan sang Mama. Alina selalu terlihat tenang, begitu sabar dalam mendidik putrinya.

"Kalian tinggal serumah, Mama udah tahu dari awal kesepakatan kalian ini tidak akan bertahan lama karena memang pada dasarnya setiap suami ya menumpahkan nafsu birahinya kepada istrinya sendiri..." Cruella mulai kembali tenang, dia mendengarkan perkataan sang Mama sembari terus berpikir agar bisa mencernanya dengan baik.

"Seharusnya kamu seneng sayang, Edgar tidak melampiaskan nafsunya kepada wanita lain di luar sana... Dia seperti itu kepadamu juga karena memang sudah haknya dan kewajiban kamu sebagai istri adalah melayaninya sayang..."

Cruella bungkam, gadis itu kembali mengingatkan setiap sikapnya kepada Edgar setelah mereka menikah, Cruella sadar dirinya tidak pernah berusaha untuk menjadi istri yang baik, bahkan untuk sekedar menyuguhkan minuman kepada Edgar pun dia tidak pernah.

Angel Or Devil? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang