Dangerous Doctor (3)

346 41 1
                                    

"Apa?! Dokter Arzan yang nolongin Ana semalem?!" ucap Anaira terkejut saat mendengar cerita yang keluar dari bibir Alisya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa?! Dokter Arzan yang nolongin Ana semalem?!" ucap Anaira terkejut saat mendengar cerita yang keluar dari bibir Alisya.

Ya gadis berpipi chubby itu telah sadar dari pingsannya. Dan sekarang dia sedang duduk lesehan seraya memeluk boneka itik kesukaannya.

"Jangan teriak-teriak Anaira. Lo masih belum pulih" ucap Alisya mengingatkan.

"Hehehe maaf" balasnya seraya menggosok tengkuk belakangnya. "Tapi bener Dokter Arzan yang nolongin Ana?" tanya Anaira kembali. Gadis itu benar-benar masih diantara percaya dan tidak dengan cerita Alisya.

"Iya. Semalem pas gue baru sampe, tiba-tiba Dokter Arzan dateng sambil nge–gendong lo yang udah pingsan" ujar Alisya seraya meletakan bubur untuk Anaira sarapan di meja kecil.

Saat ini keduanya telah sepakat meminta izin. Jika Anaira akan istirahat selama tiga hari, lain halnya dengan Alisya. Gadis itu hanya izin untuk hari ini. Besok ia akan kembali pergi ke sekolah.

"Oh ya seinget Ana, ada orang yang ngehajar para preman itu. Tapi belum sempet ngeliat wajahnya, tiba-tiba  pengihatan Ana buram"

Alisya mendengarkan penjelasan dengan seksama. Bahkan gadis itu disambi dengan menyuapkan se–sendok bubur hangat pada Anaira. Hari ini dia berniat menjadi ibu satu hari untuk temannya itu

"Untung ada Dokter Arzan, kalo gak gue bakal nyesel seumur hidup karna udah ninggalin lo sendirian di restoran" sesal Alisya.

Walaupun berulang kali Anaira mengatakan jika itu bukan salah Alisya, namun tetap saja gadis berwajah barbie itu merasa bersalah.

"Alisya gak salah. Kejadian semalem murni kesalahan Ana" jelas Anaira.

Memang ini adalah kecerobohan Anaira. Seharusnya dia tidak dengan mudahnya percaya dengan seseroang atas dasar rasa kasihan. Seharusnya Anaira lebih berhati-hati.

"Tapi karna gue—" ucapan Alisya terputus saat Anaira angkat.

"Yang lalu biarlah berlalu. Toh sekarang Ana baik-baik aja kan. Kalo bisa Ana salto sekarang nih biar Alisya percaya" ujar Anaira seraya mengambil ancang-ancang untuk melakukan gerakan salto.

Dan tentu saja tindakannya tersebut langsung dihentikan Alisya. "Jangan ngaco Na! lo masih lemes" ujarnya tegas.

"Lagian Alisya ngerasa bersalah terus" kesalnya seraya mengerucutkan bibir mungilnya.

Sedangkan Alisya mengela nafas panjang. Walau sudah dijelaskan berulang kali, oleh Anaira jika dirinya tidak bersalah, namun penyesalan masih hinggap di hatinya. Andai ia tidak menerima tawaran Jaka saat itu, pasti kejadian ini tidak akan terjadi.

Walaupun mereka baru dekat saat menjadi teman sekamar, namum Alisya merasa jika hubungan pertemanan mereka lebih dari seorang sahabat.  Rasa untuk menjaga Anaira seperti seorang kakak kepada adiknya tiba-tiba timbul dalam hari Alisya.

SHORT STORY   [ Jirosè ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang