1. BALUWARTI

1.4K 110 19
                                    

     Entah, lah. Bagaimana awal mula benih itu tumbuh di hatinya. Ia hanya ingat bahwa dirinya mengangumi seorang gadis yang rela turun dari mobil untuk membantu seorang nenek-nenek yang ingin menyebrang jalan raya. Hati Rafa menghangat melihat kepedulian gadis yang tengah menyebrang itu. Rafa sampai ikut memberhentikan beberapa mobil dan motor yang ada di sekelilingnya untuk berhenti dahulu.

     Motor Rafa yang tepat berada di samping mobil gadis itu mengangguk sembari tersenyum saat wajah manis gadis itu seolah berkata permisi untuk membuka pintu mobilnya. Selepas berhasil menuntun sang nenek ke ujung jalan.

     Sejak saat itu takdir memang seolah merestui keduanya. Karena mereka jadi sering bertemu. Apalagi setelah perusahaan gadis itu berinvestasi pada startup yang di mana Rafa bekerja di dalamnya. Saat itu hanya Rafa yang mengingatnya. Tidak dengan gadis itu. Ya, karena Rafa menggunakan masker dan helm. Sehingga gadis itu tak bisa mengenali Rafa tentunya. Hingga di jamuan perusahaan pertama, mereka saling bertukar kontak.

     Siapa yang tau akhirnya mereka malah berhasil menjalin relationship? Saat itu pula Rafa tau bahwa gadis yang sudah menjadi kekasihnya itu berbeda agama dengannya. Awal-awal Rafa menyangka bahwa gadis itu hanya sedang halangan saja saat ia ajak pergi beribadah. Tapi gadis itu berkata bahwa agamanya berbeda dengan Rafa.

     Kaget? Tentu saja. Setelah berhasil menjalin hubungan selama 2 minggu, baru di minggu ke 3 Rafa mengetahui fakta tersebut. Rafa sempat menjaga jarak dengan gadis itu hingga seminggu, berharap bahwa hatinya belum jatuh terlalu dalam. Tapi Rafa gagal. Selama seminggu itu ia uring-uringan tak menentu. Dan, ya, ia kalah.

     "Kak Rafa!"

     Rafa tersentak pelan yang berhasil membuyarkan lamunannya. Bibirnya tersenyum saat matanya berhasil menangkap keberadaan kekasihnya yang tengah melambaikan tangan padanya. "Hai."

     "Udah lama?"

     Rafa menggeleng pelan. "Enggak." Tangannya terulur memberikan helm pada Nisya.

     "Udah makan belum?" tanya Rafa kemudian setelah Nisya menaiki motornya.

     "Belum sempet."

     "Nyari makan dulu, ya?"

     "Okay, Bos!"

     Motor melaju, meninggalkan perusahaan besar dimana tempat Nisya bekerja. Jalanan malam itu begitu terlihat lenggang. Tak banyak motor dan mobil yang melintas. "Mau makan apa?!" teriak Rafa.

     "Cari warteg aja, Kak. Aku pengen ayam geprek." Rafa mengangguk dua kali sebagai responnya.

     Nisya ini emang agak beda dari kebanyakan cewe yang katanya kalau tiap di tanya mau makan apa? Pasti jawabannya terserah. Nisya punya pendirian atas apa yang dia inginkan. Dia tidak mudah terombang-ambing oleh sekitarnya. Ya, maka pantas mengapa Nisya mendapat promosi lebih cepat dari perusahaan untuk naik jabatan sebagai sekertaris direktur di perusahaan tersebut. Selain kinerja yang bagus. Nisya juga pandai, teliti dan jujur dalam setiap pekerjaannya. Gadis itu tak bisa berbohong apalagi memanipulasi sesuatu. Apa yang ada di hadapannya, maka itu yang akan ia ucapkan.

     Motor berhenti di sebuah warteg berukuran sedang yang untung saja masih buka malam itu. "Mau makan apa?" tanya seorang ibu-ibu yang sepertinya pemilik warteg tersebut.

     "Ayam geprek ada gak, ya, Bu?"

     "Ada. Tapi ayamnya sisa satu lagi."

     Nisya menatap Rafa yang juga tengah menatapnya. "Kak?"

     Rafa tertawa pelan melihat tatapan Nisya ke arahnya seolah mengerti apa yang ada di pikiran gadis itu. "Gapapa, Bu. Yang satu nasi rames aja."

     "Gapapa?"

Baluwarti || Hwang Renjun [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang