7. BALUWARTI

510 82 11
                                    

     Baru setengah sebelas, tapi cuaca saat itu terasa sangat panas sekali. Belum tengah hari udah sepanas ini. Apalagi nanti kalau udah tengah hari.

     Mobil Rafa tengah terdiam, berjajar dengan pengendara jalanan yang lain. Menunggu lampu tiga warna itu berubah warna dari merah ke hijau. Di mobil itu mengalun cukup keras sebuah lagu yang di pilih Sahira untuk menemani masa galaunya. Sementara gadis itu masih menangis di samping Rafa. Bahkan sudah menghabiskan cukup banyak tisue yang di miliki Rafa di mobilnya.

     "Pusing entar, Sa."

     "Bodo amat!" kesal Sahira tanpa mau memberhentikan tangisannya.

     Rafa hanya bisa menghela nafasnya pasrah. Sahira beneran lagi dalam mode yang gak bisa di ganggu.

     Mobil Rafa akhirnya sampai di parkiran bandara. Sebelum keluar Rafa melirik pada Sahira.

     "Lo pindah ke belakang, ya, Sa."

     "Gak lo kasih tau juga gue sadar diri," jawabnya ketus lalu menghembuskan nafasnya begitu keras. Mencoba mengeluarkan cairan berasa itu dari hidungnya.

     Rafa mendelik jijik. "Apa mau ikut ke luar dulu?"

     "Ogah," balas Sahira lalu keluar dari mobil dan membersihkan kekacauan yang sudah ia akibatkan lalu pindah duduk ke kursi belakang.

     Rafa yang tidak mau mendebat lagi akhirnya meninggalkan Sahira dengan dunianya di mobil. Sementara ia bergerak perlahan menjauhi mobil menuju kekasihnya berada.

     Hingga beberapa saat Rafa akhirnya mendapati keberadaan kekasihnya yang tengah duduk di sebuah kursi panjang di sana. Dengan 2 koper yang berada di sebelah kanan dan kirinya. Tapi pemandangan selanjutnya membuat rahang Rafa tiba-tiba mengeras. Ia baru sadar bahwa Nisya tidak seorang diri di sana. Sebelum mendekat. Rafa menarik nafasnya perlahan lalu menghembuskannya. Mencoba menetralisir emosinya yang mungkin akan meluap begitu saja.

     Setelah di rasa cukup tenang. Barulah Rafa mendatangi kekasihnya. Rafa tersenyum manis sembari melambaikan tangannya. "Hai, Babe," sapa Rafa yang langsung mendapatkan pelukan hangat dari gadisnya.

     "Kangen~" rengek Nisya di balik pelukannya.

     Rafa terkekeh pelan. Pelukan itu berakhir saat suara deham yang mengintrupsi keduanya. Nisya refleks melepaskan pelukannya. Lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Cukup malu di hadapan bosnya.

     Lain lagi Rafa yang malah mendatarkan wajahnya tak suka. Nisya buru-buru mengambil alih atmosfer yang sedikit tegang itu. "Kenalin, Pak. Ini pacar saya. Namanya Rafa."

     "Kak ini bos aku namanya Jay."

     Keduanya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan sebagai tanda pengenalan. "Rafa."

     "Jay."

     Jay menatap Nisya. "Berhubung pacar kamu sudah datang. Saya langsung pulang, ya."

     Nisya menganggukkam kepalanya sopan lalu sedikit membungkuk. "Terimakasih banyak, Pak," ucap Nisya yang di balas anggukan pelan dari atasannya.

     Sepeninggalan Jay wajah Rafa seketika tertekuk kesal. Membuat Nisya yang memperhatikannya tertawa pelan. "Gak usah ngambek gitu. Aku gak suka dia."

     "Gak suka tapi asik banget ngobrolnya," sindir Rafa membuat Nisa tertawa terbahak-bahak. Kekasihnya ini mengapa terlihat begitu lucu.

     "Udah dong baru aja ketemu masa akunya di ambekin gini," kata Nisya sembari melingkarkan tangannya pada pinggang Rafa.

Baluwarti || Hwang Renjun [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang