Mendengar penuturan kekasihnya membuat Nisya bingung harus bersikap seperti apa. Sungguh ia belum siap jika saat bertemu nanti, ternyata si sulungnya Mahanta itu akan menentang hubungan mereka.
"Tapi, Kak—"
"—Be, aku gak maksa. Kalau kamu emang belum siap, gapapa."
Sekarang ia harus apa? "Be," panggil Rafa lagi melihat Nisya yang kembali diam.
"Kak aku minta maaf."
Rafa tersenyum kecil lalu mengusap kepala Nisya dengan lembut. Ia sudah tau kalimat selanjutnya yang akan di ucapkan gadisnya itu. "Gapapa."
"Abis dari Jogja bakal aku pikirin lagi."
Rafa kembali mengangguk. "It's okay. Kamu fokus dulu dinas luar kotanya. Nanti kita bahas lagi."
"Maaf," cicitnya pelan membuat Rafa mendengus.
"Apa, sih, Be. Gak perlu minta maaf."
Maka sekarang adalah giliran Rafa untuk memikirkan bagaimana ia akan beralasan pada Marka karena ia gagal membawa Nisya ke rumah. Tapi, ya, jauh di lubuk hatinya ia merasa bersyukur karena Nisya memilih untuk tidak dulu bertemu. Rafa tidak bisa menampik. Bahwa hatinya pun sama resahnya.
Hari itu Rafa sengaja menghabiskan waktunya bersama Nisya sebelum gadis itu pergi ke Jogja besok. Rafa pulang pukul 9 malam. Tapi di rumahnya masih sangat ramai. Ada Marka serta Anaya juga di sana. Saat datang mereka semua tengah berkumpul di ruang tamu.
"Sini Raf duduk." Marka menggeser tubuhnya, memberikan satu ruang kecil untuk Rafa duduk di sana.
Laki-laki itu lantas bergerak ke arah sofa yang baru saja di tepuk Marka untuk bisa ia duduki. "Nih, cobain. Tadi kata Ehsan kurang manis." Anaya menyodorkan piring dengan cupcake mini di atasnya.
"Teh, ih. Padahal Ehsan ngomongnya pelan."
Anaya tertawa pelan. "Ya, emang kenapa? Kan namanya juga masukan. Ya, gapapa."
"Nanti di kira orang Ehsan banyak komen, udah di buatin juga."
"Emang, lo banyak komen!" saut Nanda yang langsung mendapat lemparan bantal dari si anak tengah.
"Diem!" sentaknya kesal.
"Gimana, Raf?" tanya Anaya yang melihat Rafa tengah menyicipi cupcakenya.
"Enak. Tapi, kayanya Rafa ngerti, sih. Kenapa Ehsan bilang kurang manis."
"Kenapa, tuh?"
"Ehsan, Nanda sama Adi itu pencinta manis. Dan bagi mereka ini kurang manis. Sementara di lidah yang lainnya ini udah cukup manis."
Anaya ngangguk-ngangguk. "Dan kayanya, emang cuma Ehsan yang berani komen."
"Teh, ih~"
Semua orang tertawa. Padahal Anaya tidak sedang menyindir Ehsan. Tapi, anak itu keburu gak enak hati karena komplenan pelannya saat sesuap cupcake itu masuk mulutnya. Kaya, pas abis sekali gigit, tuh. Dia langsung gumam pelan karena menurutnya cupcake itu kurang manis. Dan sialnya Anaya tepat banget duduknya di sebelah dia. Jadinya ya, kedengeran sama yang bikin cupcakenya langsung, lah.
"Gimana, Raf? Gak bisa, ya?"
Rafa menoleh spontan pada Marka yang baru saja berucap. "Dia perlu prepare buat berangkat besok, Bang. Rafa gak bisa maksa."
Marka mengangguk mengerti. "Ya, udah. Nanti habis itu bawa ke sini, ya. Jangan lama-lama."
"Iya, Bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baluwarti || Hwang Renjun [DONE]
FanfictionSpin off Dear Mahanta Kelanjutan dari kisah Rafa dan Nisya yang terus mencari pembenaran dalam hubungan mereka. Akan sampai mana mereka bertahan dalam hubungan dengan benteng tinggi di antara keduanya? Book ini aku buat singkat. Gak akan sepanjang...