1. Life is a bitch

191 26 4
                                    

Manik Dongju menatap kosong pada mejanya yang penuh dengan coretan dan sampah. Dia menggulirkan mata untuk melihat teman sekelasnya yang tertawa dan menunjuk-nunjuk dirinya. Dongju kembali menatap mejanya. Pemuda itu membuka tasnya dan mengeluarkan tisu untuk membersihkan cairan berbau busuk di atas mejanya.

Tuk.

Sebuah kertas yang telah diremas mengenai kepala Dongju. Namun pemuda tersebut tidak menghiraukannya dan hanya melanjutkan kegiatannya. Setelah dia rasa sudah cukup bersih, Dongju duduk di bangku paling belakang sudut sebelah kiri, dekat dengan sapu, kain pel dan ember.

Telapak tangannya bersentuhan dengan tekstur meja yang kasar akibat di gores dengan benda tajam dan batu. Kata-kata makian yang ditulis menggunakan spidol permanen menghiasi meja lusuh itu.

Pelacur
Anak jalang
Homo babi
Tidak tahu malu
Male bitch
Murahan

Dan masih banyak lagi yang hampir hilang karena di timpa dengan coretan baru. Dongju tidak memiliki ekspresi apapun di wajahnya yang pucat dengan luka lebam dan sudut bibir yang pecah mengeluarkan darah. Matanya memerah karena kurang tidur, rambutnya basah dan acak-acakan. Dia terlihat seperti seseorang yang habis di pukuli.

Kelas di mulai. Suara seorang wanita berusia hampir setengah abad menyuruh para siswa membuka buku. Dongju melakukan hal yang diperintahkan dan membaca buku dengan cermat. Guru wanita itu melirik sekilas ke arah bangku di sudut belakang kelas. Tetapi segera mengalihkan pandangannya.

Istirahat dimulai dan Dongju hanya tertidur di atas mejanya. Sampai rusuknya di tendang dari samping. Sehingga ia terjatuh menghantam lantai keras dibawahnya.

Suara tertawa yang mencela menggema di kepala Dongju. Pemuda kurus itu berusaha bangkit tetapi rasa sakit di rusuknya memaksa nya untuk kembali ke lantai. Keringat dingin membasahi keningnya dan rasa mual menyerang. Tempat yang di tendang tadi berdenyut nyeri dan sangat menyakitkan.

"Lihat dia! Sangat menjijikkan!"

Kepala Dongju di ludahi. Lalu wajahnya kembali ditendang dengan keras. Darah menggumpal di sudut bibirnya yang sudah agak mengering kini digantikan oleh darah segar yang baru. Kepala Dongju berputar dan rasa asam mulai memenuhi mulutnya.

Dengan sekuat tenaga, Dongju bangkit menuju kamar mandi meninggalkan sekumpulan laki-laki yang mengejek nya di belakang.

Pandangannya terasa goyah. Rasa mual melanda. Mulutnya dipenuhi sensasi asam dan juga berkarat. Nafasnya sesak dan kini ia berhati-hati dalam mengambil nafas.

Percikan air menyapa wajahnya. Dongju baru saja memuntahkan cairan lambungnya bersama dengan darah dari bibirnya yang pecah. Rasanya sangat perih ketika cairan asam itu menyentuh bibirnya. Jantungnya terasa dipaksa keluar karena tidak ada lagi yang bisa dia muntahkan.

Mata merah Dongju menatap pantulan dirinya di depan cermin. Sangat menyedihkan dan menjijikkan. Dia seperti bukan manusia.

Dia terjatuh di lantai dingin kamar mandi sembari memegangi bagian rusuknya yang terasa sangat sakit. Nafasnya tersengal dengan semua sensasi menyakitkan dari tubuhnya.

Dongju hendak menangis, tetapi air matanya tidak mau keluar. Respon yang dilakukan tubuhnya hanyalah rasa sakit di kepala dan mata, karena dipaksa untuk menangis.

***

Hidup terasa menyedihkan. Terutama bagi Dongmyeong. Dia menatap lembaran uang yang terdapat di tangannya. Inilah yang ia dapatkan setelah membanting tubuh kurusnya bekerja seharian di tempat biadab itu.

Menghela nafas, Dongmyeong memasuki ruangan kamar sewa kecil miliknya. Saklar lampu dinyalakan dan ruangan seukuran empat kali empat meter dengan segala barang-barang kecil usang bersebaran dimana-mana terlihat dengan jelas.

Dongmyeong menyingkirkan lembaran-lembaran koran dan kertas tidak berguna di lantai. Dengan seadanya, dia menyapu lantai agar dapat ia duduki. Tidak ada kasur dan bantal, hanya ada karpet plastik usang di lantai dan sebuah meja kecil tempat buku-buku milik adiknya. Selainnya dipenuhi oleh barang bekas yang ia temukan di jalanan atau tempat sekitar.

Mata almond milik pemuda itu menatap beras yang tinggal sedikit di sebuah toples plastik. Dongmyeong meraih wadah penanak nasi dan memasukkan setengah cangkir beras ke dalamnya. Dongmyeong berjalan keluar kamar dan tidak lupa mengunci pintu. Dia menuju kamar mandi untuk mengambil air. Kamar mandi bersama yang kotor dan bau. Ada banyak sampah dimana-mana, terutama bungkus shampo, sabun, pewangi pakaian, puntung rokok, deterjen dan pembalut wanita yang masih kotor.

Tanpa menghiraukannya, Dongmyeong menyalakan keran air dan mengisi lebih banyak air ke dalam wadah berasnya. Dia kemudian kembali ke kamarnya untuk memasak nasi dengan sebungkus mie instan murahan yang paling murah di jenisnya.

Sebelum beras itu matang, Dongju muncul di pintu kamar. Penampilannya sangat menyedihkan dan terlihat lusuh. Ada bekas darah dan debu dimana-mana.

Dongmyeong memandangnya sebentar. Lalu kembali memasak mie instan miliknya di panci listrik yang ia beli empat tahun lalu. Permukaan panci itu sudah terkelupas dimana-mana dan makanan didalamnya pun mudah gosong. Tetapi seakan tidak peduli, Dongmyeong memasukkan mie instan kedalam air yang mendidih.

Dongju tidak mengatakan apa-apa. Dia duduk di lantai dekat pintu tanpa melepas sepatu miliknya. Matanya memandang datar pada lorong kumuh dan berbau pengap di depannya.

"Makan."

Dongju mengalihkan pandangannya kepada sepiring bubur dan mie instan di depannya. Dia mengambilnya dan memakannya perlahan. Perutnya terasa sangat sakit hingga rasanya dada dan punggungnya sudah menyatu.

Memakan makanan itu perlahan, tanpa sadar air mata Dongju terjatuh. Bahunya naik turun terisak-isak.

Tidak ada respon dari dongmyeong. Dia tetap memakan makannya dengan cepat. Lalu segera setelah ia menyelesaikan makannya, Dongmyeong berbaring di karpet jelek miliknya.

"Cuci piring dan jangan menangis didepanku lain kali. Aku muak."

Dongju tidak menjawab. Dia tetap memasukkan sendok berisi bubur itu ke dalam mulutnya.

"Jika kau lelah, mati saja. Itu akan mengurangi beban ku." Ucap Dongmyeong sambil memejamkan matanya.

Hidup tidak pernah terasa indah bagi mereka berdua. Atau hanya bagi Dongju saja yang menderita? Atau bagi Dongmyeong yang harus mengorbankan dirinya sendiri demi Dongju?

Intinya, hidup ini terasa seperti bajingan.







To be continued

Takut banget nulis beginian, tapi gatal pengen publish.

Sepertinya perhatianku akan ada di sini, karena isi work ini cuma ada 10 chapter aja. Sama kayak astrophile dan a boy under the umbrella. Cuma isi chapter nya agak lebih banyak dari work berdua itu.

Tapi seriusan, ini work akan bikin depresi dan agak gila.g

Udah aku ingatkan juga kan di awal, jadi silahkan baca kalau kamu merasa bisa menanggung nya muehehehe~

The Demon's Bride [LeeOn] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang