5. Will you marry me?

119 24 1
                                    

"Seret dia."

Dongju ditarik sembarangan. Lututnya bergesekan dengan lantai di bawahnya dan menimbulkan luka ngilu serta berdarah di sana.

Ada sekitar sepuluh orang yang ada di sekitarnya. Didepan sana, senior tersayangnya berjalan acuh tak acuh dengan tangan di kantong. Orang yang disukainya.

Saat itu Dongju sedang tertidur di meja jeleknya sampai seseorang tiba-tiba datang menghampirinya dan menyeretnya pergi begitu saja. Dongju tidak tahu dia akan dibawa kemana. Yang dia tahu, dia saat ini sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar akan tebakan dalam hatinya ketika mereka menuju sebuah gudang kosong di belakang sekolah.

Dongju gemetaran. Telapak tangannya terasa sangat dingin. Dia berusaha menekan tebakan menakutkan di kepalanya.

Tidak. Kemungkinan terbesarnya adalah dia akan dipukuli sampai mati. Mungkin itu yang terbaik. Benar. Dia hanya akan kesakitan sebentar dan semuanya akan baik-baik saja. Dia akan mati, lalu dia tidak perlu kesakitan lagi.

Hanya saja, hal itu tidak terjadi. Dia kini terbaring dengan luka di sekujur tubuhnya yang kurus. Sepuluh orang itu memperkosa dirinya bagaikan binatang. Dia bagai lobang toilet. Bagian bawahnya robek dan berdarah, sangat perih. Darah itu menutupi lantai kotor dibawahnya. Dongju terbaring disana tanpa alas apapun dan dirinya disetubuhi secara bergiliran.

Manik Dongju menatap kosong pada seorang pemuda yang duduk santai disana. Dia menatap Dongju yang sedang dicekik dan disetubuhi seperti menatap tontonan menarik. Rokok dimulutnya dikeluarkan lalu ia berjalan menuju Dongju dan menekan puntung rokok itu ke pundaknya.

Dongju meringis dan menutup matanya. Sakit sekali. Semua sakit. Tubuhnya mati rasa. Jantungnya terasa sakit dan hampir meledak di tempatnya.

Mereka bilang dia menjijikkan, lalu kenapa mereka melakukan hal ini padanya?

Air mata mengalir dari sudut mata Dongju. Air mata terakhirnya.

Dongju menangis dan meraung hebat. Tidak mempedulikan dirinya yang ditampat dan diludahi. Pemuda itu berteriak melepaskan kesakitan mendalam di hatinya. Keluh kesahnya pada Tuhan. Keluh kesahnya pada dunia.

Dia sakit.

Sakit sekali hingga rasanya Dongju ingin mati sekarang. Dia takut rasa sakit, dia benci dan dia ingin ini semua berakhir. Tubuhnya yang terluka, hatinya yang terluka. Tidak ada bagian dirinya yang baik-baik saja.

Apa salahnya?

Manik Dongju yang berair menatap pada seniornya yang pernah ia sayangi. Kekosongan melanda di kedua permata itu hingga membuat senior tersebut tertegun sesaat.

Sepuluh orang itu masih menggunakannya seperti binatang buas. Memasuki dirinya tanpa ampun. Mendorong kejantanan mereka pada mulutnya yang juga telah robek.

Dongju terbaring dengan mata sayu, "Kenapa?"

Dia selalu ingin tahu jawabannya. Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Tetapi tidak ada jawaban. Tidak ada yang menjawab pertanyaan itu.

Sesosok tinggi besar berada di sudut ruangan itu. Dia bertubuh kekar dengan darah di sekujur tubuhnya. Matanya berwarna hitam pekat dengan gigi taring yang mencuat keluar. Dia mengambil sosok pria dengan otot perut yang terlihat bagus.

Sosok itu berjalan dari sisi kegelapan menuju Dongju yang terbaring lemah. Dongju melihatnya dengan mata sayu. Dia tidak peduli lagi. Dia hanya ingin mati. Dia ingin lepas dari penderitaan ini. Dongju tidak sanggup.

Sosok itu berhenti tepat di dekat Dongju. Memandang Dongju dengan mata hitamnya. Dongju merasa jiwanya tersedot masuk ke dalam mata segelap malam itu.

Dia dan sosok itu saling memandang.

Tampaknya hanya Dongju yang bisa melihatnya. Dongju bahkan tak menghiraukan tamparan keras di wajahnya agar mengalihkan pandangannya.

Sosok itu berdiri disana dan suara sedalam samudera memasuki pendengaran Dongju.

"Menikahlah denganku."









To be continued

The Demon's Bride [LeeOn] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang