Dongju berjalan pulang dengan pakaian sekolah bersih yang ditemukannya di gudang tadi. Langkahnya terasa sangat ringan begitu juga dengan keadaan tubuhnya. Dia terasa seperti sehelai bulu yang diterbangkan main-main oleh angin musim semi.
Cahaya ke-emasan dari matahari yang hampir terbenam menyinari wajahnya. Matanya yang sebening kristal memantulkan kembali cahaya ke-emasan yang menimpanya.
Dongju berdiri dihadapan matahari yang tersembunyi setengah di balik sudut bumi. Angin sepoi-sepoi berhembus mengibarkan rambutnya yang sedikit panjang. Dia terlihat seperti mimpi musim semi.
Segala kesakitan yang dia rasakan sebelumnya seolah tidak pernah ia rasakan. Seolah dirinya yang dulu adalah orang lain dan dirinya yang sekarang tidak memiliki hubungan apapun dengannya di masa lalu.
Hatinya terasa kosong. Tidak ada dendam yang membara lagi. Dia terasa sangat baru. Faktanya ketika Dongju menolak tawaran iblis itu, dia telah berdamai dengan dirinya sendiri dan menerima keadaannya. Dia telah memaafkan semuanya, tidak ada lagi dendam dan dia sudah siap untuk menghadapi penciptanya. Kembali ke pangkuan-Nya dan beristirahat dari penatnya tugas di dunia yang fana ini.
Dongju menyadari bahwa jiwanya bukanlah miliknya, bahwasanya dirinya tidak akan berpaling dari-Nya.
Langkah ringan membawa dirinya kembali ke dunia kecilnya. Kembali ke kamar kecilnya dengan saudara kembarnya. Hanya untuk menemukan sosok tak bernyawa dengan tubuh remuk di depannya.
Dongju terdiam dan tidak menanggapi ucapan hiburan dari orang-orang di sekitarnya. Apakah ini akhir dirinya?
Langkah ringan itu tiba-tiba menjadi berat. Hatinya yang tadinya kosong, perlahan dipenuhi oleh emosi berwarna hitam pekat hingga hampir menuju paru-parunya. Dongju berlari menjauh, tidak tahu kemana. Tidak tahu harus apa. Dia baru saja bersedia kembali, apakah Dia sangat menginginkan dirinya?
Ketika berlari tanpa tujuan, Dongju bertemu dengan seniornya. Lehernya ditarik dan dia dibawa ke tempat terpencil lalu kembali di gilir oleh orang-orang asing.
Berbeda dari sebelumnya, kali ini Dongju tidak memberontak ataupun menangis. Bahkan rasa ketakutan sedikitpun tidak ada. Mata dan jiwa itu telah kosong.
Dongju menatap sosok pria didepannya. Dia tersenyum sembari mengulurkan tangannya dengan sopan ke arah Dongju. "Bersediakah engkau menjadi pengantinku?"
Dongju menatap wajah itu lama lalu mengulurkan tangannya. Para manusia yang ada disekitarnya menatap aneh ketika Dongju melakukannya dan berpikir bahwa pemuda itu sudah gila.
"Aku bersedia."
Setelah itu Dongju menutup matanya lalu menggigit lidahnya hingga putus. Darah segar mengalir dari mulutnya yang tertutup menghiasi wajah putih bersih tersebut.
Orang-orang suruhan senior Dongju itu terlihat ketakutan saat melihat wajah damai berhiaskan darah disana. Mereka berlarian tanpa arah karena Dongju sudah mati.
Hanya senior Dongju yang tersisa disana. Memandang rumit pada mayat cantik di depannya yang perlahan menghilang.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The Demon's Bride [LeeOn] ✓
FanfictionDalam kehidupan ini, Dongju paling membenci rasa sakit. Tetapi entah mengapa, sepanjang hidupnya, dari ia lahir hingga mati, dia selalu merasakan kesakitan. ⚠️21+ for adult and sensitive content