11.5K Words
* * *
Jarum jam bahkan belum menunjukkan angka tujuh. Namun, seorang gadis bersurai panjang terlihat menghentikan langkah, menatap datar bangunan menjulang di depan matanya. Sepekan telah berlalu, sejak ia diberikan waktu istirahat yang cukup oleh perusahaan, untuk memulihkan mentalnya. Kini, Yerisa Jikala Maheswari memberanikan diri, berdiri di depan gedung Bloemst.co, di mana sang CEO mudanya sendiri yang menjadi penyebab ketidakhadirannya di kantor.
Meski tak yakin sanggup bertemu muka dengan Wilka, Kala tetap mencoba untuk kembali bekerja. Sudah cukup baginya merehatkan diri selama seminggu. Terlebih, Reya dan Yudith telah menjanjikan akan selalu ada, menjauhkan Wilka dari pandangan matanya.
Drrtt...
Ponselnya bergetar. Kala membuang napasnya dengan kasar, sebelum kemudian kembali melanjutkan langkah, sembari meronggoh ponselnya di tas.
"Kenapa, Dy?" tanyanya, begitu panggilan telepon tersambung. Lawan bicaranya—Maudy—terdengar mengalunkan tawa. Entah mengapa, selama seminggu ia rehat di rumah, perempuan muda yang berprofesi sebagai dokter kejiwaan ini terus menelponnya. Awalnya mereka bertemu di rumahnya, saat Reya dan Lila masih berada di sana. Reya pula yang mengenalkan Maudy padanya dan menyebutnya sebagai kekasih Yudith.
"Lo serius, sudah siap masuk kerja lagi, Kal?" tanya teman barunya itu. Segaris senyum terukir di paras Kala. Meskipun mereka baru kenal, tetapi Maudy benar-benar bisa menempatkan diri sebagai teman yang baik. Atas desakan Reya dan Lila pula, ia mampu sedikit membuka diri dan menumpahkan resah di hatinya pada sosok wanita berparas ayu.
"Yap. Gue bahkan sudah di depan kantor," jawab Kala. Maudy terdengar menghela napas panjang. Dari balik kemudi mobilnya, matanya lurus menatap ke depan.
"Oke. Kalau memang lo sudah ngerasa sanggup, lo jalanin aja kayak biasanya. Tapi kalau lo mulai ngerasa gak nyaman dan butuh teman bicara, lo tahu harus hubungin gue ke mana, 'kan?"
Kalimat panjang yang keluar dari mulut Maudy, jelas bernada serius. Tetapi, Kala justru menanggapinya dengan tawa kecil.
"Thanks ya, Dy," sambung Kala, usai ia mampu mengecilkan suara tawanya. Dalam hati, ia bersyukur karena dikelilingi orang-orang baik, di tengah kemelut yang menimpanya. Dua hari setelah mereka bertemu di rumahnya, Reya membawa Kala untuk bertemu lagi dengan Maudy di sebuah cafe. Dan di saat itulah ia baru mengetahui profesi Maudy dan mulai berani menyuarakan resahnya—berikut cerita panjang tentang kisah pahit yang ia alami dulu di sekolah.
"Lo teman gue. Jadi sudah tugas gue buat mastiin kondisi mental lo stabil, Kal," sahut Maudy pelan. Ekor matanya melirik ke arah puan, yang sedari tadi diam sambil menatap lurus ke punggung gadis bersurai panjang. Puan berambut blonde yang memang sejak tadi duduk di sampingnya. Satu kotak berwarna biru muda, tampak berada di atas pahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restless Love ( 𝘈𝘭𝘵𝘦𝘳𝘯𝘢𝘵𝘦 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦)
Fanfiction((Winrina's AU)) 𝘎𝘪𝘳𝘭𝘹𝘎𝘪𝘳𝘭 🌈 WINTOP | Lokal AU | Bahasa | Romance | Melodrama 🔞 "𝘛𝘩𝘦 𝘧𝘶𝘵𝘶𝘳𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘮𝘦 𝘪𝘴 𝘢𝘭𝘳𝘦𝘢𝘥𝘺 𝘢 𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 𝘰𝘧 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘢𝘴𝘵-𝘠𝘰𝘶 𝘸𝘦𝘳𝘦 𝘮𝘺 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘢𝘯𝘥 𝘺𝘰𝘶 𝘸𝘪𝘭𝘭 𝘣𝘦 �...