R.L | Before the Storm

1.2K 126 59
                                    


TW:
Part ini memuat adegan kekerasan, darah, serta kalimat kasar bernada umpatan
Mohon untuk mengambil beberapa pesan baik saja yang acapkali kusematkan dalam alur cerita.

Terima kasih.

Terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Brakk!

Kala mendorong pintu rumahnya hingga terbuka lebar, lalu dengan langkah panjang ia menyeruak masuk. Pundaknya bahkan tak sengaja menabrak tubuh Chaera yang bersiap membukakan pintu. Napasnya memburu, seiring dengan derap langkahnya yang beranjak menuju kasur. Ia menghempaskan tubuhnya ke pembaringan, mengabaikan keberadaan Chaera yang menyaksikan perangainya dengan raut kebingungan.

"Kak?"

Chaera memanggil namanya, namun Kala masih abai. Ia sembunyikan parasnya yang semakin bersimbah air mata itu di balik selimut tebal. Pertemuan singkatnya dengan Wilka tadi jelas mengusiknya. Apalagi, ketika perempuan lebih muda itu dengan lancang memeluk tubuhnya. Wangi parfum si puan bersurai hitam tadi bahkan seperti menempel di bajunya. Membuat perasaan Kala semakin berantakan.

Sudah dua bulan berlalu sejak terakhir ia melihat keberadaan Wilka. Dan meskipun benaknya terus memaksanya menjeritkan kebencian, tapi hatinya tidak pernah bisa selaras dengan isi kepalanya. Dalam temu singkat yang menjerat mereka, ia bisa menyaksikan perubahan signifikan yang terjadi pada Wilka. Wajahnya yang menjadi lebih tirus dan tubuhnya yang semakin kurus. Apakah Wilka tampak sebegitu menyedihkannya karena harus jauh darinya?

Apakah penderitaan yang harus Wilka hadapi merupakan bentuk karma atas apa yang perempuan itu telah lakukan terhadapnya?

"Are you okay, Kak?"

Suara Chaera sama sekali tak berhasil masuk ke rungu, sebab saat ini pikirannya terus berkecamuk. Chaera mendesah panjang. Langkahnya baru saja ingin bergerak mendekat ke arah Kala, ketika ia memilih mengurungkan niatnya. Tangannya terulur meraih jaket tebal yang tersampir di dekat pintu. Tadinya, ia hanya ingin meminta izin sejenak pergi ke toserba yang berada tidak jauh dari kediaman mereka. Tetapi, ketika ia menyaksikan sang kakak seperti sedang menghadapi kecamuk hebat, ia pun memilih untuk keluar dari sana tanpa sepatah kata.

Chaera memutar tubuhnya, bersiap melangkah keluar ruangan, saat kemudian ia teringat sesuatu. Tangan kanannya bergerak pelan, meronggoh saku jaket yang saat ini telah ia kenakan, dan mengeluarkan sesuatu dari sana.

Benda itu kemudian ia letakan di atas meja, sembari kembali melirik Kala yang masih menangis tanpa suara.

Embusan napas panjang keluar dari mulut Chaera, seiring dengan gerakan kakinya yang kembali beranjak menuju pintu.

Cepat atau lambat, ia berharap Kala mau mendengarkan keseluruhan isi rekaman itu. Karena dari situ lah akan terurai segalanya. Rekaman itu lah yang sepenuhnya mampu meredakan badai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Restless Love  ( 𝘈𝘭𝘵𝘦𝘳𝘯𝘢𝘵𝘦 𝘜𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang