FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! add_caramellatte
HAPPY READING
3. PERKARA BIDADARI.
"Sayang, kamu pengin anak perempuan apa laki-laki untuk anak pertama?" tanya Eliza yang sedikit nyeleneh. Entah mengapa ia tiba-tiba melontarkan pertanyaan aneh itu.
Devano sedikit geli mendengar pertanyaan Eliza. "Anak?" tanyanya.
Eliza mengangguk cepat. "Iya."
"Kalau aku sih ... pengin anak perempuan," jawab Devano.
Eliza mengerutkan keningnya. "Kenapa perempuan? Kenapa gak laki-laki aja?" ujarnya heran.
Devano tersenyum tipis. "Karena aku pengin bidadari versi kecil."
"Terus, bidadari versi besarnya siapa?"
"Udah pasti ibu dari bidadari kecilku," kata Devano tersenyum hangat.
"Aduh ... semoga aja itu aku ya," balasnya dengan nada tidak enak. Ia merutuki pertanyaannya yang bodoh itu.
Tuh cowok bikin mood gue anjlok aja! batin Eliza sebal.
'Kan, dia jadi takut kalau nanti bidadari itu bukan dirinya.
Devano mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari dompetnya. Lalu memberikan uang tersebut pada penjual sate. "Ini Pak, uangnya." Eliza tersenyum menyeringai.
"Eh, iya Mas, bentar ya kembaliannya."
Dengan segera Eliza menyeret lengan Devano menuju motor sport milik cowok itu. "KEMBALIANNYA AMBIL AJA CAK! UANG PACAR SAYA MASIH BANYAK DI RUMAH," teriak Eliza langsung dibalas tatapan cengo oleh penjual sate itu.
Sungguh murah hati bukan? Tapi sifat murah hatinya itu bikin orang lain rugi! Kalau gak gitu mah, bukan Eliza namanya.
♥♥♥
Sesampainya di depan rumah Eliza. Cewek itu langsung turun dari motor yang ditumpanginya dengan ekspresi masam.
Eliza bersedekap dada. "Kenapa liat-liat?!"
Devano mencopot helm full face-nya memperlihatkan raut tanda tanya. Biasanya cewek itu akan mencium pipinya sebagai tanda pamit. "Kamu kenapa jadi ketus gitu sih, Yang? Aku ada salah ya?" tanyanya mengingat-ingat.
Eliza terkekeh sarkartis. "BANYAK!" semburnya. Sebenernya cuma satu sih, sepele juga. Tapi kalau berurusan sama Eliza ya jadi sepoloh.
Devano manggut-manggut. "Oh ... ceritanya lagi ngambek nih?" godanya menaik-naikkan kedua alisnya.
Eliza mengerucutkan bibirnya satu meter. "Iya, dua menit!" ujarnya membuat Devano tertawa kecil. Eliza kalau ngambek tuh gak ada lima menit udah nggamblok lagi sama pacarnya.
"Duh, gak dapet cium—"
Cup
Devano yang belum menyelesaikan ucapannya itu udah disosor duluan sama Eliza. Pipinya mangsudnya.
"Ck, pulang sana!" titah Eliza malu-malu monyet.
Devano memegangi pipi kirinya yang sudah tidak suci. "Siap! Tuan Putri," balasnya disertai senyuman manis semanis senyuman orang yang tercetak di selembar uang seratus ribu.
Cowok itu memakai kembali helmnya kemudian menghidupkan mesin motornya.
"Hati-hati calon papa!" Mata Devano menyipit saat mendengar perkataan tersebut. Ia menarik gas motornya melaju hingga menghilang dari pandangan gadis yang masih setia menatapnya di kejauhan.
Eliza membalikkan badannya. Seketika senyumnya langsung luntur. "Mampos!"
♥♥♥
Tebak apa yang terjadi pada Eliza saat ini!
Ya, cewek itu sedang dikurung di kamarnya sekarang.
Papa Eliza yang garangnya minta ampun itu ternyata sedari tadi menyimak kegiatan anaknya yang tengah romantis-romantisan. Namun anehnya, sejoli tadi sama sekali tidak merasakan keberadaan papa Eliza. Begitulah kalau human sudah mabuk asmara.
"Aaaa, hp gue. Kangen ayang, hiks," rengeknya seraya memeluk erat guling kesayangannya itu.
Eliza sekarang tengah tiduran di kasur king size-nya dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya. Cewek itu benar-benar merasa suntuk karena handphone-nya yang disita oleh papanya. Mau mandi pun rasanya sudah tidak sanggup lagi. Semangat hidupnya telah sirna. Yang Eliza butuhkan saat ini hanyalah kasih sayang ayangnya.
18.21
Ngokk
Ngokk
Suara itu berasal dari dengkuran Eliza yang seperti bapak-bapak komplek atau ... lebih tepatnya seperti baby?
Eliza yang sedari tadi sibuk berceloteh sendiri akhirnya pun tertidur pulas. Mau seperti apapun situasinya, turu tetap nomer satu ygy.
Tok tok tok
"Eliza, Mama masuk ya," ucap seseorang di balik pintu kamar gadis itu.
Pintu terbuka menampakkan wanita yang terlihat anggun membawa nampan yang berisikan sepiring makanan dan segelas susu.
Wanita tersebut meletakkan nampan yang dibawanya di atas kasur. Ia menggoyang-goyangkan tubuh anak gadisnya yang tidur seperti kebo itu.
"Sayang, bangun gih! Udah malem, belom mandi juga." Mama Eliza menoel-noel pipi anaknya.
Eliza yang merasa terusik itu mengigau, "Iya Sayang, kita mandi bareng ya nanti. Aku masih ngantuk." Sontak, mama Eliza melotot kemudian mencubit perut anaknya.
"Huee apasih, Yang?" Eliza terbangun mengucek-ucek matanya seraya menunggu potongan-potongan arwahnya menyatu kembali ke tubuhnya.
"AYANG-AYANG! KAMU DIKALEMIN MALAH KAYAK GITU, YA!" Sifat sang mama seketika berubah drastis.
Eliza membelalakkan matanya kala mendengar suara itu. Kesadarannya langsung kembali utuh. Ia menyatukan kedua telapak tangannya di depan mamanya. "Ampun Kanjeng."
Mama Eliza menjewer telinga cewek itu. "Sakit Kanjeng, ampunn," adunya dengan suara dibuat sesakit mungkin agar mamanya merasa iba.
Namun bukannya iba. Wanita tersebut malah menguatkan jewerannya. Di matanya, kesannya Eliza itu malah seperti meledeknya. "Kamu sadar nggak, apa yang barusan kamu ucapin pas tidur, hm?" tanyanya menaikkan dagunya.
Eliza menyatukan kedua alisnya. "Enggak lah!" jawabnya enteng.
"Kamu tadi bilang kalau mau mandi sama ayang kamu itu! Emang kamu nggak malu gitu? Mama yang denger aja malunya minta ampun!" sewot mama Eliza.
Perempuan itu malah senyum-senyum sendiri teringat mimpi indahnya tadi. Impiannya serasa menjadi nyata.
Mama Eliza menatap aneh anaknya. "Kenapa kamu?!"
Eliza malah tersipu malu ditanya seperti itu. "Pantesan Eliza bilang gitu, tadi aja mimpinya malam pertama sama ayang, hehehe," katanya tanpa dosa.
"PAPA! LIAT CEBONG MU INI PAPA!"
TBC
Jangan lupa voment ya!
Dadahh❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Dirinya [HIATUS]
Teen FictionCerita ini cocok untuk kalian yang terjebak hubungan cinta segitiga. Berawal dari permintaan yang dianggapnya sepele berakibat fatal. Eliza harus merasakan penghianatan dari kedua orang yang paling ia percayai. Apa jadinya jika sahabat dan pacarnya...