______SELAMAT DATANG______
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! add_caramellatte
UDAH?
JANGAN LUPA🌟
KOMEN JUGA YA! HIHI
TENCU❤
---------------------------------------
HAPPY READING
1. PERMINTAAN.
"Ana, gue boleh minta tolong gak?" Eliza terkikik geli setelah mengatakan itu pada sahabatnya.
Ana menatap horor Eliza yang tengah cekikikan sendiri tanpa sebab. Seperti orang gila. "Napa lo?" tanyanya.
Eliza memasang muka cemberut. "Jawab dulu pertanyaan gue!"
"Apa sih, Sayangkuh?" Ana mencubit kedua pipi Eliza dengan gemas sampai-sampai giginya juga ikut gemas ingin menggigit pipi cewek itu.
Eliza menyingkirkan tangan Ana dari pipinya. "Iya, gue tau gue lucu. Tapi gak usah segitunya kali," katanya seraya menyibakkan rambut sebatas punggungnya yang tergerai indah ke belakang.
Ana menatap Eliza ogah-ogahan. "Pede lo ketinggian, Nyet!" balasnya membuat cewek di sebelahnya mendengus kesal. "Lo mau minta tolong apa?" lanjutnya kembali ke topik.
Eliza tersenyum tidak enak sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Anu," ucapnya ambigu.
"Heh?"
"Iya Anu!"
Ana menjitak kening Eliza sampai cewek itu mengaduh kesakitan. "Serius njing!" ketusnya.
Eliza nyengir kuda. "Maunya diseriusin bapaqmu," candanya langsung dibalas tatapan tajam oleh Ana. Sahabatnya ini memang tidak bisa diajak serius!
"Hehe, iya-iya! Itu, gue mau tolong lo buat deketin Devan, ya?" terangnya dengan nada memohon sembari memasang muka melas.
Ana tertegun. Sedetik kemudian,"Lo gila?"
"Siapa?"
"Lo, lah!" seru Ana.
"Iya, E-L-O." Eliza tertawa puas. Cewek itu memang hobi sekali membuat sahabatnya darah tinggi.
Tiada hari tanpa mengusik hidup Ana, karena itu sudah menjadi asupannya sehari-hari, kalau dirinya sehari saja tidak menggoda Ana, bisa-bisa dia kekurangan gizi. Untung Ana bisa sabar menghadapi kelakuan laknat sahabatnya itu.
"Dah lah, capek gue ngeladenin manusia kayak lo!" ujar Ana memalingkan wajahnya ke arah jendela.
Raut Eliza langsung berubah panik. Ngambek mode on. Kalau sudah begini, dia juga yang susah.
Eliza menggoyang-goyangkan tubuh Ana. "Naa, Anaa," panggilnya, namun Ana tidak menggubrisnya sama sekali.
Eliza menghela napasnya pelan. "Maafin gue dong, Na. Janji deh, gak gue ulangin lagi," ucapnya menyesal.
"Tapi boong! Kalau gue janji, ntar hidup gue jadi sepet dong," ucapnya lagi kemudian ia tertawa terbahak-bahak.
Gini nih, definisi temen no have akhlak!
"Na, mau ya?" pintanya lagi. Ana hanya melirik Eliza sekilas tanpa minat.
"Gak!" tolak Ana mentah-mentah.
Eliza mendesah pelan. Ia jadi terpaksa menggunakan senjata andalannya, yaitu mengeluarkan pupy eyes-nya. Siapapun yang melihat Eliza seperti itu pasti akan luluh sekalipun itu sahabatnya. "Pliss," mohonnya.
Ana bangkit dari tempat duduknya dengan kasar sampai menciptakan suara keras. "Maksud lo minta tolong ke gue kayak gitu apa ya? Devan itu pacar lo, Eliza! Lo mau bikin gue dicap pelakor, hah?!" balas Ana dengan nada tinggi. Ia sungguh tak habis pikir dengan sahabatnya itu.
Eliza menunduk lesu. "Ma-maaf Na, bukan gitu maksud gue," jawabnya pelan.
"Terus?"
"Gue cuma pengin tau sejauh mana kesetiaannya sama gue," jujur Eliza sembari memainkan jari jemarinya.
Ana membuang napas kasar. Ia kembali duduk lalu menatap intens sahabatnya. "Lo sama Devan pacaran udah berapa tahun?" Eliza mengernyitkan dahinya mendengar respon Ana, kemudian ia mengetuk-ngetuk dagunya sambil berpikir. "Dua tahun, mungkin," ujarnya.
"Dan lo masih ngeraguin dia?" Eliza mengangguk polos.
"Mau ya?" tawar Eliza lagi. Ana memijat pangkal hidungnya. Eliza itu memang tipikal cewek keras kepala. Mau menolak sampai mulut berbusa pun dia tetap kekeuh dengan niatnya.
"Berani berapa lo?" ledek Ana.
Eliza cengengesan. "Lima puluh! Pulu, pulu, pul—mmphh." Teriakannya yang cempreng itu langsung dibekap oleh Ana. Sungguh! Punya sahabat seperti Eliza itu malunya sampai ubun-ubun.
Untung saja sekarang jam istirahat. Jika tidak, ia mungkin sudah mengubur Eliza hidup-hidup. Urusan sanksi mah, belakangan!
"Mulut lo emang minta dicipok ya!" Eliza langsung kicep dan berhenti memberontak kala mendengar perkataan Ana yang sepertinya tidak main-main. Yakali Eliza nanti cerita ke suaminya jika first kiss-nya sudah diambil oleh teman gadisnya. 'Kan nggak lucu!
"Makanya, kalau gue suruh tuh ikhlas dong!" semprot Eliza nyolot.
"Gue bukan babu lo!" sinis Ana.
Eliza berdiri dari tempat duduknya lalu berkacak pinggang. "Lo 'kan emang bukan babu gue Na, tapi babi kesayangan gue, unch unch unch," goda Eliza memonyongkan bibirnya sembari menyolek dagu Ana.
"Lama-lama bisa gila gue kalo deket lo terus!" seru Ana. Sontak, Eliza melototkan matanya sampai bola matanya ingin keluar dari tempatnya.
"Jangan Lah! Kalo lo gila, ntar gue depresod dong," balas Eliza. Cukup sudah. Sepertinya kesabaran Ana di ambang batas.
Ana sungguh heran. Bagaimana bisa Devano berpacaran dengan cewek sableng seperti Eliza itu selama dua tahun.
"ELIZA SAPUTRI!" bentak Ana dengan tatapan api amarah yang berkobar-kobar.
Eliza berjengit kaget terbirit-birit keluar kelas. "HUWEE! ANAK BABI NGAMOOK! NGOK! NGOK!"
"Tuh anak emang minta dicipok ya!" gumam Ana menatap kepergian Eliza dengan geram.
Sementara di lain tempat. Eliza masih berlarian di koridor. Cewek itu menolehkan kepalanya ke belakang takut-takut Ana akan mengejarnya. Kupingnya yang jadi sasarannya. Biasanya kayak gitu guys.
Dug
"Aduh goblok," umpatnya saat menabrak sesuatu yang keras. Emang bener kata Ana, 'mulutnya emang minta dicipok!'
Akibat tabrakan itu tubuhnya terhuyung ke belakang. Eliza mengelus pantatnya yang ia rasa makin tepos. Cewek itu mendongakkan kepalanya untuk melihat pelaku tersebut.
"LO!"
TBC
Gimana untuk chapter 1 nya?Ada yang mau disampein ke Author?
Eliza?
Ana?
Terimakasih sudah membaca❤️
See you all💫

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Dirinya [HIATUS]
Ficção AdolescenteCerita ini cocok untuk kalian yang terjebak hubungan cinta segitiga. Berawal dari permintaan yang dianggapnya sepele berakibat fatal. Eliza harus merasakan penghianatan dari kedua orang yang paling ia percayai. Apa jadinya jika sahabat dan pacarnya...