FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! add_caramellatte
HAPPY READING
4. MINTA NOMER.Sidang menegangkan usai berlalu. Kedua belah pihak berwenang telah memutuskan untuk menarik beberapa fasilitas tersangka inisial E, yang termasuk black card dan semua gadget miliknya, serta sarana transportasinya selama tiga hari. Ditambah hukuman penjara selama sehari. Mungkin cukup membuatnya depresod?
Ceklek
Eliza menoleh ke asal suara tersebut. Matanya berbinar saat mamanya itu datang membawakan ponselnya.
"lima menit, Mama balik lagi ke sini!" Mama Eliza mewanti-wanti mantan anaknya. Eh canda. Kakinya melangkah keluar dari kamar yang dicat serba warna merah yang membuat matanya sakit. Eliza itu pecinta merah. Jadi curiga kalau dia sebenernya syaiton berkedok manusia.
Cewek itu menatap kepergian mamanya dengan senang. "Nyenyenye!" cibirnya. Tak lama ia menepuk lalu menarik congornya pelan. "Durhaka ya lo sama mama gue!"
Eliza menciumi handphone-nya dengan brutal. "Ayang Depann, i'm coming! Uh uh."
Mama Eliza dulu ngidam apa sih?
Ting!
"Ih, baru aja diomongin. Gini ya kalo jantung kita udah nyatu," katanya dengan pedenya.
Sedetik kemudian, Eliza menatap datar ponselnya. Tidak sesuai ekspektasi ternyata!
Anak haram🐷
Online|Bolos lo?
Gue kemaren habis disidang|
Sekarang lagi di jeruji beton|
Selamatkan aku wahai pahlawan| kesialan😭|Ngadi-ngadi lo!
Cepetan bege! Gue dihukum mati|
//Read//
"Mana? Udah lima menit!"
"Eh kolor!" latahnya. "Eh ... adu mamae ada janda baju hitam, bikin saya tergoda," sambungnya menyindir dengan menyanyikan lagu vibes 2021.
PLAK
PLAK
GEDUBLAK
"MAMAAA! PANTATKU MAKIN TEPOS NANTI!"
♥♥♥
"Na, Eliza mana?" tanya Devano menghampiri Ana yang sedang duduk di kursi kantin sendirian.
"Iya tuh, tumben-tumbenan tuh anak gak nempel sama lo," timpal Udin seraya mendaratkan bokongnya di samping Ana.
"Lagi berantem?" tanya Devano lagi.
Ana mengambil ponselnya di saku seragamnya lalu membuka room chat Eliza, kemudian ia perlihatkan pada Devano.
Cowok itu menggeleng-gelengkan kepalanya membaca percakapan mereka. Eliza itu memang ada-ada saja. Devano mengembalikan ponsel tersebut pada si empunya. Tanpa pikir panjang, ia akhirnya juga duduk di samping Ana. Sementara Brian lebih memilih untuk duduk di kursi yang berhadapan dengan mereka.
Ana sedikit risih dikelilingi tiga cowok, apalagi salah satunya adalah pawang Eliza.
"Gue minta tolong lo buat deketin Devan, ya?"
Tiba-tiba ia teringat permintaan Eliza waktu itu. Ana menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Tangannya meremas rok sebatas lututnya hingga lungset. "Emm, Dev, gue boleh minta nomor lo gak?"
"Boleh, siniin hp-nya!" Ana termenung.
Segampang itu? Batinnya. Apa perbuatannya ini tidak salah?
"Na?"
"E-eh, nih."
Sebagian penghuni kantin yang mendengar obrolan mereka berdua langsung melayangkan berbagai tatapan pada meja yang diduduki Devano dkk.
Wah, bau-bau ada yang mau nusuk sahabatnya dari belakang, nih!
Jadi cewek kok ganjen banget!
KALO GATEL JANGAN DIGARUK, DIGASAK AJA MBAK NYA!
Tampang doang sok polos!
Cuihh! Lawak!
Eliza wajib tau nih!
Dan masih banyak lagi bisikan-bisikan juga sindiran yang ditujukan pada Ana. Tapi demi Eliza, ia berusaha menganggap itu semua adalah angin lalu agar tidak masuk ke dalam ginjalnya.
BRAK
Ana terperanjat kaget saat Devano menggebrak meja di depannya dengan keras. Kantin seketika menjadi hening.
"Kalau mau ngatain depan orangnya langsung sini!" ucapnya dingin. Sangat dingin. Bahkan Ana baru kali ini melihat sisi lain Devano.
Tidak ada yang menyahut.
Devano menarik pergelangan Ana keluar dari kantin. Disusul dua tuyul yang senantiasa mengikuti cowok itu.
Ana menarik oksigen sekilas, lalu menghembuskan napas lelah. Ia belum melepaskan cekalan tangan Devano dari pergelangan tangannya.
Devano melirik gadis di sampingnya yang menatap depan dengan pandangan kosong. "Jangan dipikirin, ya!" ujarnya lembut. Nadanya jauh berbeda sewaktu tadi. Ia melepaskan cekalannya lalu mengacak surai pucuk gadis itu pelan. Kemudian beranjak pergi meninggalkan Ana.
Ana memandangi punggung Devano yang kian menjauh.
Apa benar kata Eliza?
♥♥♥
Devano kini berada di depan pintu rumah Eliza dengan menenteng paper bag yang entah isinya apa Author pun tidak tahu.
Cowok itu sedikit gugup karena baru pertama kali ini ia akan berhadapan langsung dengan camer. Devano menarik napasnya dalam-dalam. Tangannya yang sudah berkeringat dingin itu menekan bel pintu di depannya.
Tin tun
1 menit kemudian.
Ceklek
Devano menelan salivanya susah payah karena pria yang ada di hadapannya ini. Bagaimana tidak? Badannya saja lebih besar darinya. Rahang yang tegas, tatapan tajam penuh mengintimidasi, serta aura wibawa yang menyelimutinya. Auto mellow dia nya.
"Eliza nya ada Om?" tanya Devano sopan.
Pria itu tersenyum paksa. "Ada-ada. Kamu pacarnya 'kan? Sini, pelukan dulu sama saya! Buat perkenalan kita," ucapnya sembari merentangkan tangannya.
Devano tersenyum kikuk lalu mengangguk. Agak aneh sih. Cowok itu pun masuk ke dalam pelukan Pria tersebut.
Pria itu menepuk-nepuk punggung Devano sedikit kasar. Makin lama makin aneh. Devano mencoba melepas pelukan mereka tetapi yang ada pelukannya malah makin mengerat.
"Om, saya gak bisa napas Om!"
Pria itu memasang raut sedikit khilaf lalu melepaskan Devano yang terengah-engah. "Maaf ya, saya kelepasan tadi," ujarnya tersenyum sikopet.
Devano sedikit merinding melihat senyum itu. "Iya Om, gak papa."
Gak papa gimane? Gue hampir mati gitu bege! lanjutnya dalam hati.
"Duduk dulu sini! Saya mau berbincang sedikit sama kamu," ucap Pria itu mempersilahkan Devano untuk duduk. Keduanya pun duduk berhadapan. Seketika kedua mata pria itu menajam. Menghunus di kedua manik milik Devano.
"Kamu ... hamilin anak saya?"
TBC
Seperti biasa jangan lupa voment ya!
Dukungan kalian sangat berarti buat aku❤️
Sampai jumpa di chapter selanjutnya, bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Dirinya [HIATUS]
Fiksi RemajaCerita ini cocok untuk kalian yang terjebak hubungan cinta segitiga. Berawal dari permintaan yang dianggapnya sepele berakibat fatal. Eliza harus merasakan penghianatan dari kedua orang yang paling ia percayai. Apa jadinya jika sahabat dan pacarnya...